KKP Gunakan Teknologi RAS untuk Siapkan Industri Benih Ikan Nasional
| Wed, 19 Feb 2020 - 17:08
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyampaikan bawa teknologi pembenihan sistem Recirculation Aquaculture System (RAS) dapat meningkatkan padat tebar hingga 7 kali lipat dibandingkan dengan sistem konvensional. Teknologi ini juga mampu memangkas masa pemeliharaan, menaikkan tingkat kelulusan hidup dan tingkat keseragaman ukuran.
"Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, RAS dapat menjadi solusi
mengatasi permasalahan kebutuhan benih ikan di seluruh Indonesia," ujar
Edhy di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu, Sulawesi Utara,
Selasa (18/2/2020).
Dia mengatakan, kegiatan perikanan budidaya komoditas air tawar secara khusus
di Tatelu, termasuk yang terbesar di Indonesia. Ini karena ditunjang oleh
potensi alam terutama kualitas air yang baik serta antusiasme masyarakat yang
tinggi untuk melakukan aktifitas budidaya.
“Dalam aktivitas perikanan budidaya, masalah yang timbul selain harga pakan
adalah ketersediaan benih unggul. Teknologi RAS di BPBAT Tatelu merupakan
jawaban akan kekurangan benih unggul di pembudidaya untuk kawasan Indonesia
Timur," ucap Edhy.
Saat ini dari Tatelu sudah melayani kebutuhan hampir di seluruh Sulawesi Utara,
bahkan beberapa daerah di luar Sulawesi seperti Ambon. Edhy menyadari harga
benih saat ini masih cukup tinggi di beberapa daerah. Penyebabnya adalah
kondisi wilayah, jarak pengantaran serta ketersediaan yang belum merata.
“Kondisi ini dapat teratasi dengan memperbanyak penggunaan teknologi RAS di
seluruh Indonesia, khususnya di sentra produksi perikanan budidaya. Jika hal
ini dapat terwujud, di masa depan saya harap benih akan dapat diberikan secara
gratis untuk masyarakat yang ingin melakukan kegiatan budidaya,” lanjut Edhy.
Dia meminta kepala daerah dan masyarakat untuk dapat memanfaatkan dengan baik
keberadaan BPBAT Tatelu yang dapat menjadi pusat edukasi untuk masyarakat serta
sumber pemecahan masalah yang dihadapi dalam berbudidaya.
“Dengan semakin banyak produksi benih yang dihasilkan dan
semakin banyak masyarakat mendapatkan edukasi akan semakin banyak pula ikan yang
dapat kita produksi,” pungkas Edhy.
Senada dengan Edhy, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey yang turut hadir
dalam acara tersebut menyatakan siap untuk mendukung program pemerintah
memajukan perikanan budidaya.
“Khusus untuk masalah pakan, kami sudah melakukan kerjasama dengan pihak swasta
untuk membangun industri pakan ikan dan ternak di Sulawesi Utara. Pihak swasta
telah melakukan studi kelayakan untuk membangun industri ini di Bolaang
Mongondow dimulai dengan membangun silo untuk menampung jagung dan bahan baku
pakan lainnya,” jelas Olly.
Sementara itu Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto
menyatakan bahwa teknologi RAS merupakan teknologi yang tepat dalam
meningkatkan produktivitas pembenihan ikan dengan mengefisiensikan penggunaan
air dan lahan, disamping menciptakan usaha yang minim dampak negatif terhadap
ekologi.
“Saat ini BPBAT Tatelu juga tengah melakukan proses rekayasa pembesaran ikan
dengan teknologi RAS. Hasil perekayasaan ini diharapkan dengan menghasilkan output
produksi meningkat hingga lebih dari 10 kali lipat," ungkap Slamet.
Keunggulan lain dari RAS dibandingkan sistem konvensional, kata dia, karena
lebih aman dari pencemaran yang terjadi di luar lingkungan perairan sehingga
sanitasi dan higienitasnya lebih terjaga serta ramah lingkungan.
Selain itu, pemeliharaan yang mudah, stabilitas kualitas air lebih terjaga dan
penggunaan air lebih hemat akan menjadikan teknologi pembenihan ikan intensif
ini sebagai primadona baru di pembudidaya, khususnya pembenih ikan.
“Dengan fleksibilitas teknologi RAS yang dapat diterapkan untuk berbagai jenis
komoditas baik tawar, payau maupun laut, KKP melalui Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya siap untuk dapat memperbanyak teknologi ini di seluruh
Indonesia,“ tutup Slamet.
Sumber: Sindonews.com