Alginat untuk Bahan Baku Pakan
| Tue, 20 Oct 2020 - 13:25
Senyawa alginat pada rumput laut cokelat yang ditambahkan pada pakan, bisa meningkatkan daya tahan tubuh spesies budidaya
Tidak hanya menjadi komoditas akuakultur, alginat yang berasal dari rumput laut bisa menjadi komoditas yang mendukung kegiatan akuakultur lainnya. Dalam seminar tentang rumput laut yang diadakan oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) beberapa waktu lalu, dosen sekaligus peneliti dari Deparetemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Univeristas Gadjah Mada (UGM), Alim Isnansetyo menjelaskan manfaat alginat sebagai salah satu bahan baku alternatif pakan ikan dan udang.
Dalam pemaparan webinar ini, Alim menekankan manfaat senyawa alginat sebagai imunostimulan alami yang bisa ditambahkan pada pakan ikan atau udang. “Ini bisa digunakan untuk pengendalian penyakit. Untul health and environment management,” kata Kepala Laboratorium Kesehatan Ikan di UGM ini.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan Alim, alginat memberikan efek yang bagus terhadap performa spesies budidaya. Pada ikan lele misalnya, data kelangsungan hidupnya (SR/survival rate) memperlihatkan tren yang meningkat seiring meningkatnya dosis alginat yang ditambahkan di dalam pakan. Data SR itu didapatkan setelah lele diuji tantang dengan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
SR terbaik yang dihasilkan pada lele adalah 76,7 %. Hasil ini didapatkan pada dosis alginat tertinggi (8 gram per kilogram pakan) dan setelah diinfeksi Aeremonas dengan kepadatan 108 sel per ekor. Sementara pada perlakukan lele yang diberi pakan tanpa tambahan alginat, SR-nya hanya 23,3 % saja.
Hasil yang positif pun terlihat pada percobaan penggunaan alginat pada pakan ikan nila. Dalam riset ini, Alim mencari tau efek penambahan alginat yang dikombinasikan dengan asam amino terhadap performa ikan nila. Hasilnya, ikan nila yang diberi pakan yang sudah ditambahi alginat dan asam amino memiliki SR 91,7 %. Sedangkan ikan nila dengan pakan biasa hanya menghasilkan SR sebesar 38,3 %.
“Dari sini kita bisa melakukan efisiensi dua senyawa. Baik senyawa alginat, maupun asam amino. Karena bisa mengurangi dosis masing-masing, tapi punya efek kekebalan yang lebih besar.” Jelas Alim.
Tidak Mengganggu Pencernaan
Selain dicoba pada ikan air tawar, penggunaan alginat sebagai tambahan pakan juga dilakukan pada spesies udang vannamei. Seperti pada ikan, alginat pada pakan udang juga memiliki efek yang cukup bagus terhadap kekebalan tubuhnya. Menurut Alim, udang yang diberi pakan dengan campuran alginat bisa memiliki SR hingga 70 % setelah diinfeksi dengan WSSV (White Spot Syndrome Virus). Sementara udang yang tidak diberi pakan yang ditambahi alginat, SR-nya hanya 10 % setelah diserang WSSV.
Bahkan untuk meyakinkan efek alginat terhadap udang, pengamatan juga dilakukan secara molekular dengan melihat ekspresi gen-gen yang berhubungan dengan imunitas. Ekspresi gen-gen imunitas tersebut cenderung meningkat pada udang yang diberi pakan yang ditambahi alginat. “Pola ekspresi gennya hampir sama. Mayoritas setelah diinfeksi WSSV bisa naik,” ujar Alim menyimpulkan. Selain itu, alginat juga bisa menekan copy number WSSV di dalam tubuh udang sehingga daya infeksinya menjadi lebih lambat.
Selain kekebalan, pertumbuhan juga menjadi parameter yang diamati oleh Alim untuk mengetahui apakah alginat dapat dicerna dengan baik oleh udang atau tidak. Hasilnya, pertumbuhan udang tetap normal, yang berarti alginat bisa dicerna dengan baik dan tidak memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan selama dosisnya tidak berlebihan.