Berpotensi Ekspor, Produksi Sidat Bakal Digenjot
| Mon, 20 Jan 2020 - 17:55
Selain udang, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan mengembangkan dan mendorong budidaya (pembesaran, red) sidat di masyarakat. Hal itu dikarenakan, ekspor sidat yang dilakukan pada awal tahun 2020 ke Jepang nilainya cukup signifikan, yakni Rp 6,1 miliar. Bahkan, negeri Sakura sangat meminati komoditas sidat dari Indonesia, sebagai bahan utama olahan unagi.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto mengatakan, karena kinerja ekspornya signifikan, pihaknya bertekad mengembangkan sidat sebagai salah satu komoditas ekspor. “ PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk telah mengembangkan budidaya sidat di desa Bomo, Kecamatan Blimbingsari, Kab. Banyuwangi. Budidaya sidat tersebut juga melibatkan masyarakat melalui kemitraan,” papar Slamet Soebjakto, di Banyuwangi, Rabu (15/1).
Slamet mengatakan, Ditjen Perikanan Budidaya akan memfasilitasi pengembangan budidaya sidat di kawasan potensial. Lantaran, benih sidat masih mengandalkan dari alam, masyarakat diimbau melakukan pengelolaan secara terukur dan bertanggungjawab. Artinya, pengelolaannya sesuai ketentuan dan menjamin habitat sidat terjaga dengan baik.
Dalam hal pengelolaan sidat, KKP sudah punya payung hukum jelas, sehingga pemanfaatannya bisa terukur. Satu sisi stok lestari, disisi lain budidaya juga terus berkembang. Apalagi permintaan sidat, khususnya ke Jepang tinggi.
Menurut Slamet, segmen usaha pembesaran sidat telah mengangkat ekonomi masyarakat. Karena itu, KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya sedang merancang agar produktivitas akuakultur ini bisa digenjot, meningkatkan efisiensi dan nilai tambah melalui pengelolaan yang terintegrasi dan ramah lingkungan.
“ Tentu kami akan gandeng private sektor dan
memfasilitasinya guna memastikan iklim usaha dan investasi bisa kondusif. Satu
satunya jalan agar sub sektor akuakultur memberikan kontribusi besar bagi
pertumbuhan ekonomi, kita harus genjot ekspor melalui industrialisasi,” papar
Slamet.
Slamet mengungkapkan, semakin meningkatnya ekspor produk akuakultur
menunjukkan bahwa kualitas produk, manajemen ketelusuran dan jaminan keamanan
pangan semakin baik. “Karena itu, kami mengapresiasi keberhasilan ekspor
akuakultur seperti sidat dan pakan ikan. Ekspor pakan ini luar biasa, karena
selama ini kita impor bahan baku utama seperti tepung ikan dan kedelai, “
kata Slamet
Seperti diketahui, KKP pada awal tahun 2020 telah memulai ekspor produk akuakultur yang nilainya cukup signifikan. Ekspor perdana produk akuakultur yang dilakukan PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk nilainya sebesar Rp 13,3 miliar. Dari total nilai ekspor tersebut, untuk produk fillet ikan nila sebesar Rp 3,4 miliar dengan tujuan ekspor USA. Kemudian, olahan ikan nila sebesar Rp 3,5 miliar, dengan tujuan ekspor Filipina. Olahan ikan sidat yang besarnya Rp 6,1 miliar dengan tujuan Jepang. Sedangkan untuk pakan ikan nilainya sebesar Rp 300 juta , negara tujuannya Timor Leste.
Data KKP menyebutkan, pada tahun 2019 ekspor PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk yang didominasi oleh produk akuakultur nilainya lebih dari Rp 438 miliar. Nilai ekspor tersebut tercatat naik signifikan sebesar 54 persen dari tahun 2018 yang besarnya Rp 284 miliar.
Sumber: Tabloid Sinar Tani