Nila RAS, Optimalkan Produktivitas & Kualitas
| Thu, 20 Jan 2022 - 12:05
Dongkrak produktivitas dan kualitas ikan nila dengan menerapkan sistem resirkulasi air budidaya
Permintaan pasar akan nila terus meningkat, salah satu indikatornya adalah harga ikan nila yang trennya terus naik di level konsumen, antara Rp 20 ribu sampai Rp 35 ribu per kg. Ini menjadi salah satu alasan Agus Cahyadi mengembangkan usaha budidaya nila sistem intensif.
Menurut Praktisi Budidaya Nila Recirculating Aquaculture System (RAS) ini, permintaan konsumen ke depan yaitu ikan nila ini ada jaminan dan kualitas dagingnya manis tidak mengandung bau tanah. “Ikan nila yang dagingnya tidak bau tanah kian menjadi tolak ukur konsumen menikmati makanan yang ramah lingkungan,” kata Agus kepada TROBOS Aqua.
Sehingga, lanjutnya, budidaya nila yang bersih, higienis, dan terukur kedepan menjadi penting. Jadi pembudidaya nila dituntut bukan hanya mengejar produktivitas budidaya untuk memenuhi permintaan pasar, tetapi juga memproduksi ikan nila yang berkualitas. “Farm kita tidak mengincar ke pasar retail. Kami masuk ke konsumen yang menginginkan nila yang mengarah ke organik dan higienis dan dijual dalam keadaan hidup,” ungkap Agus.
Baca juga: Protein Skimmer dalam Teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS)
Sistem Nila RAS
Penerapan budidaya nila sistem resirkulasi air (RAS) juga mampu mendongkrak produktivitas dan kualitas ikan nila yang dibudidayakan. Seperti hal yang dilakukan oleh Agus Cahyadi di OS Tilapia Farm Bogor.
Dijelaskan Agus, sistem budidaya nila yang digunakan ada 4 poin. Pertama, menggunakan media air yang diresirkulasi. Kedua, probiotik yang sudah dilakukan di dalam pakan. Ketiga, penggunaan benih berkualitas. Keempat, aplikasi sistem perlakuan air agar homogenitas suhu malam dan siang terjaga.
Agus memaparkan, kepadatan ikan pada kolam bundar diameter 3 m sekitar 200 ekor per m3, diameter 6 m 250 ekor per m3. Estimasi pada diameter 3 m ditarget terdapat 1.000 ikan yang dipanen setiap 3,5 bulan sekitar 275 – 300 kg. Sementara pada kolam diameter 6 m bisa mencapai 530 kg ikan yang dipanen.
Masih kata Agus, target FCR antara 1,2 sampai 1,3 (kolam diameter 6 m). Target ukuran ikan yang di panen yaitu 1 kg isi 3 - 4 ekor jadi rata-rata 200 – 250 g/ekor. SR estimasi dari semua kolam 82 – 83 %. “Kunci keberhasilan kita bisa menstabilkan kualitas benih sendiri tidak membeli dari luar, sehingga dapat meminimalisir penyakit,” kata Agus yang merintis usaha budidaya pada akhir 2019 lalu ini.
Baca juga: Tangkal TiLV Pada Ikan Nila Sejak Dini
Usaha yang dikelola Agus fokus pada 3 segmen budidaya yaitu pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Menurut Agus, investasi budidaya sistem RAS untuk ketiga segmen tersebut antar Rp 300 juta sampai Rp 400 juta.
Ia menjelaskan, proses pembenihan butuh sekitar 10 hari. Ia menggunakan indukan unggulan dan menerapkan monosex karena pertumbuhan seragam. Jenis nila yang ia kembangkan adalah nila merah monosex jantan.
Dijelaskan Agus, proses monosex dilakukan dengan pendekatan fruktosa tinggi dan hormon yang dilakukan dengan cara dicampur dalam pakan sehingga proses metabolisme berubah. Dilakukan sejak benih. “Menjelang ukuran 7 – 10 cm, terus dilihat perkembangannya, jika perubahan homogen maka dipastikan sudah jantan semua,” kata Agus.
Kemudian fase pendederan butuh waktu 2 bulan. Harus dipastikan benih terhindar dari virus dan bakteri aeromonas dan jamur, ukuran target pendederan 7 – 10 cm rata-rata up sampai 8 cm per ekor. Terakhir fase pembesaran 3 – 3,5 bulan, dengan target ukuran panen sekitar 250 gram per ekor.
Sumber: TROBOS Aqua