Inovasi Sarjana S2 ITB ini Bikin Panen Udang Meningkat
| Tue, 15 Oct 2019 - 10:56
Agar budidaya udang sehat tumbuh, dengan baik, udang memerlukan kualitas air yang baik, yakni memiliki kadar oksigen yang cukup. Beranjak dari kebutuhan tersebut, Dedi Cahyadi, sarjana magister bidang teknik lingkungan ITB, membuat teknologi yang dapat meningkatkan kualitas oksigen dalam air lebih baik. Melalui inovasi teknologi Nanobubble ini, Dedi telah membantu sejumlah petambak dan meningkatkan hasil panen mereka empat kali lipat dibanding hasil panen biasanya.
Dedi menuturkan, kualitas oksigen yang baik merupakan salah satu komponen penting untuk mendukung terciptanya ekosistem yang baik untuk pertumbuhan udang. Oleh karena itu Nanobubble hadir untuk membuat kondisi kualitas air semakin baik, oksigen tinggi, dan udang bisa bertumbuh kembang lebih cepat.
"Otomatis panen besar, dan petani ikut bahagia," kata Dedi saat ditemui di acara Kompetisi Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2019, beberapa waktu lalu. Keberadaan Nanobubble ini berimplikasi pada hasil panen para petani udang. Karena pada prinsipnya Nanobubble ini menginjeksikan (atau memasukkan) gas ke dalam perairan dengan sangat efisien.
Dedi menjelaskan, mesin Nanobubble tersebut mampu menghasilkan air yang berkadar oksigen tinggi. Tingginya kadar oksigen di tambak memberi dampak positif terhadap udang, di antaranya adalah nafsu makan udang bertambah, sistem imun udang bertambah bagus, bakteri dan penyakit yang jahat pun tidak dapat hidup pada kondisi oksigen yang baik ini. Tak hanya itu, perkembangan udang pun menjadi lebih cepat dan progresif dan jumlah udang di tambak bisa ditambah jumlahnya sehingga panen lebih besar. Untuk menghasilkan teknologi Nanobubble, Dedi perlu menghabiskan waktu tiga tahun untuk melakukan riset dan satu tahun piloting uji coba operasional.
Sejak kuliah di bangku S1 di Universitas Brawijaya Malang,
Dedi mendalami teknologi pertanian khususnya di perairan. Ia pun melanjutkan S2
di Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk belajar teknik lingkungan (air dan
tanah). Pada kesempatan berikutnya, Dedi melakukan riset bersama untuk masalah
pengelolaan air sungai dan danau. Selain meningkatkan kualitas udang, mesin
Nanobubble ini dapat diaplikasikan kepada mitra petambak udang secara gratis
dengan sistem bagi hasil 20% dari setiap keuntungan. "Ada skema penjualan,
skema penyewaan mesin dibayar panen, ada juga skema bagi hasil untuk kasus dan
customer khusus," katanya.
Bukan tanpa alasan Dedi menjadikan udang sebagai komoditas dalam fokusnya
mengembangkan Nanobubble. Menurutnya, seperti makhluk hidup lain yang butuh
kebahagiaan, demikian juga dengan udang. "Misi membahagiakan udang ini
prinsipnya semua makhluk perlu bahagia untuk bisa membahagiakan yang lainnya.
Udang pun sama, dia hidup, makan, buang kotoran di air. Dia butuh
kebahagiaan," kata Dedi.
Berkat inovasinya, Dedi pun lolos ke babak grand final Wirausaha Muda Mandiri
2019. Pemilik usaha NANOBUBBLE.ID ini pun berhasil meraih penghargaan Best of
The Best dalam kompetisi tersebut. "Ada proses belajar, mengenal relasi,
proses pengembangan diri dan bisnis, dan tentunya kompetisi yang sehat membuat
kami semakin memiliki mental yang baik," ujarnya. Hadiah yang diperoleh
dari kompetisi WMM 2019 pun akan menjadi bahan bakar untuk mengakselerasi
bisnis Nanobubble dan membuat beberapa percontohan kolam untuk masyarakat
pesisir.
Sebagai peraih penghargaan Best Of The Best WMM 2019 kategori teknologi, Dedi
mendorong generasi milenial untuk mampu tanggap mampu tanggap dan sigap
terhadap perubahan zaman (era disrupsi).
Mampu mengubah masalah menjadi peluang bisnis sehingga dari
situ mampu membuka lapangan pekerjaan. "Untuk yang memulai usaha kuncinya
dua, resiliensi (daya tahan) dan Keep learning (selalu belajar, memiliki
mentor, mempererat silaturahmi, masuk komunitas bisnis
kreatif/produktif)," tuturnya.
Saat ini NANOBUBBLE.ID juga sedang bekerja sama dengan beberapa pihak ketiga
untuk melakukan pendanaan bersama paket teknologi Nanobubble untuk ke
masyarakat miskin pesisir. Dalam pengembangan Nannobuble tersebut, dalam
lima tahun ke depan ia berharap dapat melayani 1500-2000 hektar tambak di
Indonesia dan menjadi unicorn startup. "Sepuluh tahun ke depan menjadi
produsen teknologi perikanan terbesar di Indonesia, PO atau merger dan
acquisition dengan perusahaan lain serta menjadi market leader mesin aerasi
untuk perikanan, pengolahan limbah cair, dan untuk layanan lainnya,"
ungkap Dedi.
Pemilihan pemenang WMM 2019 dilakukan dengan proses penjurian yang lebih ketat
dan dewan juri yang sangat kompeten, seperti Sutradara Dimas Djajadiningrat,
Chef Renata Moeloek, aktor dan pemerhati sosial Nicholas Saputra serta Founder
Bubu.com Shinta Dhanuwardoyo.
Sumber : Detik.com