• Home
  • Infomina
  • Riset Dosen IPB Soal Pengembangan Teknologi Penangkapan Benih

Riset Dosen IPB Soal Pengembangan Teknologi Penangkapan Benih

| Fri, 17 Jul 2020 - 14:00

Pengembangan inovasi teknologi dari kegiatan penangkapan ikan sidat dilakukan dengan mengidentifikasi keragaan jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dalam menangkap benih sidat (glass eel) dan  induk sidat. Efisiensi dan efektivitas dari alat tangkap benih sidat dan induk dilakukan melalui kajian hasil tangkapan yang dikategorikan ke dalam target dan hasil tangkapan sampingan (bycatch). Informasi yang didapat dari hasil kegiatan penangkapan benih/induk sidat menjadi parameter dalam mengestimasi efisiensi dari alat penangkapan benih/induk sidat. Selanjutnya dilakukan perbaikan dalam teknologi penangkapan ikan yang dapat meningkatkan kualitas benih sidat/induk sidat serta alat tangkap yang ramah lingkungan. 


Baca juga: KKP Dorong Pemda dan Pengusaha Budidaya Ikan Sidat


Peneliti dan dosen IPB University dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Dr Ronny Irawan Wahju mengatakan bahwa selain dari teknik penangkapan, sistem holding mempunyai peranan yang sangat penting ketika  benih/induk sidat ditangkap sampai ke pengumpul dan terakhir ke tempat pembesaran sidat. Penerapan sistem holding yang sesuai untuk benih (glass eel) sangat diperlukan terutama bagi kelangsungan hidup fase glass eel sampai elver dimana pada fase glass eel ini, tingkat mortalitasnya masih tinggi (lebih dari 80 persen). 

Dengan  memiliki teknologi sistem holding yang sesuai, akan meningkatkan survival rate dari benih dan induk sidat dari sejak ditangkap sampai ke pembesaran sidat. Pengembangan inovasi teknologi dilakukan melalui perbaikan alat penangkapan benih/induk sidat serta sistem holding dari benih/induk untuk meningkatkan kualitas benih/induk sidat untuk menunjang industri pembesaran dan pengolahan sidat. 

"Nelayan penangkap benih sidat (glass eel) perlu melakukan pengendalian dan pengaturan jumlah tangkapan glass eel, misalnya melalui pengaturan waktu dan lokasi penangkapan.  Hal ini dimaksudkan agar cukup tersedia glass eel yang lolos dari upaya penangkapan yang kelak akan menjadi induk dan menghasilkan benih kembali. Selain itu, ada pengaturan tentang jumlah minimal yang ditangkap, pelarangan penangkapan induk sidat dewasa, baik yang akan atau sedang beruaya menuju ke laut, serta melindungi habitat calon induk dan menentukan prioritas kawasan konservasi bagi larva dan calon induk sidat di perairan estuaria dan sungai sehingga ketersediaan larva dan calon induk bisa terjaga (sustain)," katanya. 


Baca juga: Teknologi HSRT, Inovasi Pembenihan Ikan untuk Skala Rakyat 


Untuk meningkatkan benih dan calon induk sidat dalam penjualan, maka peningkatan benih yang dimaksud adalah jumlahnya cukup, stadia atau ukurannya siap tebar di wadah budidaya, tersedia sepanjang tahun dengan kualitas yang baik. Pemeliharaan ikan sidat memerlukan waktu relatif lama. Untuk itu pembudidaya dapat membuat segmentasi usaha mulai dari pemeliharaan/pendederan glass eel dengan beberapa kelompok ukuran elver (benih) siap tebar (20-50 gram) sampai pembesaran untuk menghasilkan ikan konsumsi (150-300 gram). 

Pengembangan calon induk adalah upaya untuk pengembangan pembenihan sidat karena benih sidat (glass eel) masih diperoleh dari tangkapan alam yang jumlahnya terus menurun. 

"Selain itu calon induk yang sudah diinduksi/dipercepat proses pematangan gonadnya bisa di-restocking ke alam agar pemijahan sidat di alam bisa dikontrol sesuai dengan kebutuhan. Melalui program restocking calon induk/induk sidat ke alam, diharapkan produksi benih alam bisa terjamin/terkontrol ketersediaanya. Dengan demikian, pembudidaya (pembenih,  pendeder, pembesaran), serta pengolahan mendapatkan keuntungan bersama yang berkelanjutan," ujarnya. 


Baca juga: KKP Gunakan Teknologi RAS untuk Siapkan Industri Benih Ikan Nasional

Bagi petani pembudidaya benih ikan sidat yang bersifat musiman, pembudidaya harus dapat mengelola benih (glass eel) seefisien mungkin. Glass eel hasil tangkapan nelayan harus dikondisikan dengan baik sebelum ditransportasikan ke daerah lain atau didederkan menjadi elver yang selanjutnya digunakan dalam pembesaran. Melalui pengelolaan sumberdaya benih yang baik,  produksi glass eel dari alam akan stabil. Hal ini berarti ketersediaan benih untuk kegiatan budidaya akan terjamin dan harga benih pun akan stabil. Kondisi ini jelas akan mendukung kegiatan budidaya pembesarannya dan kesejahteraan akan meningkat. Akibat lanjutnya adalah budidaya ikan sidat dapat berjalan secara berkesinambungan. Sejalan dengan upaya pengelolaan sumberdaya benih di alam, maka upaya merintis pemijahan secara buatan melalui manipulasi hormonal, lingkungan dan pakan harus dilakukan dengan seksama. 

Harapannya  keberhasilan budidaya ikan sidat di Indonesia dapat dicapai dengan efisiensi benih melalui penerapan budidaya yang sesuai prosedur operasional baku. Yaitu pengelolaan benih, lingkungan dan pakan yang baik. Dengan penerapan efisiensi benih maka minimal tiga hal yang akan didapatkan. Yaitu budidaya akan berhasil secara berkelanjutan, kelestarian sumberdaya benih ikan sidat di alam akan terus terjaga dengan baik dan perlu dikembangkan kerjasama kemitraan perguruan tinggi dan perusahaan serta kemitraan antar perusahaan pembesaran sidat dengan petani sidat. 


Sumber: kumparan.com

Tentang Minapoli

Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis perikanan budidaya terintegrasi, sehingga pembudidaya dapat menemukan seluruh kebutuhan budidaya disini. Platform ini hadir untuk berkontribusi dan menjadi salah satu solusi dalam perkembangan industri perikanan budidaya. Bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku budidaya yaitu PasarminaInfomina, dan Eventmina. 

Artikel lainnya