Ikan Gabus: Peluang Usaha Millenial Anti Mainstream
| Wed, 17 Nov 2021 - 16:41
Dari Buntung Jadi Untung
Tiga mahasiswa UGM sukses di usia muda berkat membudidayakan Ikan Gabus (Channa striata). Mahasiswa milenial seyogyanya dapat berkontribusi bagi masyarakat, seperti yang dilakukan oleh Hubertus Rino Augenio, Naufal Jefri Ramadhan dan Fahmi Nur Priambudi dalam menekuni budidaya Ikan Gabus di bawah bimbingan Bapak Agus Nugroho, S.T., M.T. selaku dekan bidang kemahasiswaan Sekolah Vokasi UGM.
Rintisan usaha ini dimulai sejak awal tahun 2021, cukup dini memang, namun dengan kegigihan dan semangat yang kuat, hasil yang memuaskan pun perlahan berdatangan. “Ide budidaya Ikan Gabus bermula ketika salah satu kerabat kami mengalami kecelakaan. Konsumsi ekstrak Ikan Gabus sebagai obat daripadanya membuat kami tertarik untuk mendalami budidaya Ikan Gabus,” jelas Rino secara langsung.
Di bawah naungan Sentosa Farm, Ikan Gabus yang dahulu dianggap hama kini dibudidayakan di wilayah perkotaan. Ikan Gabus telah menjadi komoditas yang layak diperdagangkan sebab dapat dikonsumsi maupun dimanfaatkan oleh industri herbal. Manfaat ekstrak Ikan Gabus sangatlah besar, terutama bagi penderita hypoalbuminemia. Selain itu, ekstrak Ikan Gabus dapat menunjang proses penyembuhan luka pasca operasi.
Rintisan usaha ini berawal dari pembesaran Ikan Gabus, yang kemudian seiring berjalannya waktu, mampu melakukan pembibitan Ikan Gabus secara mandiri. Kendati demikian, selama proses budidaya terdapat pula kegagalan yang datang, seperti halnya kematian massal pada kolam bibit Ikan Gabus ketika musim pancaroba. Lebih lanjut Rino menuturkan, “Justru pahitnya usaha perlu dicicipi, sebab dengannya, kita akan mendapatkan pengalaman dan pembelajaran supaya konsisten dalam menjalankan bisnis.”
Smart Aquaculture Base on IoT
Budidaya ala milenial tidak lekang dari inovasi. Sentosa Farm mengembangkan perangkat pintar sebagai solusi pemantauan kolam di luar ruangan (outdoor). “Ketika masalah datang, tentu saja perlu untuk segera diselesaikan. Oleh karenanya, kami mengembangkan alat untuk memantau kualitas air kolam secara realtime. Nantinya, data yang terbaca akan diteruskan melalui platform IoT sehingga dapat diketahui oleh pembudidaya dengan mudah,” tutur Jefri sembari menunjukkan alat yang dijuluki EFO.
Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia
EFO, merupakan sebuah alat untuk melakukan monitoring parameter kualitas air secara realtime yang telah terintegrasi dengan sistem bio filter. Komponen mikrokontroler dan sensor digunakan sebagai input meliputi turbidity (kekeruhan), pH dan suhu. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan algoritma pada mikrokontroler, sehingga ketika kondisi air kolam melebihi ambang batas, secara otomatis bio filter dan heater akan menyala.
“Sebagai pembudidaya Ikan Gabus, saya merasa sangat terbantu dengan adanya teknologi smart filter yang terintegrasi secara online. Dengannya, saya dapat memantau kolam tanpa harus berada langsung di tempat,” tutur Budi. Alangkah baiknya bila EFO terus dikembangkan menjadi skala yang lebih besar, sehingga fungsionalitasnya dapat meningkat dan membantu pembudidaya ikan, khususnya budidaya perikanan air tawar.
Kiat Budidaya Ikan Gabus ala Millenial
Merintis sebuah usaha budidaya Ikan Gabus dimulai dengan persiapan modal dan persiapan teknis, seperti, lokasi, kolam, bibit, ketersediaan pakan, dan lainnya. Diantara persiapan tersebut, terdapat hal yang sering dilewatkan oleh para pembudidaya pemula, yaitu persiapan diri pribadi. Pembudidaya milenial cenderung tergesa-gesa dan berani mengambil risiko tanpa berpikir panjang. Sebab itu, Sentosa Farm memberikan beberapa tips untuk mengawali usaha,
● Pahami
Memahami diri sendiri adalah langkah awal yang tepat untuk memulai usaha. Hal ini dapat diawali dengan menganalisis target usaha, mengenali kelemahan dan kelebihan pada perencanaan usaha dan diri pribadi, serta bertukar pikiran kepada pembudidaya terdahulu agar dapat memahami kondisi lapangan.
● Jalani
Setelah memahami, langkah selanjutnya ialah menjalani. Tahap ini, cenderung sulit dilakukan karena memerlukan pikiran dan tenaga ekstra. Pembudidaya perlu memaksimalkan sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi maupun mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.
● Tekuni
Dalam berusaha, diperlukan pula ketekunan. Ketekunan ini dapat diimplementasikan dengan belajar dari kesalahan dan terus mengeksplorasi ilmu baru, menerima masukan maupun kritikan diterima dengan lapang dada, serta memperluas relasi relasi untuk mengembangkan usaha.
---
Penulis: Fahmi Nur Priambudi
Profesi: Mahasiswa
Instansi: Universitas Gadjah Mada