Menaruh Harapan pada Udang Vanname

| Tue, 21 Sep 2021 - 10:22

Udang vanname hingga saat ini masih merupakan komoditas unggulan bagi pembudidaya ikan di lahan sawah tambak di Kabupaten Lamongan. Dalam keadaan sumber air terbatas, Udang vanname masih dapat dibudidayakan dan memberikan hasil yang memuaskan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Bapak Djaeri selaku pembudidaya udang vanname di Desa Gempolpendowo, Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan, yang masih tetap eksis membudidayakan Udang vanname di lingkungan sawah tambak, meskipun sebagian besar lahan di sekitarnya telah dan sedang digunakan untuk tanam padi.


Selain itu kondisi sumber air terbatas, karena sedang musim kemarau, belum turun hujan. Dan apabila menggunakan  air dari sumur bor volume air kecil dan cenderung mengandung Fe tinggi. Sehingga dalam proses budidaya udang vanname pada saat ini memiliki tantangan yang besar dan harus betul-betul dapat mengoptimalkan pengelolaan potensi media budidaya yang ada. 


Saat saya sebagai penyuluh perikanan, berkunjung ke tempat Bapak Djaeri hari ini, beliau sedang mencampur (meramu pakan) untuk hari ini. Pakan yang digunakan ada beberapa merk pakan udang, yang sudah teregister KKP dan memiliki ukuran yang sama. “Mengapa tidak menggunakan satu merk pakan saja pak?” tanya saya. “ Ketersediaan pakan dengan merk dan ukuran sesuai usia udang saat ini sulit diperoleh di toko pakan terdekat lokasi budidaya. Untuk mendatangkan atau stok pakan jumlah banyak, modal terbatas pak…” jawab Pak Djaeri sambil mengaduk pakan.




Hari ini umur udang vanname di lahan sawah tambak Pak Djaeri adalah 39 hari. Dan pakan yang diberikan adalah 21 kg, dibagi 3 kali pemberian, pagi, siang, dan sore. Hasil kontrol ancho 1%, setelah 2 jam pemberian pakan pagi, habis. Udang tampak sehat, aktif dan usus penuh pakan. Alhamdulillah.


Meskipun di lahan sawah tambak, berbeda dengan pembudidaya ikan di sawah tambak pada umumnya, dimana sistem budidaya dilakukan secara tradisional dan polikultur Udang vanname dengan ikan nila atau ikan bandeng. Pak Djaeri melakukan budidaya di lahan sawah tambak secara monokultur dan tradisional plus, yaitu plus pakan intensif dan kincir air.


Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Dan dalam satu lahan sawah tambak hanya dibudidayakan satu komoditas yaitu Udang vanname. Karena dalam area lingkungan sawah tambak, kadar garam air media budidaya adalah air tawar, sama dengan lahan sawah tambak yang lain, dimana pada bulan Juni-September lahan budidaya digunakan untuk tanam padi.


 Agar dapat melakukan budidaya Udang vanname dengan tepat waktu, Pak Djaeri menggunakan lahan saat musim tanam padi hanya sebagai tempat winihan, jadi tanam padi hanya 20-25 hari kemudian benih padi dijual atau dipindah lokasi sawah tambak yang lain. Sehingga lahan sawah tambak dapat segera diolah dan dipersiapkan untuk budidaya udang vanname.


Di lahan seluas 2.000 m2 ini pak Djaeri telah menebar benih udang vanname sejumlah 22 rean (110 ribu ekor). Benih udang vanname dibeli dari Pentokol (Penyedia benih Udang vanname air tawar) di Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan dengan harga Rp. 125.000,-/rean. Jadi benih yang ditebar dalam kondisi sudah adaptif di air tawar, sesuai kadar garam lahan sawah tambak Pak Djaeri.


Dalam pengelolaan kualitas air yang sangat diperlukan saat ini, pak Djaeri selalu mengaplikasikan probiotik, baik secara langsung ke media maupun di campurkan pakan. Ketersediaan probiotik pada siklus ini, sengaja digunakan dari produk probiotik mandiri mitra penyuluh, sebagai bahan uji coba inovasi penyuluh yang ada. Yang diharapkan dapat membantu keberhasilan budidaya. Sehingga aplikasi probiotik memerlukan pendampingan untuk dilakukan sesuai SOP hingga panen dan dapat dilakukan evaluasi untuk siklus berikutnya. Target pemeliharaan saat ini adalah hingga DOC 80 hari, SR 70% dan size panen 70 ekor/kg, harga Rp. 60.000/kg.  


Semoga dengan semangat budidaya yang tinggi dan dengan pendampingan penyuluh dan mitra pakan yang ada, pak Djaeri dapat mencapai hasil yang diharapkan. Meskipun besar tantangan ketersediaan sumber air dan perubahan cuaca yang ada, dapat bertahan hingga akhir tujuan, karena hasil Udang vanname ini menjadi harapan utama pendapatan pak Djaeri saat ini. Aamiin YRA.


Penulis: Suyadi

Profesi : Penyuluh Perikanan

Instansi : Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi

Artikel lainnya