• Home
  • Infomina
  • Kami Peduli Sepenuh Hati, Induk Gurami Janganlah Mati

Kami Peduli Sepenuh Hati, Induk Gurami Janganlah Mati

| Wed, 17 Nov 2021 - 16:21

Ikan Gurami  (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang cukup familiar bagi pecinta kuliner seafood di Indonesia. Bahkan ada literatur menyebutkan bahwa olahan gurami menjadi hidangan raja-raja di tanah sunda, dan hingga saat ini olahan gurami masih menjadi santapan istimewa bersama keluarga karena porsinya yang besar dibanding ikan tawar lainnya. Jadi tidak heran jika ikan gurami menjadi salah satu komoditi unggulan dalam budidaya ikan air tawar terutama di wilayah Jawa.


Siklus hidup gurami cukuplah unik, sebenarnya tidak harus menunggu panen 1 tahun masa budidaya, karena mulai dari telur “emas”nya sudah bisa menghasilkan uang. Telur gurami yang berwarna kuning keemasan ini setelah dibuahi akan langsung dijual oleh pembenih. Pusat pembenihan gurami yang cukup besar di pulau Jawa ini ada di Purwokerto, Jawa tengah dan juga Blitar, Jawa Timur. Telur gurami dari 2 lokasi ini nantinya akan dikirim ke beberapa daerah salah satunya ke kota Tulungagung, Trenggalek dan kediri yang menjadi basis pembesaran gurami konsumsi di Jawa timur. 




Tidak Banyak yang Peduli

Mungkin karena bukan area srategis dalam pemasaran produk pakan. Tapi perlu disadari bahwa ketika ada masalah di lokasi pembenihan maka tidak akan ada keberlanjutan dalam pembesaran dan itu petaka bagi pabrikan pakan dan tentu berdampak pada ketersediaan sumber nutrisi masyarakat. Yap, pembenihan gurami  tidak sedang baik-baik saja saat ini.


Kami dari divisi Animal Health Service PT. Central Proteinaprima, Tbk, telah melakukan monitoring di Jawa timur atas kasus kematian yang terjadi pada Gurami. Berdasarkan data PCR iridovirus pada sampel gurami yang dicollect mulai Januari-Juli 2021 ini didapatkan bahwa hampir 78% kondisi kematian gurami terjadi pada fase pendederan yaitu pada usia budidaya 1-3 bulan. Fase Pembesaran hanya 18 % yaitu di 4 hingga 12 bulan masa budidaya dan fase benih hanya ditemukan 1 sampel atau 4% di fase telur dan larva usia 0-10 hari.  


Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Berdasarkan data ini, bisa dipetakan bahwa ancaman terbesar budidaya gurami adalah di fase pendederan, potensi penyakit bisa muncul bahkan dari fase pembenihan dan itulah yang terjadi saat ini. Kasus kematian induk gurami di Purwokerto pertama kali terjadi di tahun 2018 disinyalir berdampak terhadap penyebaran penyakit iridovirus di daerah Jawa timur yang mulai menyerang di fase pendederan gurami usia 1-3 bulan. Belum selesainya kasus kematian induk gurami di Purwokerto, baru-baru ini muncul laporan kematian indukan gurami di daerah Selopuro, Blitar, Jawa Timur yang terjadi mulai Juli hingga September 2021. 


Kasus kematian Indukan Gurami Selopuro cukup mengejutkan karena SR hanya 10-20% indukan yang tersisa. Banyak pembenih gurami yang trauma dan memilih mencari pekerjaan lain dan harus “angkat jangkar”. Kami yang mendapat laporan ini segera menemui mitra pembenihan di lokasi dan melakukan trial dan pendampingan untuk memulihkan kondisi indukan gurami. Gambaran kondisi klinis ikan sebagai berikut tersaji dalam gambar 2.


Hasil investigasi dari tim kami, menunjukkan adanya Infeksi bakteri Staphylococcus sp, Aeromonas sp, Pseudomonas sp, dan Nocardia sp di organ hati, Limpa dan ginjal, serta degenerasi hidropik parah di Insang dan temuan parasit Monogenea. Treatment yang dilakukan adalah dengan injeksi antibiotik terhadap ikan yang masih aman dan mulai ada gejala infeksi awal. Metode injeksi intramuskular jarang dilakukan pada ikan, namun inilah cara paling efektif karena indukan gurami agak susah jika memasukkan obat melalui pakan atau oral. Adapun treatment yang dilakukan tidak hanya pada injeksi ikan namun perbaikan lingkungan, yaitu  sebagai berikut: 




Sudah menjadi tugas kami selalu bersinergi mendampingi petani. Besar harapan kami agar ada bantuan dari DKP dan instansi pemerintah yang peduli terhadap keberlanjutan budidaya pembenihan gurami di Selopuro Blitar ini. Bantuan pendanaan modal, hibah maupun investasi bisa dilakukan disini untuk kembali membangkitkan semangat para pembenih agar gurami tidak Mati. 

---

Penulis: Nugroho Wiratama        

Profesi: Sales Produk Akuakultur

Instansi: Animal Health Service PT. Central Proteinaprima Tbk.


Artikel lainnya

LensaMina 

Lobster Estate: Era Baru Usaha Lobster di Lombok Timur

Minapoli

1134 hari lalu

  • verified icon3587
LensaMina 

Budidaya Udang Windu: Belajar dari Ilmu Virus

Minapoli

1187 hari lalu

  • verified icon2238
LensaMina 

Santri Fokus Berwirausaha

Minapoli

1133 hari lalu

  • verified icon2408