Peran Rumput Laut sebagai Penjaga Bumi dari Perubahan Iklim
| Fri, 07 May 2021 - 11:41
Perubahan iklim telah menjadi masalah yang menggelisahkan sejak awal milenium ketiga. Namun jika dibandingkan global warming yang lebih sering didengungkan di dunia maya, isu perubahan iklim lebih sering diabaikan. Dampak perubahan iklim sudah mulai terasa. Mulai dari bencana alam hingga permukaan air yang terus meningkat hingga menenggelamkan pulau sedikit demi sedikit.
Permasalahan ini menjadi semakin kompleks dengan pembiaran aktivitas manusia yang merusak alam seperti pembukaan daerah hijau untuk perumahan, penebangan pohon besar-besaran, hingga polusi udara. Salah satu cara untuk menekan masalah polusi udara adalah dengan menanam pohon. Namun jika lahan di daratan sudah semakin terbatas, rumput laut bisa dijadikan alternatif.
Baca juga: Budidaya Rumput Laut dengan Kantong Bersusun
Tanaman Penyerap Karbon Dioksida yang Lebih Baik
Rumput laut merupakan salah satu tanaman yang pertumbuhannya tergolong cepat, yaitu sekitar 45 hari masa tanam. Pertumbuhan 30 kali lebih cepat dari tanaman darat seperti pohon yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk mencapai ukuran optimal. Pertumbuhan yang cepat ini menjadikan penyerapan karbon dioksida jauh lebih cepat.
Menurut sebuah penelitian berskala internasional, 48 juta kilometer persegi lautan dan samudera di dunia merupakan lahan yang ideal untuk penumbuhan rumput laut. Pemanfaatan 0,001 persen perairan saja suddah dapat mengimbangi emisi karbon dari seluruh industri akuakultur.
Baca juga: Mengenal Alga Merah Dan Manfaatnya Bagi Manusia
Mengurangi Tingkat Keasaman Air Laut
Air laut yang kaya nutrisi dipompa dari kedalaman ke daerah kontinental dangkal di zona fotik, lalu digunakan untuk mengairi tanaman rumput laut. Selain itu, karena rumput laut menghilangkan karbon dioksida dari laut, tumbuhan ini bisa mengurangi keasaman air laut.
Sekitar 95 persen produksi rumput laut saat ini berpusat di Asia. Dengan demikian, isu lingkungan di benua Asia saja seharunya bisa teratasi.
Kelemahan Rumput Laut sebagai Penyerap Polusi
Pertumbuhan rumput laut pada kedalaman yang berbeda mengalami peningkatan setiap minggunya. Saat rumput laut tumbuh, ia bisa bertindak sebagai penyerap karbon dioksida dari perairan laut dan menyimpan karbon tersebut. Mekanisme itu memungkinkan lebih banyak karbon dioksida yang bisa diserap dari atmosfer ke laut. Namun, kelebihan ini bukannya tidak memiliki sisi negatif.
Ketika rumput laut membusuk, tanaman tersebut akan melepaskan karbon dioksida kembali ke laut dan atmosfer. Jika ada cara untuk mengunci karbon yang tersimpan dalam rumput laut untuk jangka panjang, ini bisa menjadi sistem penyeimbang emisi karbon skala besar. Cara ini dikenal dengan nama penarikan karbon, di mana sejumlah karbon dikeluarkan secara permanen dari peredaran.
Baca juga: 8 Jenis-jenis Rumput Laut di Indonesia
Mengimbangi emisi karbon hanyalah satu setengah dari tantangan iklim. Menghentikan emisi karbon baru sangat penting untuk mengubah lintasan pemanasan global.
Meskipun begitu, budidaya rumput laut berpotensi menjadi bagian besar dalam mengatasi tantangan iklim. Menurut laporan NASA pada 2020, planet Bumi sangat membutuhkan solusi penggantian kerugian karbon skala besar yang efisien, karena karbon dioksida di atmosfer mencapai tingkat tertinggi, yaitu lebih dari 650.000 tahun.
Sumber: merdeka.com