Ini 6 Rekomendasi Forum Udang Indonesia untuk Tingkatkan Ekspor Udang 250%
| Mon, 18 Jan 2021 - 19:39
Udang merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia. Oleh karena itu, KKP terus berupaya untuk meningkatkan ekspor udang hingga 250% di tahun 2024. Forum Udang Indonesia melalui telekonferensi persnya memberikan 6 rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mencapai target tersebut.
Target peningkatan ekspor udang 250%, deprediksi akan meningkatkan nilai ekspor udang dari 1,75 M USD pada tahun 2019 menjadi 4,25 M USD di tahun 2024. Hal tersebut dapat tercapai apabila target pertumbuhan majemuk tahunan sebesar 19,8% terlampaui.
Budhi Wibowo sebagai ketua umum Forum Udang Indonesia (FUI), menjelaskan target tersebut dapat dicapai melalui dua cara, yaitu meningkatkan nilai atau value (harga/kg) ekspor udang dan juga jumlah atau volume produksi ekspor udang. Kedua cara ini nantinya akan didukung dengan 6 rekomendasi yang diberikan oleh FUI.
Upaya peningkatkan ekspor udang sebesar 250% ini dilatar belakangi data peningkatan nilai dan jumlah udang pada tahun 2019 hingga November 2020. Budhi mengutarakan bahwa nilai ekspor diperkirakan akan meningkat sebesar 20%, sedangkan untuk volume produksinya diprediksi akan meningkat hingga 15% di akhir tahun 2020.
Selain itu, nilai rata-rata ekspor udang juga ditargetkan akan meningkat dari 8,2 USD / kg menjadi 10,5 USD / kg di tahun 2024. Sedangkan peningkatan volume ekspor udang dari 207.000 ton, diprediksi akan menjadi 405.000 ton di tahun 2024.
Berikut ini adalah 6 rekomendasi yang diberikan oleh FUI selama 5 tahun ke depan, yang dijelaskan oleh Sekjen FUI, Coco Kokarkin.
Baca juga: Tingkatkan Produktivitas Udang Windu, UI Kenalkan Pupuk Tambak Minametrik
1. Penyederhanaan perizinan
Coco menjelaskan bahwa hal ini merupakan persoalan utama yang perlu diatasi bersama untuk meningkatkan investasi usaha udang di Indonesia. Pada tahap ini, FUI merekomendasikan lembaga pemerintahan untuk menyediakan hotline call yang dapat dihubungi sewaktu-waktu untuk pelayanan terkait perizinan.
Budhi juga menjelaskan bahwa penyederhanaan perizinan dari yang jumlahnya 21 menjadi 2-3 perizinan juga dapat mempermudah investasi untuk masuk.
2. Pengembangan infrastruktur
Perbaikan-perbaikan infrastruktur yang perlu dijadikan prioritas di antaranya adalah saluran irigasi, IPAL kolektif/komunal, jalanan produksi, laboratorium, dan juga ketersediaan pasokan listrik untuk kelancaran proses budidaya udang.
Selain itu, juga diperlukan ketersediaan induk yang berkualitas untuk menjamin kualitas benur. Perlu juga untuk membangun balai Nauplius yang profesional dan didukung oleh balai produksi fitoplankton.
Hal tersebut akan sangat mendukung terciptanya alur produksi udang yang baik dan terbebas dari penyakit.
Baca juga: Begini Strategi Menggenjot Produksi Udang dengan Tetap Berkelanjutan
3. Revitalisasi tambak
Lingkungan dan faktor sosial adalah isu yang sangat sensitif dan berkaitan dengan pembangunan tambak. Oleh karena itu perlu dilakukan revitalisasi tambak atau peningkatan teknologi tambak tradisional menjadi semi intensif.
Selama 5 tahun ke depan, target peningkatan teknologi ini akan dilakukan dengan pembangunan tambak udang intensif sebanyak 200 ha per tahun. Sedangkan dari tambak dengan sistem tradisional ke semi intensif sebanyak 3.000 ha per tahun.
Revitalisasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tambak-tambak yang ada di Indonesia. Kegiatan ini perlu didukung dengan sistem irigasi yang baik, penggunaan benur unggul, penanggulangan penyakit, dan peningkatan teknologi.
Coco juga memaparkan bahwa revitalisasi ini dapat diwujudkan apabila pemerintah dengan masyarakat membuat pilot project terkait peningkatan produktivitas tambak tradisional. Sekaligus bekerja sama dengan pihak swasta untuk membuat tambak tersebut berwawasan lingkungan.
4. SOP Budidaya Berkelanjutan
Sebagai salah satu sumber pangan, udang yang akan diproduksi perlu dipastikan keamanan dan ketahanannya. Oleh karena itu penting untuk mewajibkan SOP budidaya udang yang berkelanjutan pada masing-masing tingkat teknologi budidaya.
SOP ini mencakup peraturan mengenai IPAL dan juga biosecurity. Selain itu sebagai upaya untuk memenuhi permintaan negara pembeli, Coco menyatakan perlu adanya bantuan pemerintah dalam penyediaan fasilitas agar tambak lebih mudah terferifikasi dan disertai sistem traceability dari hulu ke hilir.
5. Meningkatkan produk bernilai tambah
Seperti yang telah dijelaskan Budhi sebelumnya bahwa produk ekspor berupa olahan mengalami peningkatan nilai dan volume tertinggi. Oleh karena itu produksi produk olahan perlu kembali digenjot untuk memenuhi permintaan pasar.
Dikemabangkannya branding Indonesia Shrimp untuk memperluas pasar diluar USA juga perlu dilakukan. Budhi menjelaskan bahwa negara lain yang dapat dijadikan target ekspor udang Indonesia di antaranya adalah Jepang, Uni Eropa, Timur tengah, bahkan kawasan Amerika Selatan.
Walaupun Amerika Selatan merupakan daerah penghasil udang, namun produk Indonesia dapat tetap masuk dan bersaing dalam bentuk olahannya. Daerah Amerika Selatan memiliki biaya yang cukup tinggi untuk membayar SDMnya, sehingga belum banyak produk value added.
Baca juga: Garap Celah Baru Pasar Udang
6. Menurunkan tingkat resiko budidaya udang
Coco menjelaskan bahwa pemerintah dapat memberikan dukungan pendanaan kepada petambak melalui beberapa cara.
Pertama, pemerintah dapat mendorong lembaga keuangan untuk menurunkan tingkat resiko budidaya udang sehingga aset-aset produktif tambak dapat digunakan sebgaia agunan atau jaminan.
Melalui cara ini, petambak dapat memperoleh dukungan pendanaan dari lembaga keuangan seperti Bank Indonesia dan OJK. Selain itu, pemerintah dapat memberikan kredit berbunga murah kepada petambak melalui skema KUR, atau melibatkan fintech dalam hal pembiayaan.
Sebagai penutup, Budhi menyatakan optimismenya dalam pencapaian target peningkatan ekspor sebesar 250% apabila ada sinergi dari seluruh pemangku kepentingan. Ia juga berharap bahwa rekomendasi ini dapat dijadikan acuan utama untuk rencana tercapainya target ini ke depannya.