8 Jenis-jenis Rumput Laut di Indonesia
| Thu, 06 Aug 2020 - 10:14
Kekayaan sumber daya laut Indonesia, keragaman hayati dan jenis jenis sumber daya alam di dalamnya begitu melimpah ruah. Rumput laut merupakan salah satu biota laut yang beragam spesiesnya di Indonesia. Kekayaan spesies dari rumput laut ini tidak hanya berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem namun dapat diambil manfaatnya.
Manfaat dari rumput laut ini sangatlah beragam, diantaranya yaitu, sebagai bahan baku industri masakan, industri kosmetik, industri konstruksi, farmasi, kesehatan dan kedokteran. Untuk itu telah banyak masyarakat terutama masyarakat pesisir yang telah membudidayakan berbagai jenis rumput laut.
Pengelompokan tumbuhan rumput laut termasuk ke dalam makroalga, yang tidak memiliki akar, daun dan batang sejati (Thallophyta). Terdapat thallus yang menggantikan fungsi akar pada tumbuhan, yaitu sebagai penyerap hara dan nutrisi dari sekitar. Proses fotosintesis pada tumbuhan juga terjadi pada rumput laut karena telah memiliki klorofil dan terjadi di bagian thallus (autotrof).
Jenis yang Dibudidayakan
Terdapat beragam jenis rumput laut yang telah dibudidayakan, namun terdapat beberapa jenis rumput laut unggulan yang telah dibudidayakan dan berpotensi di Indonesia. Berikut diantaranya jenis jenis rumput laut, yaitu.
1.Gelidium sp.
Rumput laut jenis ini merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah). Warna merah pada rumput laut ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin. Gelidium sp. memiliki panjang kurang lebih 20 cm dan lebar 1,5 mm. Thallusnya berwarna merah, coklat, hijau-coklat atau pirang.
Organ reproduksinya berukuran makroskopis. Rumput laut jenis ini memiliki warna yang bervariasi, hal ini terkait fungsi cahaya matahari bagi tumbuhan rumput laut di mana ada besar kecilnya intensitas cahaya berpengaruh terhadap warna. Di Indonesia sendiri memiliki 8 spesies dari jenis rumput laut ini.
Sumber: Biodiversidadvirtual.com
Adapun sentra budidaya rumput laut Gelidium sp. terdapat di pesisir Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua. Berbagai jenis Gelidium sp. di Indonesia dan negara lain dimanfaatkan sebagai bahan baku pabrik agar-agar dalam negeri dan sebagai komoditas ekspor. Kandungan agar-agarnya berkisar antara 12-48%, tergantung jenisnya.
2. Gracilaria Verruccosa
Rumput laut jenis ini merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah). Sama seperti jenis rumput lainnya, G. verrucosa memiliki bentukan yang menyerupai akar, batang, daun, atau buah yang disebut thallus. Ciri-ciri umum G. verrucosa pada bentuk thallusnya yang menipis dan silindris dengan bentukan percabangan yang tidak teratur.
Pada pangkal percabangan thallusnya menyempit. Umumnya ujung thallus G. verrucosa meruncing dengan permukaan yang halus namun terkesan berbintil. Diameter thallus G. verrucosa berkisar antara 0.5 – 4.0 mm. Jenis rumput laut ini pada habitat aslinya mendiami wilayah 300-1000 m dari garis pantai. G. verrucosa termasuk rumput laut yang bersifat euryhalin yaitu kemampuan untuk dapat hidup pada perairan bersalinitas 15-30 ppt. Pertumbuhan G. verrucosa diketahui lebih baik di tempat dangkal yang memiliki intensitas cahaya tinggi dari pada di tempat dalam.
Sumber: Alchetron.com
Suhu yang optimum untuk pertumbuhan adalah 20-28o C dan pH optimum antara 6-9. Selain itu, substrat tempat melekatnya G. verrucosa berupa batu, pasir dan lumpur. Gambaran umum rumput laut adalah macrobenthic (besar dan melekat), organisme autotrof, membutuhkan cahaya untuk keberlangsungan hidupnya sehingga rumput laut tidak dapat hidup pada kedalaman laut yang tidak ada cahaya.
Wilayah penyebaran G. verrucosa di Indonesia meliputi di wilayah Sulawesi selatan (Jeneponto, Takalar, Sinjai, Bulukumba, Wajo, Paloppo, Bone, Maros), Sulawesi tenggara dan Sumbawa barat. Daerah budidaya Gracilaria terdapat di Sulawesi selatan, Lombok barat, Sumbawa, Pantai utara Jawa, Serang, Lamongan dan Sidoarjo. G. verrucosa juga ditemukan hidup di teluk atau laguna yang keruh dangkal dekat dengan aliran air tawar yang mengandung banyak nutrien. Biasanya melekat di batu pasir, lumpur dan jenis jenis terumbu karang. (baca juga artikel terkait cara melestarikan terumbu karang dan cara transplantasi terumbu karang)
Baca juga: 10 Penyakit Penyebab Kerugian Besar Petambak Udang
3. Eucheuma spinosum
Rumput laut jenis ini merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah). Thallus berbentuk silindris, percabangan thallus berujung runcing dan ditumbuhi tonjolan, berupa duri lunak. Permukaan tubuhnya licin, berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau kuning atau merah ungu.
Variasi warna ini terkait dengan kemampuan adaptasi karomatik dari jenis rumput laut ini yang tergantung dari intensitas cahaya matahari yang diterima. Tinggi E. spinosum dapat mencapai 30 cm dan percabangan thallus pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari, ada yang memanjang dan ada yang melengkung.
Sumber: Repository.unpas.co.id
Eucheuma spinosum tumbuh pada perairan yang jernih, dasar perairannya berpasir atau berlumpur dan hidupnya menempel pada berbagai jenis jenis terumbu karang. Persyaratan hidup lainnya yaitu terdapat arus. Umumnya di sekitar rumput laut akan banyak terdapat jenis jenis plankton. Untuk di Indonesia sendiri masih baru dibudidayakan dalam skala besar di daerah Madura – Sumenep dan Bali. Adapun rumput laut E. spinosum adalah salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Rumput laut E. spinosum diambil karaginannya yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
4. Eucheuma Cottonii
Rumput laut jenis ini merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah). E. cottonii dapat dibedakan dari thallusny di mana thallusnya bercabang-cabang berbentuk silindris atau pipih, percabangannya tidak teratur dan kasar (sehingga merupakan lingkaran) karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk melindungi gametan.
Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau hijau kuning. Spina Eucheuma cottonii tidak teratur menutupi thallus dan cabang-cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna hijau, hijau kuning, abau-abu atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari bentuk sederhana sampai kompleks.
Sumber: news.unair.co.id
Habitat dari E. cottonii ini adalah pada daerah pasang surut, rataan terumbu karang, menempel pada substrat yang keras. Pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain jenis, galur, bagian thalus dan umur. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain keadaan fisik dan kimiawi perairan. Sentra wilayah budidaya rumput laut jenis ini terdapat di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bali, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat. E. cottonii diambil kandungan kimiawinya yaitu karagenan dan dimanfaatkan dalam industri kosmetika, makanan, dan obat-obatan.
Baca juga: Budidaya Ikan Kakap Putih di Kolam Terpal, Peluang Bisnis!
5. Acantophora spicifera
Rumput laut jenis Acanthopora sp. merupakan salah satu contoh Rhodophyta (rumput laut merah). Thallus silindris, percabangan bebas, tegak, terdapat duri-duri pendek sekitar thallus yang merupakan karakteristik jenis ini. Tubuh berwarna coklat tua atau coklat kekuning – kuningan. Rumpun lebat dengan percabangan kesegala arah.
Tumbuh pada substrat batu atau substrat keras lainnya seperti beberapa jenis terumbu karang dan dapat bersifat epifit. A. spicifera menghasilkan alanine dan aspartic acid.
Sumber: inaturalist.com
Jenis rumput laut ini masih sedikit dibudidayakan di Indonesia dan biasanya dimanfaatkan sebagai makanan ringan dan makanan olahan.
6. Chondrococcus hornemannii
Rumput laut jenis C. hornemannii merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta (rumput laut merah). Thallus pipih, permukaan halus, membentuk rumpun kecil tetapi sangat rimbun saling bertumpukan. Percabangan berselang-seling teratur, merapat, tubuh berwarna merah-ungu atau pirang.
Sumber: tonysharks.com
Tumbuh umumnya di daerah ujung luar bagian terumbu karang yang senantiasa terendam air, melekat pada substrat batu dan terumbu karang dengan holdfast yang berbentuk cakram kecil. Rumput laut merah jenis C. hornemannii menghasilkan produk kimia asparagin dan karagenan serta dimanfaatkan sebagai bahan dasar agar agar dan kosmetik.
Baca juga: Bagaimana Sistem Budidaya Udang Intensif?
7. Hypnea sp.
Rumput laut jenis Hypnea sp.merupakan salah satu contoh Rhodophyta (rumput laut merah). Cir khas dari rumput laut jenis ini adalah mempunyai thallus yang lurus, bercabang lemah, berwarna coklat atau kehijau-hijauan tergantung intensitas cahaya matahari dan kedalaman tempat tumbuh.
Sumber: commons.wikimedia.org
Sepanjang thallus terdapat rambut-rambut yang halus. Sama seperti rumput laut merah jenis lain Hypnea sp. dimanfaatkan dan diambil karagenannya sebagai bahan baku berbagai industri. Perkembangbiakan tumbuhan rumput laut jenis ini dalam budidayanya biasanya diperbanyak dengan vegetatif buatan yaitu menggunakan stek thallus.
8. Ulva lactuca
Rumput laut jenis Ulva sp.atau selada laut (sea lettuce) adalah rumput laut yang tergolong dalam divisi Chlorophyta (rumput laut hijau). Termasuk dalam divisi Chlorophyta karena sel-sel mengandung banyak mengandung klorofil a sehingga memberikan warna hijau pada rumput laut ini.
Sumber: inaturalist.com
Habitatnya adalah di air laut dan morfologinya berupa thallus tipis dan gepeng seperti pedang yang terdiri atas 2 lapis sel. Tidak ada diferensiasi jaringan dan seluruh sel memiliki bentuk yang kurang lebih identik, kecuali pada sel-sel basal yang mengalami elongasi membentuk rhizoid penempel. Masing-masing sel pada spesies ini terdiri atas sebuah nukleus, dengan kloroplas berbentuk cangkir dan sebuah pirenoid.
Ulva lactuca memiliki panjang sampai 100 cm dan berwarna hijau apel terang, dan memiliki bentuk strap-shaped blades (pedang melipat) dengan tepi yang halus tapi bergelombang. Bagian tengah dari setiap helaian seringkali berwarna pucat dan semakin ke arah tepi warnanya semakin gelap. Pada daerah tropis, tumbuhan ini biasanya terdapat di air yang dangkal (zona intertidal bagian atas sampai kedalaman 10 meter).
Sumber: bulelengkab.go.id