Bedah Cara Pentokolan Udang untuk Tingkatkan Produktivitas Tambak
| Thu, 28 Nov 2024 - 15:26
Penyakit serta mortalitas udang masih menjadi masalah yang dihadapi oleh para petambak Indonesia dalam meningkatkan produktivitas nasional. Penurunan produktivitas ini kemudian berpengaruh pada penurunan tingkat ekspor dan daya saing udang Indonesia di pasar global.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh petambak adalah pentokolan atau nursery pond. Metode ini bertujuan untuk menumbuhkan benur awal pada kolam khusus sebelum ditebar ke kolam pembesaran.
Teknis dan tingkat keberhasilan cara pentokolan udang ini menjadi tajuk utama pada webinar yang diadakan oleh Forum Udang Indonesia (FUI) bersama dengan United Nation Industrial Development Organization (UNIDO) dengan tema “Bedah Prosedur Operasional Nursery/Pentokolan Udang untuk Tambak Tradisional dan Intensif”.
Webinar ini diadakan pada 28 November 2024 dan telah diikuti oleh lebih dari 200 peserta yang mengikuti secara daring.
Webinar ini adalah lanjutan dari seri webinar sebelumnya yang lebih detail membahas teknis dan cara pentokolan udang serta tingkat keberhasilan implementasinya dari berbagai daerah.
Materi diberikan oleh para narasumber yang berkompeten yaitu Coco Kokarkin selaku Sekretaris Jenderal FUI, Achmad Jerry selaku CEO Venambak, dan Zaenal selaku Regional Manager PT Central Proteina Prima (CPP), serta Hendra Gunawan dari PT Alter Trade Indonesia (Atina).
Selain itu, Sudari Prawiro selaku National Chief Technical Advisor UNIDO turut memberikan sambutannya. Ia menekankan bahwa webinar ini menjadi wadah untuk menyampaikan rumusan Standard Operational Procedure (SOP) pentokolan udang sekaligus menjaring masukan.
“Harapannya, rumusan SOP ini nantinya bisa dipakai oleh berbagai stakeholder dan kalangan petambak udang,” tegas Sudari.
Pentingnya Pentokolan Udang
Pentokolan udang adalah tahap yang telah banyak diaplikasikan pada negara-negara dengan produktivitas udang yang dominan, termasuk Ekuador. Hal ini disampaikan oleh Sukenda, Dosen IPB University sekaligus moderator pada webinar ini.
“Ekuador itu produktivitas udangnya sudah lebih dari 1 juta ton per tahun. Kunci dari produktivitas Ekuador ini adalah perbaikan genetik udang serta penerapan nursery pond atau biasa disebut metode two-step,” jelas Sukenda.
Oleh karena itu, Budhi Wibowo selaku Ketua FUI mengharapkan pentokolan ini dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas sekaligus ekspor udang Indonesia. Budhi juga menerangkan bahwa kondisi pangsa ekspor udang Indonesia sedang mengalami penurunan tiap tahunnya.
“Penurunan pangsa ekspor ini tidak bisa dibiarkan, karena nanti pangsa pasarnya bisa diambil oleh negara lain,” pungkasnya.
Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penurunan ini kembali terjadi adalah dengan meningkatkan kelulushidupan (Survival Rate/SR) udang. Budhi kemudian menjelaskan tiga langkah untuk mencapai hal tersebut.
“Pertama yaitu perbaikan mutu induk udang. Kedua, melakukan budidaya udang sesuai dengan SOP. Ketiga adalah dengan melakukan metode two-step yang bisa meningkatkan SR hingga 20-30% lebih baik.”
Bedah Tata Cara Pentokolan Udang
Sebagai narasumber pertama, Coco Kokarkin turut menjelaskan tentang rumusan SOP pentokolan udang yang sedang dibuat. Rumusan tersebut nantinya akan dapat diakses secara luas oleh berbagai pihak yang ingin menerapkan pentokolan udang.
SOP tersebut mencantumkan tata cara pentokolan secara teknis dan runut mulai dari persiapan wadah dan media, pemilihan benih, pemeliharaan (pakan dan kualitas air), biosecurity, sampai transportasi menuju kolam pembesaran.
SOP pentokolan udang tersebut dibagi menjadi dua berdasarkan wadah pemeliharannya, yaitu pentokolan pada tambak tanah dan kolam permanen (terpal atau fiber).
Pada pemaparannya, Coco menekankan mengenai pentingnya penerapan biosecurity pada setiap tahapan dan cara pentokolan udang. Ia menjelaskan bahwa biosecurity dan pengendalian penyakit harus dibenahi terlebih dahulu sebelum melakukan pentokolan.
“Pentokolan udang harus didahului dengan pengendalian penyakit. Bagaimanapun teknik pentokolannya, akan tetap susah kalau sudah terkena penyakit,” ujar Coco.
Ia juga menerangkan mengenai langkah sterilisasi tambak tanah dari patogen Acute Hepatopancreas Necrosis Disease (AHPND) dan juga Enterocytozoon Hepatopenaei (EHP).
Beberapa langkah untuk mencegah serangan EHP adalah sterilisasi tambak menggunakan Kalium Permanganat (PK) selama 10 hari serta pembekuan cacing untuk pakan alami pada suhu -20º celcius. Sementara, pencegahan AHPND dapat dilakukan dengan pemberian imunostimulan.
Pemilihan lokasi pentokolan juga harus diperhatikan. Coco menekankan bahwa lokasi pentokolan wajib memiliki akses listrik yang dapat diandalkan.
“Listrik adalah segalanya untuk pentokolan. Saat ini sudah banyak jenis pentokolan, baik di dalam tambak atau di luar tambak, tapi yang paling penting untuk pentokolan adalah biosecurity dan listrik,” jelas Coco.
Selain itu, Coco juga menekankan mengenai aspek pemilihan benur. Benur yang digunakan untuk pentokolan wajib menggunakan benur F1, dengan ukuran yang seragam, serta berasal dari hatchery yang terpercaya.
Pemilihan benur juga harus disesuaikan dengan riwayat tambak dan sumber air. Jenis benur umumnya terbagi menjadi benur tahan penyakit dan cepat tumbuh.
Jika tambak pernah mengalami outbreak penyakit, maka disarankan untuk memilih benur dengan genetik tahan penyakit.
Aplikasi Cara Pentokolan Udang
Pentokolan udang telah diaplikasikan oleh Achmad Jerry selaku CEO Venambak pada tambak udang yang ada di Subang, Jawa Barat sekaligus dengan sistem Tradisional Plus.
Beberapa aspek teknis yang dijelaskan oleh Jerry yaitu treatment kolam pentokolan sebelum penebaran, pembuangan limbah kolam pentokolan, transportasi udang pentokolan menuju kolam pembesaran, dan perawatan pada fase pembesaran.
Jerry menjelaskan bahwa kelimpahan fitoplankton harus dikendalikan secara seimbang sebelum penebaran benur. Kelimpahan fitoplankton ini berguna untuk menciptakan kekeruhan air sehingga udang tidak terkena paparan sinar matahari langsung.
Pengendalian kelimpahan fitoplankton ini dapat dilakukan dengan memasang atap berupa waring di atas kolam pentokolan.
Selain itu, Jerry juga menerangkan mengenai pembuangan limbah pada kolam pentokolan yang dilakukan dengan membuka outlet setiap dua hari.
Zaenal selaku Regional Manager PT CPP telah menerapkan Tradisional Plus serta pentokolan untuk 15 lokasi yang tersebar di Jawa Tengah dan 6 lokasi di Sulawesi.
Ia menerangkan manfaat penerapan pentokolan ini yaitu dapat menekan kematian serta prevalensi penyakit udang pada usia muda, serta mengantisipasi resiko kesulitan menjaga kelimpahan plankton pada kolam pembesaran pada saat udang di bawah 30 hari.
Zaenal menjelaskan mengenai pentingnya tandon pada pada kolam pentokolan atau nursery pond.
“Nursery pond itu harus ada tandon, karena berguna untuk sterilisasi pasokan air masuk serta untuk menjaga kecukupan air. Selain itu, usahakan juga untuk sipon air sedini mungkin,” ujar Zaenal.
Hendra Gunawan dari PT Atina turut menjelaskan mengenai aplikasi pentokolan pada budidaya udang windu. Ia telah menerapkan pentokolan ini pada tambak yang ada di Sidoarjo, Jawa Timur dan Pinrang, Sulawesi Selatan.
Hendra juga mengatakan bahwa tambak binaannya di Sidoarjo merupakan tambak polikultur antara udang windu dengan bandeng. Selain itu, tambak tersebut juga telah menerapkan pentokolan udang sejak dua tahun lalu.
Ia menekankan mengenai standar benih yang harus dipenuhi yaitu berasal dari hatchery yang tertelusur, serta benih terverifikasi dan lolos uji Polymerase Chain Reaction (PCR).
Hendra menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi di tambak binaannya adalah mengatasi cuaca, terutama hujan. Ia kemudian menjelaskan mengenai penggunaan rendaman kapur dolomit serta probiotik untuk mengantisipasi hal tersebut.