• Home
  • Infomina
  • Faktor-Faktor Penting Penentu Keberhasilan Budidaya Moina dengan Media Chlorella

Faktor-Faktor Penting Penentu Keberhasilan Budidaya Moina dengan Media Chlorella

| Mon, 16 Jan 2023 - 16:21

Pakan alami merupakan salah satu komoditas penting yang dapat menjadi faktor pembatas dalam kegiatan pembenihan ikan, baik ikan air tawar maupun perairan laut, keberadaannya menjadi salah satu variable penentu keberhasilan bagi kegiatan produksi ikan.


Pakan alami biasanya diberikan pada saat ikan masih dalam fase larva dimana organ-organ tubuhnya belum terbentuk secara sempurna. Pakan alami yang dapat digunakan bermacam-macam jenisnya mulai dari phytoplankton, zooplankton, sampai dengan dari jenis anelida seperti cacing tubifex dan cacing lumbricus.


Salah satu pakan alami yang cukup kita kenal dan sangat dibutuhkan keberadaannya terutama untuk pembudidaya dan hobies ikan hias adalah Moina sp atau yang biasa dikenal dengan kutu air. Moina merupakan salah satu pakan alami bagi larva ikan karena memiliki ukuran relatif sesuai ukuran bukaan mulut larva, memiliki nilai nutrisi, laju reproduksi dan pertumbuhan tinggi serta dapat dibudidayakan secara massal dalam wadah terkontrol. 


Dalam aktifitas pembenihan ikan patin misalnya, pemberian pakan Moina sangat bagus jika diberikan saat larva sudah berumur 14 hari, selain dapat mengurangi penggunaan cacing, diduga pemberian Moina mempermudah proses adaptasi larva saat akan dilakukan pergantian pemberian pakan buatan/pellet. Hal yang baik juga terjadi pada kegiatan pembenihan ikan lele dimana larva yang diberi pakan tambahan Moina memiliki pertumbuhan relatif lebih seragam dibandingkan larva yang sejak awal hanya diberi pakan cacing sutera.


Selain untuk larva ikan konsumsi, Moina juga banyak digunakan oleh pembudidaya ikan hias, hampir seluruh ikan hias air tawar baik pada stadia larva sampai dengan induk dapat memanfaatkan Moina. Pemberian Moina dilakukan dalam bentuk beku ataupun segar bergantung kepada karakter dan kebiasaan makan ikan itu sendiri.


Ada beberapa media yang berpotensi menjadi media budidaya massal Moina, diantaranya seperti mikroalga, limbah budidaya lele, ataupun media probiotik lainnya. Namun demikian sampai saat ini metode budidaya Moina dengan Chlorella sebagai media pertumbuhan masih merupakan paling efektif digunakan untuk usaha produksi dalam skala massal.


Artikel terkait: Mikroalga, Pakan Alami Budidaya Perikanan


Metode Budidaya Moina dengan Media Chlorella


Ada dua tahapan pokok yang harus dilakukan dalam budidaya massal Moina dengan media Chlorella, yang pertama adalah kultur massal Chlorella digunakan sebagai media dan kedua adalah budidaya Moina itu sendiri. Bahan-bahan yang diperlukan dalam kultur massal Chlorella diantaranya adalah urea, NPK, dedak, dan dolomit. Sebelum dilakukan kultur terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan diantaranya seperti sterilisasi wadah, dan pengamatan inokulan Chlorella.


Proses sterilisasi meliputi pencucian dan pengeringan wadah dengan cara menjemur bak selama kurang lebih satu hari. Hal ini bertujuan untuk membunuh kontaminan yang mungkin tertinggal setelah proses budidaya sebelumnya, langkah selanjutnya adalah dilakukan pengisian air dengan menggunakan filterbag pada bagian inlet, dengan tujuan mengurangi kemungkinan adanya partikel kasar atau kontaminan lain yang terbawa pada sumber air masuk.


Untuk memastikan bahwa air yang akan digunakan sebagai media dalam keadaan steril maka pada air media tersebut dilakukan sterilisasi kembali dengan menggunakan kaporit dengan dosis 20-30 ppm, selanjutnya untuk mempercepat proses netralisasi residu klorin, maka diberikan aerasi kuat selama minimal 24 jam. Setelah air media dirasa cukup netral dari pengaruh residu klorin maka dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk teknis sebanyak 0,5 gr/lt untuk urea dan NPK dan 1,5 gr/lt untuk dedak, penggunaan dolomit dapat dilakukan seperlunya untuk menjaga kondisi pH air media agar tetap dalam kondisi netral. Setiap bahan pupuk tersebut kemudian dicampur dan ditebarkan secara merata ke dalam media budidaya.


Inokulasi Chlorella dapat dilakukan pada hari berikutnya setelah proses pemupukan, jumlah Chlorella yang diberikan minimal sebayak 20 liter dengan kerapatan sel inokulan Chlorella 0,8-1 juta sel/ml. Inokulan yang digunakan dapat berasal dari kultur massal sebelumnya ataupun dari kultur murni skala laboratorium. Pada hari pertama setelah inokulasi Chlorella, biasanya pertumbuhan Chlorella belum terlihat secara signifikan hal ini disebabkan karena Chlorella masih berada dalam fase adaptasi (Lag phase), fase penyesuaian ini terjadi karena adanya perubahan konsentrasi dan kualitas air media dari media kultur sebelumnya, laju pertumbuhan kemudian akan meningkat pada hari ketiga hingga hari keempat, pada kondisi ini pertumbuhan Chlorella memasuki fase eksponen dimana proses reproduksi terjadi dengan cepat untuk kemudian laju pertumbuhan menurun pada hari kelima. Fase stasioner akan terjadi menjelang hari keenam dan selanjutnya mengalami fase kematian akibat berkurangnya nutrisi dalam media tersebut.


Pada kondisi cuaca yang optimum dimana panas matahari berlangsung dalam setiap harinya, Chlorella dapat tumbuh cepat dan mencapai fase eksponen dengan jumlah kerapatan sel hingga 8-11 juta sel/ml. Chlorella yang telah mencapai fase eksponen selanjutnya dapat dilakukan inokulasi Moina sebanyak 300-500 gr, Moina yang diinokulasi kemudian berkembang dan dapat dipanen pada hari keempat atau kelima dengan jumlah moina dipanen berkisar antara 5-12 kg.


Keberhasilan dan kegagalan dalam produksi Moina dapat terjadi kapan saja, begitu juga dengan jumlah panen yang mungkin fluktuatif dalam setiap waktunya, hal tersebut dapat disebabkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi, variabel penting penentu keberhasilan tersebut diantaranya adalah kondisi media, kualitas dan kuantitas inokulan, kualitas air dan cuaca harian, serta adanya kontaminan.


Baca juga: Pakan Alami Phronima, 40 Hari Panen Udang Windu


Variabel penentu yang mempengaruhi budidaya Moina


1. Kondisi media


Chlorella merupakan salah satu faktor penting pertama yang menentukan keberhasilan budidaya Moina, karena dalam hal ini Chlorella merupakan media dan sumber makanan utama bagi Moina, oleh karenanya keberadaannya mutlak harus dipenuhi baik dari aspek kualitas maupun kuantitas. Aspek kualitas yang harus dipenuhi bagi media diantaranya adalah tingkat kemurnian sel Chlorella pada media massal, adanya kontaminasi berupa phytoplankton lain dalam media dapat menjadi kompetitor nutrisi bagi Chlorella.


Pada media budidaya, kontaminasi yang sering dijumpai adalah berasal dari spesies alga hijau yaitu Scenedesmus sp, Phytoplankton ini sangat mengganggu karna selain sebagai kompetitor nutrisi bagi Chlorella pertumbuhan scenedesmus juga cukup cepat, indicator teknis yang mudah diketahui adalah warna perairan yang kemudian secara cepat menjadi hijau pekat, kondisi ini dapat menghalangi intensitas cahaya matahari hingga kolom media akibatnya pertumbuhan Chlorella juga menjadi terhambat.


Untuk mendapatkan media massal Chlorella dengan tingkat kemurnian yang tinggi dan jumlah yang memadai, beberapa hal yang harus dilakukan adalah sterilisasi air dan wadah dengan klorin agar terhindar dari kontaminasi luar, menggunakan inokulan yang memiliki tingkat kemurnian minimal 95 %,  jumlah media minimal sebanyak sepertiga dari volume total media dan penggunaan dosis pupuk yang tepat.


Selain aspek kualitas, aspek kuantitas juga harus terpenuhi, dalam hal ini berhubungan dengan mutu dan banyaknya pupuk yang digunakan. Pada kondisi cuaca yang panas, penggunaan pupuk dapat dimaksimalkan untuk mempercepat pertumbuhan namun pada kondisi cuaca berpresipitasi, penggunaan pupuk dapat dioptimalkan dengan mengurangi dosis karena dengan jumlah pupuk yang berlebihpun tanpa adanya sinar matahari maka Chlorella tetap tidak akan tumbuh. Jumlah optimum yang baik agar Chlorella bisa menjadi media yang baik untuk budidaya Moina adalah jika dalam kondisi eksponen memiliki kerapatan sel lebih dari 10 juta sel/ml.


2. Kualitas dan kuantitas inokulan Moina


Hal berikutnya yang juga dapat berpengaruh terhadap hasil panen Moina adalah jumlah dan kualitas inokulan Moina. Untuk mendapatkan jumlah panen maksimal dengan waktu panen yang tepat maka inokulan Moina yang digunakan harus merupakan induk siap bereproduksi, hal ini bertujuan agar pada saat setelah diinokulasi induk-induk tersebut segera bereproduksi untuk selanjutnya anakan yang dihasilkan kemudian dapat melewati masa pertumbuhan selama empat hari sehingga pada saat dilakukan pemanenan didapatkan Moina sudah berada dalam tahap dewasa, dengan demikian siklus budidaya dapat menjadi lebih singkat.


Hamid. M.A, dkk (2009) menyebutkan bahwa Moina dapat melahirkan anak setiap harinya sebanyak 5-26 ekor dengan panjang 480 mikron dan lebar 390 mikron. Setelah 4-5 hari pemeliharaan dalam media budidaya, Moina dapat tumbuh menjadi dewasa dengan ukuran panjang 1210 mikron dan lebar 980 mikron. Selain stadia inokulan yang tepat, jumlah inokulan pun harus sesuai dengan kerapatan sel media. Jumlah inokulan yang terlalu sedikit dapat berakibat kurangnya hasil panen namun jika terlalu banyak dapat berakibat panen prematur karena media Chlorella yang tersedia tidak lagi mencukupi populasi Moina hingga waktu panen  tiba.


Seputar budidaya: Vertical Coloumn Photobioreactor untuk Kultur Fitoplankton dengan Akrilik


3. Kualitas Air dan Cuaca Harian


Kondisi cuaca harian dan kualitas air merupakan dua variabel yang berkaitan, keduanya juga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan budidaya Moina. Perubahan kondisi cuaca harian dapat mempengaruhi kualitas air media budidaya yang pada akhirnya secara langsung dapat mempengaruhi pola pertumbuhan Chlorella dan kemungkinan munculnya kontaminan, hal ini biasanya disebabkan karena adanya presipitasi. Menurunnya pH akibat hujan berkepanjangan dapat memicu pertumbuhan kontaminasi Rotifera yang mengganggu.


4. Adanya Kontaminan


Rotifera disebut sebagai kontaminan karena keberadaannya selain sebagai kompetitor makanan juga mengganggu karena hidupnya dapat menempel pada tubuh Moina. Untuk mencegah adanya kontaminasi tersebut dapat dilakukan pengapuran menggunakan dolomit dengan dosis 500-1000 ppm, penggunaan kapur dolomit dapat diberikan dalam kondisi massal secara langsung pada media budidaya, setelah dilakukan pengapuran pH media akan meningkat secara bertahap hingga pada nilai pH 9. Pada kondisi tersebut Rotifera tidak dapat berkembang dan akan mati sedangkan Moina masih dapat bertahan untuk hidup.


Bahan lain yang juga dapat digunakan adalah formalin, akan tetapi dalam jangka panjang bahan tersebut juga dapat bersifat lethal bagi Moina. Oleh karenanya penggunaan formalin sebaiknya hanya dilakukan untuk keperluan sterilisasi inokulan Moina sebelum dilakukan inokulasi. Kontaminasi lain adalah dari golongan protozoa, media Chlorella yang terkontaminasi protozoa biasanya memiliki pertumbuhan yang juga lambat dan kerapatan sel puncak yang rendah.


Pada saat seluruh variabel penentu berada dalam kondisi  yang sesuai  maka usaha budidaya Moina akan berjalan dengan lancar, namun pada saat salah satu atau sebagian tidak sesuai maka metode-metode alternatif harus dapat dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan budidaya.


Informasi lainnya: Ikan Cupang, Empat Pakan Alami ini Sangat Bermanfaat Membuat Indah dan Sehat


Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh KKP. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terdapat didalamnya di luar tanggung jawab Minapoli.



Artikel lainnya