Sistem Nursery di Indonesia

| Wed, 30 Mar 2022 - 15:38

Sistem nursery telah lama dikembangkan di beberapa negara yang mengalami EMS (Early Mortality Syndrome) seperti Vietnam, Thailand, dan China. Namun di Indonesia sejatinya Sistem nursery telah lama dikenal pada budidaya udang windu seperti dengan istilah oslah dan gelondong. Sistem oslah atau gelondong dikembangkan secara tradisional di beberapa wilayah seperti di Pantura Jawa dan Lampung. Sistem nursery di Indonesia dapat kita upgrade secara teknologi dengan perbaikan sistem budidaya mulai dari konstruksi hingga sistem panennya.


Nursery sistem di Indonesia sangat besar potensinya untuk dikembangkandengan menggunakan teknologi ekonomis seperti kolam bulat maupun raceways (kolam arus deras). Konstruksi dapat dibuat dengan indoor atau outdoor. Konstruksi indoor dengan menggunakan bahan baku lokal seperti bambu. Bambu memiliki keunggulan berupa kekuatan akan korosif dari air laut, dan sebaiknya menggunakan bambu yang tua dan telah direndam di air cukup lama. 


Dinding bangunan dapat menggunakan gedek atau anyaman bambu yang dilapisi dengan UV plastik dan begitupun dengan atapnya dapat menggunakan plastik UV yang lebih tebal. Penggunaan UV plastik untuk indoor dapat menjaga kestabilan suhu agar tidak memicu perubahan parameter air lainnya. 


Sedangkan kontruksi outdoor dapat menggunakan pelapis paranet 70% untuk menjadi shading untuk menjaga kestabilan suhu dan blooming BGA (blue green algae) akibat penetrasi sinar matahari berlebih.


Baca juga: Sistem Tandon, Teknik Jitu dalam Budidaya Udang


Sistem nursery merupakan solusi di tengah maraknya AHPND dan EMS. Sistem nursery memiliki manajemen sendiri dalam pengelolaan. Manajemen nursery terbagi menjadi pengelolaan air, pakan, dan kesehatan udang. 


Pengelolaan air yang utama adalah parameter DO (oksigen terlarut) minimal 5 ppm. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan aerator air seperti nanobubble, microbubble, diffuser microbubble dan jet aerator. Tidak kalah penting menjaga kadar amonia  dengan konsentrasi lethal 50 untuk udang vannamei antara 0,7-3 mg/L. Lethal dosis amonia meningkat seiring kenaikan suhu dan pH dengan kondisi aman amonia 0,05 – 0,15 mg/L. 


Selanjutya adalah pH dan fluktuasinya berada di kisaran 7,5-8 dengan fluktuasi pH dibawah 0,5 tiap pagi dan sore hari. Tidak kalah penting adalah ORP (Oxidation reduction potential/potensial redoks) yang menandakan laju nitrifikasi dan persebaran oksigen lebih merata sebagai hasil dari proses sedimentasi yang baik akibat dari penerapan titik aerasi yang tepat. ORP yang aman untuk budidaya adalah diatas 200 mV (millivolts) dan paling baik berada di atas 300 mV dan perlu dilakukan perubahan apabila nilai ORP berada dibawah 100 mV karena vibrio masih dapat berkembang pada ORP tersebut. 


Demikian parameter kualitas air yang perlu diperhatikan dapat ditambahkan nilai alkalinitas, hardness, TVC, nitrite dan nitrate. Salah satu cara yang perlu diperhatikan adalah titik aerasi, arah angin dalam penentuan titik sedimentasi dan penggunaan probiotik untuk pengelolaan air untuk mereduksi amonia, nitrit, nitrat dan asam sulfida yang harus tepat jumlah dan tepat ukuran karena penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan alkalinitas turun dan berakibat pada buffer pH sehingga udang mudah stress.


Baca juga: Benur Gelondongan Cegah Penyakit Usia Dini


Selain pengelolaan air diperlukan pengelolaan pakan dan kesehatan udang. Pengelolaan pakan dapat diberikan imbuhan pakan yang berisi nutrisi hepatopankreas, asam organik, mineral dan multivitamin selama 20 hari karena merupakan fase perkembangan  hepatopankreas.  


Pemberian pakan yang tepat mutu menjadi titik kritis untuk awal sebaiknya diberikan artemia selama 7 hari dan kemudian dilakukan kombinasi pada 3 hari terakhir dengan pakan buatan sebagai komplementer untuk selanjutnya menggunakan pakan buatan dengan kadar protein diatas 40% guna menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang. 


Kombinasi dari pengelolaan air dan pakan yang baik akan membentuk kesehatan udang yang prima. Sistem atau metode budidaya pun dapat menyesuaikan seperti untuk step 1 (DOC 1-20) dapat menggunakan sistem bioflock dengan tebaran 1.000 PL/m2 dengan target ukuran 2-250 mg/ekor.


 Step 2 (DOC 21-40) dengan tebaran 500 PL/m2 dengan target ukuran 250 mg-5g dan digunakan sistem semiflok. Kemudian step terakhir (DOC 41-panen) dengan tebaran 200 PL/m2 melalui sistem semiflok/semi RAS dengan ukuran (5-25 gram ). Namun step di atas dapat dipersingkat menjadi 2 step dengan step 1 dari DOC 1-30 dan dilanjutkan dengan step2 DOC 31-panen.


Baca juga: Maksimalkan Budidaya Pakai Bibit dari Nursery


Peran Pemerintah dan swasta dalam menjaga dari outbreak penyakit AHPND dan EMS adalah dengan bersama mengembankan sistem nursery. Pemerintah dengan Balai-balai perikanan dapat menjadi tempat nursery dari balai benih udang ataupun hatchery swasta dan melakukan perawatan benur selama 20-30 hari untuk selanjutnya didistribusikan kepada petambak petambak rakyat. 


Peran pemerintah sendiri berkontribusi untuk melakukan riset secara berkesinambungan untuk menggambarkan sistem nursery petambak rakyat atau panti benih dengan melibatkan swasta sebagai katalisator. Sedangkan swasta dapat mengembangkan sistem nursery secara pribadi pada tambak tambak dengan menggunakan teknologi yang ada dan sekaligus menjadi panti benih untuk petambak rakyat di sekitar lokasi pertambakan yang dimiliki swasta.


 Hatchery swasta memiliki peran penting untuk memastikan benur yang bebas dari penyakit atau SPF dan pengembangan swasta dalam pakan benih maupun untuk nutrisi udang di awal. Serta untuk para startup perikanan dalam kolaborasi mengembangkan teknologi Sistem nursery. Pengembangan Sistem nursery harus didukung dengan zonasi wilayah budidaya dan analisis dampak lingkungan , namun Sistem nursery ini memiliki keunggulan beban loading bahan organik yang rendah dibandingkan sistem konvensional.


Sistem nursery perlu didukung dengan teknologi terkini seperti manajemen data digital yang cukup banyak pilihan melalui platform digital. Pemantauan kualitas air, pertumbuhan, kesehatan dan simulasi stok dan keuangan akan memberikan presisi tersendiri. Pengelolaan air perlu dipertimbangkan dengan sistem fisika yang lebih murah dan lebih aman tanpa residu dibandingkan dengan dengan sistem kimiawi yang banyak digunakan. Nursery perlu dikembangakan dengan teknologi terkini seperti penggunaan nanobuble dan Oase pond dengan SOP yang lebih aplikatif.


Sumber: FisTx Indonesia

Artikel lainnya

Udang 

Cegah AHPND dengan Salinitas Rendah

Info Akuakultur

901 hari lalu

  • verified icon2454
Udang 

Begini Teknik Ablasi Udang Windu

Minapoli

1548 hari lalu

  • verified icon7798