• Home
  • Infomina
  • Raup Cuan Lewat Budidaya Nila Merah dengan Bioflok di Bogor, Begini Caranya

Raup Cuan Lewat Budidaya Nila Merah dengan Bioflok di Bogor, Begini Caranya

| Mon, 30 May 2022 - 10:39

Inovasi metode budidaya ikan terus berkembang sebagai upaya untuk mendongkrak produktivitas panen. Salah satu yang cukup populer dalam budidaya ikan dengan sistem bioflok di Bogor.


Berbagai keuntungan dari sisi efisiensi pakan, penggunaan air hingga lahan serta padat tebar yang tinggi dan waktu perawatan terbilang singkat, membuat sistem bioflok banyak diterapkan pembudidaya ikan. Seperti yang dilakukan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) MinaB Agribisnis.


“Sistem ini, pertama hemat air bisa hampir 90 persen hingga masa panen, jadi minim penggantian air. Penambahan air itu paling 10 persen tiga hari setelah pembuangan kotoran dasar,” kata Ketua Pokdakan MinaB Agribisnis Widia Muhtar, baru-baru ini.


Ia menambahkan, keuntungan lain dari sistem bioflok ini bisa menekan penggunaan pakan utama pelet hampir 30 persen. Sebab dalam kolam bioflok terdapat sumber pakan alami bagi yang berbentuk gumpalan ‘flok’.


“Kedua, irit pakan pelet karena ada flok bakteri probiotik. Flok ini jadi makanan ikan. Kalau pakai sistem konvensional biasanya 1 kilogram ikan memerlukan 1,5 kilogram pakan, tapi dengan sistem ini bisa 0,9 hingga 1,1 kilogram pakan,” tandasnya.


Baca juga: Ketahui Proses Pembuatan Bioflok Pada Ikan untuk Memaksimalkan Produksi Akuakultur


Selain itu, kata dia, untuk sistem bioflok juga efisiensi lahan dengan penerapan padat tebar 100 ekor per meter kubik jika dibandingkan dengan sistem konvensional. Di kolam bioflok bulat dengan berdiameter 3 meter dan ketinggian air 90 sentimeter bisa diisi 600 sampai 700 ekor.


Pertumbuhan ikan pun dinilai lebih cepat. Hal itu disebabkan karena ikan banyak bergerak di kolam. Ikan akan cepat lapar saat di luar waktu rutin pemberian pelet pagi dan sore, dengan makan flok. Pokdakan MinaB Agribisnis sendiri saat ini tengah membudidayakan ikan nila merah dengan sistem bioflok di Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.


Menururnya, budidaya ikan nila merah dilakukan mulai dari pembenihan, pembesaran hingga ikan siap jual. “Yang ada sekarang untuk pembesaran 32 kolam, sementara pembenihan di 8 kolam. Kolam pembesaran diameternya 3 meter dan kolam pembenihan ukuran 2,5×4,5 meter dengan ketinggian air 80 sentimeter. Per kolam pembenihan itu diisi 10 ribu ekor,” imbuhnya.


Pria berusia 31 tahun itu mengakui budidaya nila merah yang dilakukannya belum secara mandiri untuk pengadaan benih ikan. Benih ikan saat ini didatangkan dari wilayah Sukabumi dan Subang, Jawa Barat.


Baca juga: Cara Panen Lele yang Dibudidayakan dengan Bioflok


“Sekarang kolam pemijahan sedang didesain dulu. Dan saat ini ambil dari larva usia seminggu dan sekitar 2 minggu perawatan sudah ukuran 2 jari,” tandasnya.  Sementara ikan seukuran 2 jari tersebut baru bisa dipanen setelah usia perawatan selama 4 bulan dengan 5 ekor untuk 1 kilogramnya.


“Panen kita diperkirakan 1,5 sampai 2 kwintal setiap kolamnya. Iya kalau 32 kolam kurang lebih target kita bisa mencapai 4 sampai 4,5 ton per bulan. Nila merah hasil budidaya ini dijual untuk memenuhi kebutuhan pasar di wilayah Kota Bogor hingga Jakarta,” jelas Widia.


Dalam budidaya nila merah dengan sistem bioflok ini dikarenakan memanfaatkan flok, terang dia, pengecekan kepadatan flok harus rutin dilakukan tiga hari sekali, termasuk kadar pH air di angka 7 sampai 8. Proses ini juga untuk menentukan pengaplikasian susulan probiotik ataupun molase.


“Disini untuk pengecekan (flok) kita pakai alat ukur dengan batas minimum 20 dan maksimalnya 50 mililiter. Ketika endapan 20 mililiter itu ditambah probiotik, sedangkan 50 mililiter diberi molase saja,” ucapnya.


Selain itu dikarenakan sistem ini mengandalkan juga pasokan oksigen dari aerator yang bekerja tanpa henti. Dengan demikian diperlukan pompa cadangan ataupun genset untuk mengatasi saat kondisi mati listrik. “Ikan masih bisa bertahan maksimal itu 3 jam ketika blower mati. Lewat dari itu biasanya ikan stres dan resikonya kematian. Untuk bisa bertahan 3 jam lagi bisa buang air setengah kolam. Jadi maksimalnya 6 jam. Makanya wajib untuk punya genset,” pungkasnya.

 

Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh metropolitan.id. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terdapat di dalamnya di luar tanggung jawab Minapoli.



Artikel lainnya