Budidaya Clownfish Sistem Resirkulasi Skala Rumah Tangga
| Fri, 08 Nov 2019 - 10:09
Disebut-sebut sebagai usaha yang menjanjikan keuntungan, budidaya ikan hias jenis clownfish skala rumah tangga dengan sistem resirkulasi mampu menghasilkan limpahan rupiah.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto pada Senin (29/10) menyatakan teknologi recirculation aquaculture system (RAS) ini mampu menggenjot produktivitas budidaya ikan hingga 100 kali lipat dibanding teknologi konvensional.
Khusus untuk ikan hias, KKP telah membangun instalasi RAS modern berkapasitas tinggi di BPBL Ambon. Sementara pada level masyarakat teknologi mini RAS atau resirkulasi skala rumah tangga juga telah diaplikasikan kepada masyarakat pembudidaya ikan hias, terutama di Ambon.
Kepala BPBL Ambon, Tinggal Hermawan menjelaskan institusinya telah berhasil mengembangkan berbagai komoditas unggulan diantaranya : ikan hias clownfish berbagai varian (Amphiprion sp) yang telah dikenal oleh para penghobi ikan hias di seluruh Indonesia.
Ikan hias clownfish produksi Ambon dikenal memiliki aneka ragam corak dan warna sehingga bernilai jual tinggi.
Untuk jenis ikan konsumsi, lanjut dia, budidaya ikan bubara / kuwe (Caranx sp) sebagai salah satu komoditas unggulan baru.
Ikan konsumsi ini berhasil dikembangkan dan diproduksi secara massal oleh BPBL Ambon, menyusul ikan kakap putih (Lates calcarifer), serta bibit rumput laut kultur jaringan (Kappaphycus alvarezii).
Analisa Ekonomi
Diuraikannya, biaya investasi pembuatan system RAS senilai Rp 6.800.000,-, modal pembelian benih sekitar Rp 1.562.500,-, operasional pakan selama 6 bulan pemeliharaan Rp 600.000,- dan biaya listrik selama 6 bulan sekitar Rp 600.000,-.
Omzet penjualan budidaya ikan hias dalam satu siklus/6 bulan senilai Rp 15.000.000,-. Keuntungan bersih yang diperoleh pembudidaya pada siklus pertama sekitar Rp 12.237.500,- ungkapnya.
Sehingga pada panen siklus kedua, pembudidaya sudah dapat menutup biaya investasi instalasi RAS.
Selain budidaya ikan hias, Tinggal menjelaskan, budidaya rumput laut juga tidak kalah menjanjikan, menurutnya, untuk mengawali usaha budidaya rumput laut diperlukan investasi sekitar 4,7 Juta per unit ukuran 20 m x 25 m.
Hal itu diperuntukan untuk penyediaan sarana berupa tali pemberat PE, tali jalur, tali ikat bibit, pelampung diameter 30-40 cm dan pelampung kecil. Dengan estimasi panen sekitar 600 Kg/siklus (45 hari) dan harga jual bibit basah Rp. 10.000 maka akan diperoleh omzet usaha sebesar 6 juta/siklus atau keuntungan bersihnya sekitar 4,8 juta per siklus.
"Dengan kondisi dan potensi perairan yang cukup baik, pengembangan budidaya rumput laut di timur Indonesia menjadi hal yang menjanjikan. Ini sangat potensial untuk membantu peningkatan kesejahteraan pembudidaya,” ungkap Tinggal.
Artikel Asli : Trobos Aqua