Manfaatkan Tambak Mangkrak, Santri Ponpes Al Manshuriyah Budidaya Ikan Nila
| Mon, 13 Sep 2021 - 10:08
Siapa bilang pendidikan di pondok pesantren hanya mempelajari tentang ilmu agama saja. Banyak manfaat yang didapat para orang tua jika memilih pesantren sebagai tempat untuk menuntut ilmu buah hatinya. Tak hanya mengenal pendidikan agama saja, pesantren memiliki banyak manfaat untuk anak diantaranya mengajarkan tentang kemandirian, hidup sederhana hingga membangun rasa percaya diri para siswanya. Tak jarang pesantren juga menghasilkan para wirausahawan muda yang kreatif dan berdaya saing.
Hal ini tampak pada salah satu Pondok Pesantren yang berada di Jalan Margosari Nomor I, Tambak Dalam, Sawah besar, Gayamsari, Kota Semarang yang melatih para santrinya untuk berwirausaha. Adalah Pondok Pesantren Al Manshuriyah yang salah satu santrinya memiliki usaha budidaya ikan nila. Seiring perkembangan jaman, para santri memang sengaja diberikan ilmu diluar agama islam sebagai bekal untuk kehidupan bermasyarakat kelak.
“Sudah banyak pesantren yang santrinya dibekali ilmu pertanian, perkebunan, dan peternakan. Seperti budi daya nila yang saya geluti ini, bisa memotivasi bagi santri-santri lain, di samping ngaji agama, juga ngaji kehidupan, untuk bekal saat sudah terjun di masyarakat nanti,” ujar Malikul Alam, santri yang memiliki usaha budidaya ikan nila ini.
Baca juga: Gunakan Kincir, Profit Nila pun Mengalir
Malik, sapaan Malikul Alam mengisahkan jika latar belakang ketertarikannya membuka usaha budidaya ikan nila ini berawal dari keresahannya saat ia melihat sebuah tambak dengan kondisi tak terurus yang berada tak jauh dari pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kemudian ia sengaja memasang keramba berukuran 6 x 5 meter dengan kedalaman satu meter di bekas tambak tersebut. Dengan peralatan seadanya ia mulai menebar bibit Ikan nila sejak bulan Juli 2021 lalu.
“Warga sekitar sini juga mulai banyak yang memanfaatkan tambak untuk budidaya ikan. Dari itu, saya ikut mencoba. Saya masih menggunakan alat seadanya, bulan Juli lalu saya tebar benih 1.400 bibit nila. Nila merah 400 ekor, nila hitam 1.000-an ekor,” ungkap Malik dalam keterangan tertulis yang diterima Pingpoint.co.id (6/9/2021).
Malik yang juga memiliki ketertarikan di dunia sastra ini mengaku usahanya tak langsung berjalan mulus. Ia sempat mengalami sejumlah kendala dalam memelihara Ikan Nila terutama dalam hal kebutuhan pakan. Tak jarang kebutuhan pakan yang telah diperhitungkan sebelumnya menjadi membengkak seiring pertumbuhan ikan nila yang semakin besar. “Biasanya hanya 30 kilogram dalam dua pekan. Namun pakannya tambah banyak karena ikan semakin besar. Saya sempat mau mengirit pakan, tapi kasihan melihat nilanya,” ujarnya mengisahkan.
Baca juga: Pakan Efisien, Budidaya Nila Konsisten
Walaupun usaha yang dijalankannya saat ini masih terbilang baru, namun makin banyak masyarakat yang tertarik membeli ikan nila hasil budidayanya untuk dikonsumsi. Malik memperkirakan nanti pada akhir tahun 2021 ikan nila hasil budidayanya sudah bisa dipanen. “Sudah ada warga yang sering ke sini. Kebanyakan mereka beli kiloan. Sementara untuk rencana panen semua nila, itu nanti akhir tahun,” kata pemuda berkaca mata ini.
Penulis buku Sajak dan Perih Satu Fragmen ini mengaku sempat keteteran dalam mengelola usaha ini, namun ia tetap berusaha agar bisnis ini tetap berjalan. Ia memiliki mimpi untuk mengembangkan budi daya ikan nila miliknya menjadi lebih besar lagi. “Kalau waktu masih bisa diatur. Masih seimbang antara mengaji dan mengurus ikan. Meskipun baru usaha kecil, semoga bisa memotivasi santri lain di manapun mereka berada,” harapnya.
Sumber: pingpoint.co.id