Jadermawan Sinaga: Nila RAS ala Ibu Rumahan

| Tue, 09 Jun 2020 - 09:26

Berdiam di rumah bukan berarti tak beraktivitas, melainkan berperan serta menggiatkan produktivitas hasil perikanan

Melakukan usaha budidaya, khususnya budidaya ikan air tawar, tentunya membutuhkan inovasi yang dinamis. Tidak melulu harus memiliki kolam luas, berdiam diri di rumah juga bisa menjadi salah satu kiat untuk melakukan usaha budidaya. 

Salah satu usaha budidaya di rumah dilakukan oleh Rafika Br P yang bermukin di Desa Sumber Mufakat, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo – Sumatera Utara. Yakni usaha budidaya ikan nila dalam sistem Recirculating Aquaculture System (RAS) ala pekarangan rumah.

Apalagi di tengah-tengah pandemi virus covid-19 ini, otomatis kegiatan usaha banyak dialihkan ke dalam rumah. Menurut Rafika, kegiatan rumahan seperti ini dapat membantu mengurangi  kejenuhan ketika berdiam diri di rumah. 

Modalnya pun, ia terangkan, cukup terjangkau. Bermodalkan Rp 10 juta sejak setahun lalu, ia mendapatkan dua kolam terpal bundar berdiamater 1,5 meter (m) beserta naungan atap dan sistem filterisasi sederhana menggunakan  dua buah drum plastik yang berdiameter 50 cm. Sudah tiga siklus ia lalui dengan menerapkan budidaya sistem RAS ini.

RAS sederhana

Rafika bercerita, untuk sistem pemeliharaan budidaya ikan nila di kolam terpal ini ia terapkan RAS yang sangat sederhana. Yakni, sama seperti pemeliharaan ikan di dalam akuarium. “Dengan pola sirkulasi air keluar dari kolam,masuk ke dalam filter dan dialirkan kembali ke dalam kolam pemeliharaan ikan,” ungkap perempuan berusia 31 tahun ini.

Faktor terpenting di dalam sistem RAS ini adalah filter memadai untuk menyaring sisa kotoran dari ikan yang dipelihara. “Saya juga masih terus belajar untuk sistem filter yang tepat agar sisa kotoran ikan dapat disaring dengan sempurna untuk menjaga kualitas air pemeliharaan,” terangnya yang menerapkan padat tebar 250 ekor benih per kolam terpal.

Trik-trik terkait filter ini harus ia terapkan agar nila yang ia pelihara dapat tumbuh optimal. Terlebih ketika menghadapi beragam tantangan berbudidaya. Ketika listrik mati, contohnya.  Rafika mengatakan, ketika listrik mati biasanya ikan nila yang ia pelihara akan naik ke permukaan dikarenakan suplai oksigen di dalam kolam pemeliharaan berkurang. 

“Berdasarkan pengalaman saya, apabila listrik mati, kita keluarkan kotoran ikan yang mengendap di dasar kolam dan sebisa mungkin kita alirkan air baru ke dalam kolam walaupun kecil. Dulu pernah listrik mati selama 4 jam dan Alhamdulillah ikan yang kita pelihara aman dari kematian dengan cara seperti ini,” jelasnya yang melakukan pemberian pakan dua kali dalam sehari.

Tantangan Panen

Sebelumnya, budidaya ikan yang digelutinya ini merupakan hasil diskusi bersama dengan suaminya yang merupakan salah satu Penyuluh Perikanan Bantu (PPB) yang di tugaskan di Kabupaten Karo - Sumatera Utara. Apalagi, Rafika mengakui, sistem ini cukup dilakukan di dalam rumah sehingga memudahkan dalam pengontrolan.

Awalnya dalam dua siklus pertama ia mengembangkan budidaya ikan lele. Ia mengakui, Lebih kurang selama setahun yang lalu kegiatan budidaya ikan lele sistem RAS ini sudah 2 kali melakukan panen. Namun, hasil keuntungan panen yang didapatkan kurang memuaskan."Hanya Rp 500 ribu per 3,5 bulan,” ujar Rafika

Selain hasil kegiatan budidaya ikan lele ini kurang memuaskan, menurut Rafika, ada tantangan lainnya. “Khususnya bagi ibu rumahan seperti saya lumayan rumit. Dikarenakan ikan lele harus melakukan sortir yang ketat untuk mengurangi kanibalisme ikan tersebut,” ungkapnya.

Walaupun ikan nila juga lebih baik disortir untuk penyeragaman benih yang dipelihara, tidak ada efek yang lebih besar seperti halnya budidaya lele. “Dan nilai jual dipasar hanya dihargain Rp 18 ribu per kilogram (kg). Sedangkan nila harga jualnya jauh lebih tinggi. Yakni, mencapai Rp 28 ribu per kg,” papar Rafika.

Berdasarkan pengalaman ini, lanjut Rafika, budidaya yang kemudian ia kembangkan adalah dengan membesarkan nila. Tantangan baru, ia temukan dalam segi permodalan. Karena menurutnya, untuk nila perlu penambahan modal untuk membeli aerator. Alat ini diharapkan untuk mensuplai oksigen ke dalam kolam bundar.

Satu lagi hal positif ia amati dengan membudidayakan nila di pekarangan rumah. Setelah ia perhatikan, belum ada kendala walaupun belum pernah disortir. Awalnya dia merasa agak berat karena benih mati bisa mencapai 50 ekor di bulan pertama. “Namun perlahan, tingkat kematian pun menurun dan nila bisa tumbuh dalam pembesaran. Kita inginnya hasil dari kegiatan budidaya nila ini bisa mendapatkan keuntungan yang lebih dari lele sebelumnya,” kata Rafika.

Sejauh yang ia alami ini, Rafika berpendapat semua ibu rumahan atau ibu rumah tangga pastilah bisa melakukan kegiatan budidaya ikan ini. “Selain untuk menambah pendapatan keluarga, pemeliharaan ikan seperti ini dapat juga menghilangkan stres kita sebagai ibu rumah tangga,” ujarnya berkelakar.

Makanya, ia pun mendorong teman-teman sejawatnya untuk melakukan usaha seperti ini. Termasuk ibu rumahan seperti dirinya. “Jadi buat ibu-ibu dimana pun anda berada, jangan takut mencoba untuk melakukan kegiatan usaha budidaya ikan di kolam terpal ini. Walaupun terkadang pasti ada kendala di dalam perjalanan usahanya,” tutup Rafika. 


Artikel Asli : Trobos Aqua

Artikel lainnya

Nila 

Study Tests Autogenous Vaccine to Protect Nile Tilapia

Minapoli

1579 hari lalu

  • verified icon2231
Nila 

Budidaya Ikan Nila Menggunakan Sistem Bioflok

Minapoli

340 hari lalu

  • verified icon823
Nila 

Cara Memilih Indukan dan Pemijahan pada Ikan Nila

Minapoli

1047 hari lalu

  • verified icon5375
Nila 

Combining Yucca Extract and Yeast in Tilapia Farming

Minapoli

1410 hari lalu

  • verified icon2865