Ukuran Pelet Tepat, Produksi Benih Nila Maksimal
| Mon, 01 Mar 2021 - 16:09
Pemilihan ukuran pelet yang baik dan benar agar produksi benih ikan nila lebih efisien dan maksimal
Pakan merupakan faktor yang berperan penting dalam usaha budidaya. Biaya pakan menjadi kendala tersendiri bagi pembudidaya dalam setiap usaha budidaya, baik itu skala petani maupun industri.
Kebutuhan pakan bergantung dari harga dan ketersediaan stok pakan yang ada di pasaran. Hal tersebut berlaku juga dalam budidaya ikan. Jika harga pakan mahal, maka ikan diberi pakan se-efisien mungkin. Akan tetapi, ketika harga pakan dalam kondisi terjangkau, maka sebagian orang akan memberikan pakan secara berlebihan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengejar laju pertumbuhan ikan yang lebih cepat, sehingga perputaran modal akan lebih cepat pula. Pada tahap inilah pentingnya wawasan tentang manajemen pakan, salah satunya yaitu penggunaan ukuran pelet yang tepat agar waktu laju pertumbuhan ikan tercapai sesuai target dan pembiayaan tetap efisien.
Benih ikan nila terkadang sudah ada yang dikomersilkan saat tahap swim-up fry atau biasa disebut dengan ‘larva kebul’ (istilah Jawa). Pada tahap ini, sebagian benih ikan nila terkadang masih ditemukan sisa kuning telur di perutnya sehingga belum membutuhkan pakan dari luar.
Setelah kuning telur habis, benih ikan secara perlahan akan mulai mencoba mengenali pakan alami yang ada di perairan. Selain itu, benih nila di pasaran juga sudah mulai dikomersilkan berdasarkan kategori panjang tubuh ikan, mulai dari 2 - 5 cm tergantung permintaan dan ketersediaannya.
Baca juga: Budidaya Ikan Nila di Kolam Tanah Bagi Pemula
Benih - benih tersebut nantinya akan masuk ke tahap pendederan sampai ukuran fingerlings (sebesar jari), biasa disebut ‘glondong’ (istilah Jawa) dan selanjutnya dipasarkan untuk pembesaran. Tahap pembenihan membutuhkan kuantitas pakan lebih kecil dibandingkan pada tahap pembesaran, namun membutuhkan asupan protein lebih banyak dibandingkan tahap pembesaran.
Kebutuhan nutrisi pakan ikan berbeda - beda pada setiap tahapnya. Pada tahap pembenihan akan membutuhkan lebih banyak protein. Berdasarkan protokol FAO (Organisasi Pangan Dunia) bahwa ikan nila tahap pembenihan membutuhkan pakan dengan protein jauh lebih tinggi yang disajikan dalam tabel.
Data tersebut bisa menjadi dasar para pembudidaya ikan nila di tahap pembenihan untuk memberi pakan tinggi protein. Protein yang tinggi diharapkan mampu mengejar laju pertumbuhan ikan nila. Banyak perusahaan dibidang pakan ikan yang saling berlomba dalam hal komposisi dan sumber protein dalam pakannya.
Selain itu perusahaan - perusahaan tersebut juga menawarkan berbagai variasi ukuran sesuai dengan umur ikan. Fakta di lapangan bahwa pakan yang tinggi protein memiliki harga yang lebih tinggi. Sehingga daya beli pembudidaya akan mempertimbangkan faktor ekonomi dan mengesampingkan komposisi protein pakan.
Sebagian pembudidaya akan menyiasati pemberian pakan dengan pakan yang lebih terjangkau. Secara otomatis akan melirik pakan berprotein sedikit lebih rendah, dampaknya ukuran pakan ikan yang lebih besar dipilih karena pakan dengan protein rendah biasanya untuk pakan ikan ukuran besar. Pada tahap pembenihan biasanya benih ikan nila akan menjadi rakus, sehingga pemberian pakan dalam jumlah banyak akan cepat habis.
Baca juga: Budidaya Ikan Nila di Kolam Air Deras
Mengutip dari Smith (2019) dalam Kusumawati dan Ismi (2014) bahwa ketika individu ikan memberikan respon yang cukup tinggi terhadap pakan, maka akan meningkatkan kuantitas pakan yang dikonsumsi dan hal tersebut akan memperlambat laju cerna pada ikan. Cara pemberian pakan sekaligus penggunaan jenis ukuran yang salah akan menimbulkan masalah bagi ikan dan berujung banyaknya ikan yang mati.
Masalah yang muncul bisa berupa lambatnya laju cerna ikan akibat terlalu banyak pakan yang dikonsumsi dan pakan yang tersisa diperairan juga dapat menimbulkan masalah tersendiri terhadap lingkungan perairan ikan. Pakan pabrikan saat ini sudah disesuaikan dengan bentuk mulut ikan dan lebar bukaan mulut ikan. Terlihat pada gambar bahwa ukuran 1 mm sudah dapat dimakan oleh ikan dengan ukuran panjang 3 cm. Selain itu, terlihat pakan kering juga mengalami penambahan volume akibat basah terisi air. Oleh karena itu, apabila pembudidaya tidak jeli dalam memilih dan memberikan pakan tersebut akan berakibat fatal.
Sebagian pembudidaya biasanya melakukan pemberikan pakan dengan ukuran lebih besar dibanding bukaan mulut ikan. Hal tersebut dikarenakan benih ikan terkadang dianggap sudah cukup mampu menelan pakan apung tersebut.
Apabila tidak tertelan, pembudidaya akan berpikir bahwa ikan akan mencoba memakannya sedikit demi sedikit. Namun, jika pakan tersebut ternyata mampu ditelan dalam sekali lahap dan ikan memakannya dalam jumlah banyak maka akan berdampak buruk di lambung ikan. Hal yang perlu diperhatikan bahwa pakan apung yang diberikan biasanya dalam kondisi kering dan keras. Pada kondisi tersebut ikan biasanya juga agresif untuk makan sebanyak - banyaknya.
Kondisi pakan kering yang tertelan dalam jumlah banyak oleh benih ikan akan masuk ke lambung ikan tanpa disertai proses mekanis dimulut. Pakan yang berada dilambung akan bercampur dengan air dan zat pencerna. Hal ini akan menyebabkan pakan mengembang. Dimana ukuran pakan yang awalnya kering sedikit bertambah setelah ditambahkan air. Apabila ikan makan dalam jumlah banyak maka lambung ikan pun akan penuh dan perut terlihat membuncit seketika.
Baca juga: Pembenihan Ikan Nila Merah dalam Waduk
Kondisi bagian perut yang membuncit pada ikan sering dikenal dengan beberapa kelainan, diantaranya dropsy/ascites, bloat, dan water belly. Namun, kondisi kelainan tersebut bersifat kronis, tidak serentak pada semua ikan.
Gejala klinis akibat pakan yang mengembang di dalam perut juga akan terlihat hampir sama. Namun, perbedaan nya akan terlihat serentak hampir pada semua ikan. Gejala klinis bisa dibilang serentak karena biasanya dalam satu kolam pembenihan, benih ikan memiliki ukuran seragam. Sehingga jika terdapat ikan yang megalami kelebihan pakan kering dalam lambung, maka hampir semua dalam kolam tersebut kurang lebih akan mengalami hal yang sama.
Apabila kapasitas lambung ikan masih terdapat ruang kosong maka tidak akan menimbulkan efek pada ikan. Hal berbeda, apabila kapasitas lambung lebih kecil atau sama dengan ukuran pakan kering yang telah masuk. Oleh karena itu, perlu nya mengetahui jenis ukuran pellet yang sesuai dengan ukuran ikan.
Pakan apung kering yang secara utuh masuk ke dalam lambung tidak mengalami proses pencernaan secara mekanis di dalam mulut. Lambung akan menjadi proses pencernaan yang dibutuhkan hanya secara kimiawi. Komposisi pakan ikan diantaranya memiliki serat, lemak, karbohidrat dan protein. Proses pencernaan ini melibatkan beberapa enzim pencernaan yang dapat mencerna komposisi pakan tersebut. Berdasarkan Kusumawati dan Ismi (2014) bahwa tingkat kepenuhan isi lambung dan ikan dianggap sudah kenyang apabila lambung sudah terisi ±80% oleh pakan.
Sehingga masih ada ruang sisa untuk proses digesti ataupun kemungkinan pakan yang mengembang. Namun, apabila benih ikan nila sudah memakan pakan kering ukuran besar yang masih utuh maka ruang lambung kemungkinan terisi mendekati 100%. Akibatnya, tidak ada ruang lagi ketika pakan sudah mulai mengembang atau dimulainya proses pencernaan. Lambung yang mengembang akan mendesak organ-organ lain yang berada di sekitarnya dan menggangu proses metabolisme. Hal ini lah yang menjadi permasalahan ketika ukuran pellet tidak sesuai dengan kapasitas lambung.
Baca juga: Cara Mudah Memilih Bibit dan Indukan Ikan Nila
Oleh sebagian pembudidaya yang sudah paham dengan kondisi pakan ukuran besar, akan menyiasati lagi dengan beberapa cara, diantaranya membasahi pakan sebelum diberikan ke umpan atau menggiling pakan tersebut. Membasahi pakan diharapkan dapat melunakan pakan terlebih dahulu sehingga ikan akan memakannya sedikit demi sedikit.
Namun, terdapat kekurangan dalam penggunaan pakan basah. Pakan basah harus langsung diberikan dan tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut, dikarenakan pakan basah akan menjadi media berbiaknya jamur yang bisa menimbulkan masalah lain pada benih ikan.
Sedangkan menggiling pakan menjadi ukuran yang lebih kecil akan membuat butiran pakan menjadi lebih kecil atau di sebut mash (tepung). Butiran yang lebih kecil tersebut akan mengurangi beban lambung, sehingga ikan sudah merasa kenyang pada tingkat sekitar 80%.
Namun, terdapat konsekuensi dalam penggunaan ukuran pakan yang digiling, yaitu ketersediaan protein yang tidak sesuai dalam tahap pembenihan. Ketidaksesuaian penggilingan pakan dikarenakan kebutuhan protein tidak sesuai dan komposisi proteinnya tidak merata.
Selain itu, aplikasi pemberian mash juga harus dipertimbangkan. Mash memiliki bobot yang ringan akan mudah tertiup angin, sehingga sebisa mungkin pemberian lebih dekat dengan permukaan air dan ikan agar pakan tidak terbuang percuma karena tidak termakan oleh ikan. Disamping itu, benih ikan yang mengejar pakan tertiup angin dalam bentuk mash juga akan menguras energi sehingga tidak ada energi tersimpan dalam tubuh ikan.
Cara penggunaan pakan yang lebih besar diharapkan hanya digunakan saat mendesak dengan pertimbangan yang tepat. Oleh karena itu, manajemen pemilihan ukuran pellet yang baik dan benar perlu diterapkan agar mendapatkan produksi benih ikan nila yang efisien dan maksimal.