KKP Ciptakan Inovasi Kincir Air Tambak Hemat Energi Berbahan Baku Lokal & Ramah Lingkungan
| Wed, 14 Apr 2021 - 09:16
Budidaya udang menjadi salah satu primadona di kalangan pelaku usaha perikanan saat ini. Melihat pesatnya perkembangan usaha budidaya udang, berbagai teknologi pun terus dikembangkan. Salah satunya adalah inovasi kincir air tambak yang dikembangkan Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Jawa Timur. Satuan pendidikan ini berada di bawah Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Kincir air merupakan salah satu sarana budidaya perikanan yang memiliki peran sangat penting dalam menciptakan kondisi agar terjadi keseimbangan ekosistem perairan tambak. Kincir air berperan dalam menyuplai oksigen perairan tambak dan membantu dalam proses pemupukan dan pencampuran karakteristik air tambak lapisan atas dan bawah. Pengoperasian kincir air juga membantu dalam membersihkan kotoran-kotoran yang ada di dasar tambak sehingga menstabilkan kualitas air.
Pentingnya penggunaan kincir air dalam budidaya ikan dan udang, terutama yang dilakukan secara intensif ternyata membawa permasalahan tersendiri. Kincir air yang ada dipasaran harganya relatif mahal dan biaya operasional dan perawatannya besar.
Baca juga: KKP: Budidaya Ikan Nila dengan Kincir Tingkatkan Produktivitias
Melihat kondisi ini Politeknik KP Sidoarjo membuat inovasi teknologi kincir air hemat energi dari bahan lokal yang ada di sekitar, sehingga apabila ada kerusakan maka perawatannya ringan dan suku cadangnya mudah didapat. Melalui berbagai uji coba di perairan tambak ikan dan udang, Politeknik ini mengembangkan mesin kincir air hemat energi bertenaga listrik yang ramah lingkungan tanpa ada gas buang dan tidak menimbulkan kebisingan.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, inovasi yang dikembangkan pihaknya mendukung tiga program terobosan KKP pada Tahun 2021-2024. Pertama, peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan nelayan. Kedua, pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor.
Ketiga, pembangunan kampung-kampung perikanan berbasis kearifan lokal. Inovasi kincir tambak Politeknik KP SIdoarjo khususnya mendukung poin kedua dan ketiga.
Menurut Direktur Politeknik KP Sidoarjo Muhammad Hery Riyadi Alauddin, kincir tersebut berbahan baku lokal, yang memiliki tingkat komponen dalam negeri di atas 50%. Kontruksi kincir air ini memiliki penggerak motor listrik dengan komsumsi daya 0,5 HP 1 phase, dimana gear dan rantai sebagai transmisi daya yang mereduksi putaran mesin dari 1400 RPM menjadi 110 RPM.
Baca juga: Rakit Kincir Sendiri, Tekan Biaya Produksi
Putaran mesin hasil reduksi diteruskan poros utama berbahan baku pipa galvalum dengan ukuran 3/4 dim dan pillow block sebagai bantalan poros sehingga poros dapat berputar sempurna. Hasil putaran poros kemudian diteruskan oleh roda penggerak dari velg sepeda mini sebagai penopang daun kincir. Sebagai penopang seluruh komponen kincir ini dipasang rangka utama yang terbuat dari pipa galvalum yang dibentuk sesuai desain sehingga seluruh komponen ditopang. Kincir digunakan di kolam tambak selama 1 siklus (kurang lebih 3 bulan).
Untuk membuat kincir air terapung maka dipasang pipa PVC dengan ukuran 6 dim sepanjang 2 meter sejumlah 2 buah untuk menopang beban kincir air sehingga dapat terapung seimbang di atas air. Untuk menghindari percikan air tambak dan air hujan maka dipasang penutup mesin dengan menggunakan plat gavalum sehingga air tidak dapat masuk ke dalam mesin penggerak.
Sumber: KKP
Pembuatan maupun perakitan kincir mulai dari komponen rangka sampai dengan daun kincir dikerjakan oleh dosen dan taruna Program Studi Mekanisasi Perikanan Politeknik tersebut.
Temukan berbagai kincir air disini!
Melalui hasil riset kolaborasi yang dilakukan mulai dari tahun 2015 sampai dengan sekarang, kincir ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang lain, dimana dissolved oxygen (DO) yang dihasilkan tinggi, cakupan area maupun tinggi semburan maksimal, biaya operasional lebih murah, sparepart mudah didapatkan, perawatan mudah dikerjakan dan tentu saja dengan harga lebih kompetitif. Dengan adanya kincir ini diharapkan akan menekan biaya operasional budidaya udang, sehingga pendapatan menjadi lebih meningkat dan kesejahteraan petambak terwujud.
Upaya pengembangan terus dilakukan dengan menggandeng pihak lain. Pada 3 Maret 2021, Politeknik KP Sidoarjo menandatangani kerja sama berupa nota kesepahaman dengan PT.
Barata Indonesia (Persero) pada Pameran Nasional Bangga Buatan Indonesia di The Mandalika Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rencananya kincir air tersebut akan digunakan untuk mendukung program perikanan budidaya secara nasional, terutama budidaya udang.
Selain itu, menurut Hery Riyadi, kincir air tambak hemat energi ini telah didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Sentra Hak Kekayaan Intelektual KKP untuk mendapatkan paten. Kincir ini juga sedang diproses untuk mendapatkan Sertifikasi Standar Nasional Indonesia dari Badan Sertifikasi Nasional.