Sumatera Barat Kembangkan Ikan Sidat untuk Ekspor
| Fri, 29 May 2020 - 15:21
Unit Pelaksana Teknis Konservasi dan Pengawasan Sumber Daya
Kelautan, Dinas Perikanan Sumatera Barat (Sumbar) tengah mengembangkan ikan
sidat (Anguiliformes) untuk tujuan ekspor sekaligus melestarikan ikan sungai
yang populasinya mulai langka tersebut.
Kepala UPT Konservasi dan Pengawasan Sumber Daya Kelautan Sumbar Irwansyah
Yan melalui Kasi Konservasi Sani Ikhsan Putra di Padang, Selasa, menyatakan,
permintaan ikan Sidat langsung dari eksportir di Jepang sudah ada, namun karena
tangkapannya masih belum banyak ikan dipasarkan ke Jakarta dan selanjutnya di
ekspor ke Jepang dalam jumlah yang relatif kecil.
"Ikan sidat ini oleh masyarakat setempat kurang dikonsumsi dan juga sangat
jarang ditemui dijual di Pasar Padang. Hasil tangkapan nelayan biasanya
dipasarkan ke Jakarta dengan harga sekira Rp150 ribu/kg," ujarnya sembari
menjelaskan.
ikan ini biasanya ditemui di sungai di pulau-pulau di kabupaten kepulauan
Mentawai dan memiliki keunikan berupa pemijahan di laut dan setelah ukuran
tertentu naik ke muara dan besar di sungai.
Di Jepang ikan Sidat yang disebut unagi ini dijadikan kabayaki, makanan khas
Jepang yang mengandung protein tinggi. Ikan Sidat yang diekspor biasanya
berukuran 4-6 ekor per kgnya.
Dalam upaya memperbanyak populasi ikan Sidat, pihaknya tengah mengembangbiakan
ikan tersebut dengan mendatangkan benihnya dari Pelabuhan Ratu Jawa Barat. Ikan
ini dirawat di balai benih ikan Sicincin, Kab. Padang Pariaman sampai ukuran
tertentu yang aman untuk dikembang lanjutkan oleh peternak ikan budidaya.
"Sudah ada peternak yang akan mengembangkan ikan yang hidup di air
mengalir serta jernih ini. Kalau untuk ekspor ikannya harus bersih dan
terawat," jelasnya.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ekspor sidat
(termasuk belut) pada paruh pertama 2019 mengalami peningkatan sekitar 25
persen dibandingkan tahun lalu yaitu 5.186 ton sedangkan periode yang sama
tahun lalu sebesar 4.142 ton.
Sidat tersebut di antaranya diekspor paling banyak ke China, Hong Kong, Jepang
dan Thailand dengan menghasilkan devisa 9,49 juta dolar AS atau meningkat
dibanding sebelumnya 7,78 juta dolar.
Meski permintaan ekspor atas sidat tinggi, tetapi pasokan sidat di dalam negeri
sangat terbatas. Dari sisi pasokan, sidat hingga saat ini masih merupakan usaha
penangkapan dari perairan umum. Jenis sidat pun belum dibudidayakan pada
tingkat hatchery sehingga benihnya tergantung penangkapan dari alam.
Di negara lain ikan Sidat masuk dalam Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) sebagai spesies yang
terancam punah.
Sumber: Antara News