Peran Startup di Sektor Akuakultur
| Wed, 06 Mar 2019 - 11:14
Menahan masuknya kemajuan teknologi (Statup di sektor Akuakultur) )hanya akan membuat kemunduran dan gagap teknologi, untuk itu dibutuhkan peran startup yang bisa menjadi jembatan informasi ke pembudidaya di lapangan.
Arus kemajuan teknologi nyaris tidak terbendung yang kemudian menuntut kehidupan menjadi lebih praktis dan dinamis. Bahkan, teknologi dapat mempengaruhi hal terkecil dalam kehidupan manusia, yakni soal gaya hidup (life style). Lantas seperti apa kemajuan teknologi menyentuh sektor akuakultur atau budidaya perikanan Indonesia saat ini?
Di era digitalisasi saat ini, telah lahir banyak startup di kalangan anak-anak muda kreatif, termasuk di bidang teknologi digital akuakultur. Mereka mampu menghadirkan model bisnis akuakultur yang efisien di tengah-tengah masyarakat pembudidaya.
Baca juga: Aditya Bangun Fish Village agar Warga Bisa Beli Ikan Berkualitas dengan Murah
Bahkan ketika membuka play store di smartphone dan mengetik keyword ‘budidaya ikan dan udang’ dan lain sebagainya, akan banyak bermunculan aplikasi android yang bisa menjadi pilihan dalam membantu budidaya ikan dan udang. Startup sendiri, menurut Aryo Wiryawan, Founder and Chairman JALA, ialah perusahaan rintisan yang mengincar pertumbuhan eksponensial dengan memberikan solusi produk maupun jasa yang sebelumnya tidak bisa disediakan oleh perusahaan atau pihak lain secara konvensional.
Tidak jauh berbeda dengan Aryo, Andri Saputra dari Mina Indonesia mengatakan, startup selain sebagai perusahaan rintisan atau yang sedang mengembangkan berbagai bisnis model inovatif untuk memberikan solusi kepada konsumennya, startup juga bisa memberikan solusi menggunakan pendekatan teknologi informasi (TI) yang memang sedang berkembang pesat di Indonesia dan di seluruh dunia.
“Dengan adanya beragam startup dan berbagai solusi yang ditawarkan tentu akan membuat sektor perikanan budidaya akan berkembang sangat pesat,” tambah Andri.
Bagus Facsi Aginsa ex CEO FisHby mengatakan, pada dasarnya startup adalah suatu entitas yang terdiri dari beberapa orang yang ingin menyelesaikan suatu permasalahan yang ada dengan sebuah inovasi. “Startup yang menyelesaikan permasalahan yang ada di dunia akuakultur atau perikanan budidaya berarti dinamakan startupakuakultur atau perikanan budidaya,” pungkas Bagus.
Baca juga: Startup Yogyakarta Tawarkan Sentuhan Teknologi di Tambak Udang
Tren startup ini tentu akan bisa memperkuat konektivitas rantai bisnis akuakultur dan menjembatani secara efisien para pemangku kepentingan akuakultur dan beberapa startup yang mulai berkembang di sektor akuakultur seperti eFishery, Iwa-Ke, fisHby, fishlog, JALA, InFishta, Growpal, Mina Ceria, Venambak, Nalayan, Minapoli, dan Mina Indonesia. Berdasarkan data Indonesia Digital Landscape 2018, lebih dari 130 juta penduduk Indonesia telah terkoneksi dengan internet. Penetrasi teknologi digital sudah mulai menjadi suatu kebiasaan atau pola hidup masyarakat mulai dari belanja online, transportasi online hingga pembayaran non tunai untuk berbagai transaksi.
Hal tersebut, menurut Rully Setya Purnama CEO Minapoli, akan menjadi peluang yang sangat potensial untuk menghadirkan inovasi-inovasi sampai ke pembudidaya. Tentunya peluang tersebut bukan tanpa syarat, kuncinya adalah inovasi harus menjadi solusi dari permasalahan yang ada di pembudidaya dan terlebih dapat memberikan benefit dari sisi finansial/ekonomi.
Selain itu, Rully menambahkan, munculnya startup di sektor akuakultur dapat membawa perubahan ataupun bisnis model baru yang akan memberikan dampak positif pada kemajuan perikanan budidaya baik dari sisi ekonomi, sosial maupun lingkungan (sustainability).
Baca juga: Antarikan.com, Layanan Jual Beli Ikan Daring Buatan Anak Samarinda
Hal tersebut sejalan dengan karakter startup itu sendiri, kata Aryo, yaitu inovatif dan lincah dalam mengembangkan solusi untuk permasalahan sektor akuakultur di Indonesia. Inovatif dalam arti mereka bisa menawarkan teknologi baru yang terjangkau oleh para pembudidaya. Lincah, karena startup biasanya didirikan oleh tim kecil yang secara operasional sangat efisien sehingga mampu beradaptasi terhadap berbagai tantangan baik dari sisi teknologi maupun dari sisi bisnis.
Dengan demikian, startup dapat menjadi lokomotif dalam penerapan teknologi baru di dunia akuakultur untuk meningkatkan kualitas, efisiensi dan sustainability pada budidaya perikanan. “Startup juga dapat masuk ke berbagai aspek budidaya mulai dari pendanaan, teknologi baru sampai pemasaran,” tutur Aryo.
Peran dan Jenis Startup
Saat ini, Rully menjelaskan, beberapa inovasi yang dikembangkan para startup perikanan di Indonesia cukup beragam mulai dari akses permodalan, alat kualitas air dan alat pemberi pakan otomatis yang bisa dikontrol dan monitor secara jarak jauh. Peranan startup dalam memajukan perikanan budidaya di era saat ini sangat penting, kata Andri, misalnya saja dulu banyak pembudidaya ikan atau udang yang kesulitan mencari permodalan usaha, namun berkat startup yang bergerak dibidang financial technology (fintech) masalah ini dapat diatas dengan baik, melalui permodalan dari investor yang dilakukan secara bergotong royong (crowd funding).
Masyarakat urban/perkotaan yang mempunyai uang namun memiliki kesibukan dapat menginvestasikan uangnya kepada pembudidaya ikan atau udang, hasil keuntungan ini pun dibagi rata antara investor dan pembudidaya ikan dengan sistem sharing profit yang saling menguntungkan. Peranan startup fintech inilah yang menghubungkan antara pembudidaya yang membutuhkan modal dan investor tersebut dan memberikan laporan kegiatan budidaya secara berkala dan transparan menggunakan teknologi. Startup Fintech yang memfasilitasi permodalan ini diantaranya Growpal, InFishta, Crowde, Mina Ceria dan lainnya.
Baca juga: Inovasi Sarjana S2 ITB ini Bikin Panen Udang Meningkat
Startup yang juga berperan penting dalam sektor perikanan budidaya adalah startup yang bergerak dibidang Internet Of Things (IoT). Startup IoT berperan dalam mempermudah pekerjaan budidaya dengan terintegrasi teknologi. Beberapa contoh startup IoT seperti eFishery yang membantu pembudidaya ikan dan udang untuk memberikan pakan ikan secara otomatis yang selama ini masih dilakukan secara manual oleh pembudidaya.
Dengan adanya eFishery, pemberikan pakan ikan pun dapat dilakukan secara otomatis sesuai dengan waktu yang ditentukan dan jumlah pakan ikan atau udang yang diberikan dapat sesuai kebutuhan, sehingga pemberian pakan menjadi lebih efektif dan tidak ada pakan yang terbuang atau tidak dimakan oleh ikan atau udang dan membuat biaya pakan dapat ditekan seminimal mungkin.
Startup IoT yang juga tidak kalah menarik dan bermanfaat bagi pembudidaya adalah JALA, startup ini menciptakan sebuah alat yang dapat memantau kualitas air tambak secara otomatis dengan menggunakan sensor, sehingga mampu memantau kualitas air tambak secara otomatis yang membuat pembudidaya ikan atau udang dapat mengetahui suhu, pH, salinitas, DO (Dissolved Oxygen) dan kualitas air lainnya secara realtime. Dari situ, pembudidaya dapat mengambil keputusan secara tepat seperti mengganti air, meningkatkan atau menurunkan pH, salinitas dan hal lainnya yang diperlukan untuk menjaga kualitas air yang sesuai dengan yang diperlukan.
“Uniknya semua aktivitas ditambak tersebut dapat dipantau dan dilakukan melalui smartphone, sehingga pembudidaya dapat melakukan pekerjaan di manapun dan kapan pun berada,” ujar Andri.
Baca juga: Digifish 2019, KKP Dorong Terobosan Sektor Perikanan Lewat Inovasi Teknologi Digital
Kemudian ada startup yang bergerak di bidang Education Technology (EdTech) seperti Mina Indonesia juga sangat berperan dalam membantu pembudidaya ikan di Indonesia melalui pendidikan, pelatihan dan pendampingan usaha budidaya. Pelatihan tentang manajemen bisnis, manajemen kualitas air, pembuatan pakan ikan atau udang, pengendalian hama dan penyakit ikan dan udang, pemasaran dan lainnya menjadi materi pelatihan yang sering diajarkan oleh Mina Indonesia kepada pembudidaya ikan dan udang di seluruh Indonesia.
Selain itu bagi yang ingin memulai usaha budidaya ikan dan udang namun memiliki kendala pengetahuan dan keahlian dalam memulai usaha, Mina Indonesia juga siap memberikan pendampingan usaha sejak awal, sehingga usaha yang dijalankan dapat berhasil dan berkembang.
Pemasaran hasil budidaya tentu juga menjadi kendala pembudidaya ikan dan udang di Indonesia, untuk itulah startup yang bergerak dibidang pemasaran atau E-Commerce seperti Aruna Indonesia dan Nalayan berperan penting dalam membantu pemasaran baik dalam negeri maupun ekspor, sehingga dapat bermanfaat besar bagi pembudidaya.
Sementara itu Minapoli lebih fokus dalam mengembangkan jejaring informasi dan bisnis perikanan melalui platform onlinenya yang menyediakan media untuk pemasaran produk/jasa, publikasi event dan berbagi informasi perikanan.
Kendala Startup
Menahan masuknya kemajuan teknologi hanya akan membuat kemunduran dan gagap teknologi. Menjadi kendala ketika era digitalisasi tidak bisa dirasakan juga sampai ke pembudidaya langsung. Menurut Bagus, kurang sampainya kemajuan teknologi kepada kalangan terbawah ini yang memang menjadi kesulitan tersendiri. Menurut pengalaman pribadinya, pembudidaya di daerah-daerah memang membutuhkan bimbingan dari para pelaku startup secara intensif.
Senada dengan Bagus, Andri menjelaskan, agar penggunaan teknologi dapat berdampak luas bagi pembudidaya tentu edukasi bagi pembudidaya menjadi faktor penting yang terus dilakukan. Dalam melakukan edukasi dilakukan dengan dua cara yakni melalui online dan offline.
Baca juga: Dorong Industrialisasi, Aplikasi Aquarium Indonesia Diluncurkan
Melalui online, edukasi dilakukan dengan membuat konten yang menjelaskan tentang pemanfaat teknologi dan pentingnya teknologi dalam membantu pembudidaya ikan dan udang baik berupa tulisan, infografis, maupun video yang diupload di website, facebook, youtube dan media online lainnya yang sering diakses oleh pembudidaya. Sedangkan edukasi yang dilakukan secara offline yakni melakukan seminar, pelatihan maupun pendampingan langsung ke pembudidaya langsung di lapangan.
“Kita harus menyediakan pendamping di lapangan agar teknologi yang kita bawa ke pembudidaya dapat diterima dengan baik. Pembudidaya akan merasa membutuhkan teknologi baru jika dia sudah merasakan dampak positifnya. Maka temani dan bimbing mereka paling tidak selama 2 – 3 siklus budidaya, setelah teknologi tersebut terbukti bagus, mereka akan inisiatif belajar dengan sendirinya,” pungkas Bagus.
Startup merupakan bagian yang sangat penting bagi kemajuan suatu industri, dengan banyaknya startup di sektor perikanan budidaya, akan semakin banyak inovasi yang dilahirkan dan semakin pesat juga perkembangan industri akuakultur Indonesia. (Adit/Resti)
Sumber : Info Akuakultur
Tentang Minapoli
Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis perikanan budidaya terintegrasi, sehingga pembudidaya dapat menemukan seluruh kebutuhan budidaya disini. Platform ini hadir untuk berkontribusi dan menjadi salah satu solusi dalam perkembangan industri perikanan budidaya. Bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku budidaya yaitu Pasarmina, Infomina, dan Eventmina.