Rakit Kincir Sendiri, Tekan Biaya Produksi

| Wed, 11 Sep 2019 - 13:33

Jika satu petakan tambak saja 24 kincir, satu lokasi misalnya 100 kincir, cost yang bisa ditekan mencapai Rp 100 juta. Kincir merupakan salah satu kebutuhan dalam proses budidaya udang. Peranannya sangatlah penting untuk menyuplai Disolve Oxygen (DO) atau oksigen terlarut air di tambak. Hal ini diakui oleh Haji Buntara selaku petambak udang vannamei Banten. Ia mengatakan pentingnya penggunaan kincir dalam usaha budidaya sehingga udang dapat tumbuh secara optimal.

“Jantungnya dalam budidaya udang vannamei adalah kincir, dengan peranan utamanya sebagai penyuplai oksigen ke air. Selain itu peran dari kincir juga untuk membuat arus pada tambak sehingga membersihkan area permukaan dan dasar air tambak. Dengan demikian menciptakan kestabilan arus yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan udang,” ucap Haji Buntara pada TROBOS Aqua saat ditemui di lokasi usahanya baru – baru ini. Dalam aplikasinya, kincir yang digunakan membutuhkan cukup banyak biaya untuk perawatan atau pembelian baru. Maka perlu disiasati dalam perawatannya, antara lain terang Buntara, dengan merakit sendiri kincir unutk menekan biaya dan juga memudahkan dalam perawatan nantinya. 

Produksi Lokal Tekan Biaya

Jika diperhitungan dari segi biaya, tutur Buntara, satu unit yang siap pakai rata-rata harganya Rp 6 juta. Namun siapa sangka beberapa parts bisa dibuat dan dirakit sendiri. Gunanya menekan biaya pembelian kincir dan juga maintenance.  Dengan merakit beberapa parts produksi lokal, bisa menekan biaya sebanyak Rp 1 – 1,1 juta per unit atau 20 - 30 % dari harga pada umumnya. Hal ini sudah cukup lumayan menekan biaya perbaikan apabila rusak atau harus membeli baru. “Jika satu petakan tambak saja 24 kincir, satu lokasi misalnya 100 kincir, ada biaya selisih Rp 1 juta. Berarti ada cost yang bisa ditekan mencapai Rp 100 juta,” ungkap Haji Buntara.

Pasalnya, ia melanjutkan, penggunaan beberapa parts yang bisa dibuat atau dibeli di dalam negeri sudah pasti menang dari segi biaya. Karena pertama, spare part  yang diproduksi dalam negeri tidak terkena bea masuk, karena pada umumnya kincir yang dengan merk dagang ternama didatangkan dari luar negeri. 

Kedua, biaya transportasi atau pengiriman sudah pasti lebih rendah dibandingan dengan kincir pada umumnya. Sehingga, seharusnya Indonesia bisa memproduksi kincir sendiri. “Tidak semua parts bisa didapatkan di dalam negeri, karena masih ada beberapa parts yang harus didatangkan dari luar negeri. Namun dengan demikian saja bisa menekan biaya pembuatan kincir,” terang Haji Buntara yang juga tergabung dalam Shirmp Club Indonesia (SCI).  Contohnya, dalam pemilihan as kincir perlu memperhatikan bahannya. Ia menuturkan, sebaiknya menggunakan bahan yang terbuat dari stainless steel sehingga anti karat dan lebih tahan lama. As stainless steel yang anti karat dapat diperoleh di toko material, sehingga bisa menekan biaya. Disamping as kincir, padle wheel yang baik serta pelampung juga harus diperhatikan kualitasnya karena akan mempengaruhi ampernya. 

“Jika industri lokal kami percayakan untuk merakit dan membuat kincir, sebaiknya pertahankan kualitas atau bahkan tingkatkan kualitasnya,” terang Haji Buntara. Imbuhnya, jangan sampai jika para petambak mulai beralih dengan produk lokal, namun sebagai produsen nantinya memproduksi seenaknya, sehingga nantinya hanya akan membuat biaya maintenance atau perawatan bengkak. 

Sumber : Trobos Aqua

Artikel lainnya

Teknologi 

Budidaya Sehat dengan KJA Smart

Trobos Aqua

1698 hari lalu

  • verified icon2662
Teknologi 

Seberapa Penting Digitalisasi dalam Data Budidaya?

Minapoli

1563 hari lalu

  • verified icon2481
Teknologi 

Guru Besar FPIK IPB Temukan Alat Pemisah Daging dan Duri Ikan

Minapoli

1492 hari lalu

  • verified icon2457