Maksimalkan Budidaya Pakai Bibit dari Nursery
| Mon, 27 Sep 2021 - 11:15
“Penggunaan benih nursery di masa depan akan menjadi pilihan bagi pembudidaya, karena dengan bibit nursery umur pemeliharaan diharapkan lebih pendek, tingkat kematian terkendali, terukur, dan terhindar dari penyakit udang umur dini”,
Demikian pernyataan tersebut disampaikan Perekayasa Madya Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Arief Taslihan. Tambak bisa beroperasi 3-4 bulan per tahun apabila ditunjang dengan sistem reservoir dan IPAL yang baik. Untuk alasan tersebut maka penggunaan bibit nursery memiliki peluang yang besar dalam budidaya.
Lanjut Arief, kegiatan nursery yang terpenting adalah wadah pembibitan, harus memenuhi biosecurity, kedap sehingga tidak tertular secara vertikal. Peralatan anco tray untuk pemberian pakan, sistem aerasi, pakai blower untuk mempertahankan kadar oksigen tetap tinggi (>4 ppm). Peralatan pengukuran kualitas air seperti temperatur, pH dan salinometer.
Baca juga: Lebih Siap Tebar dengan Nursery
Tantangan Penerapan Nursery
Teknologi budidaya udang terus mengalami penyempurnaan system. Nursery akan menjadi salah satu segmen dalam budidaya. Dalam sistem produksi, kontrol pakan dan lingkungan serta menjaga biosekuriti dapat dilakukan relative mudah.
“Benih hasil dari nursery memiliki ukuran lebih besar, dan tentunya sudah melewati tahap risiko bulan pertama yang biasa dialami di tambak, seperti kematian dini, kelangsungan hidup (SR) rendah. Permasalahan di tambak kemungkinan karena pemberian pakan yang tidak terkendali pada bulan pertama pemeliharaan, sehingga terjadi penumpukan bahan organik yang berasal dari pakan sisa”, ungkap Arief.
Sementara itu, tambah Arief kondisi lingkungan pada bulan pertama masih belum mampu untuk melakukan mineralisasi bahan organik tersebut. Akibatnya terjadi peledakan bakteri Vibrio yang berakibat terjadinya serangan penyakit.
Kontrol pakan pada pemeliharaan bulan pertama merupakan titik yang kritis, karena biasa dilakukan secara blind. Tetapi dengan sistem nursery maka pemberian pakan dapat lebih akurat dosisnya.
Baca juga: Tekan Biaya Produksi dengan 10 langkah Sistem Tambak Nursery (Part 1)
Kendala Penerapan Nursery
Menurut Arief benih ukuran besar, untuk transportasi relatif lebih sulit, apalagi kalau harus menggunakan pesawat. Petak nursery hendaknya letaknya tidak jauh dari pembesaran, dapat dipasang sistem pipa langsung dihubungkan dengan petak pembesaran tanpa membuat udang stress karena handling.
Penyakit bacterial merupakan jenis penyakit yang sistem pengendaliannya paling sulit dibandingkan penyakit viral. Acute hepatopancreatic necrotic disease (AHPND) merupakan salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri, Vibrio parahaemolyticus strain AHPND karena membawa plasmid penghasil toksin pyr A dan B, yang produksi toksinnya di dalam tubuh udang yang berakibat rusaknya jaringan hepatopancreas.
Beberapa skenario mengatasi masalah bakteri patogen ini adalah terutama diarahkan pada pengelolaan tambak, pembersihan dasar tambak, penggunaan benih SPF, tidak terkontaminasi bakteri patogen, dan sterilisasi air, penggunaan sistem biofilter yang baik agar bakteri patogen tidak melebihi ambang batas membahayakan udang. Sistem nursery banyak diterapkan di beberapa negara untuk pengendalian terhadap AHPND.
Di Indonesia, sistem nursery ini diaplikasikan pada udang windu, terutama untuk suplai ke budidaya udang tradisional untuk memperpendek umur budidaya. Sistem nursery mulai diperkenalkan ke budidaya vanamei terkait dengan penyakit AHPND yang menyerang udang umur kurang dari satu bulan. Sistem nursery ini banyak diterapkan di Amerika Latin.
Sumber: Info Akuakultur