• Home
  • Infomina
  • Peningkatan Produktivitas Sawah dengan Minapadi, Penyelang dan Palawija Ikan

Peningkatan Produktivitas Sawah dengan Minapadi, Penyelang dan Palawija Ikan

| Tue, 09 Nov 2021 - 15:37

Mengapa Produktivitas Lahan Sawah Perlu Ditingkatkan?

Fakta menunjukkan bahwa pemilikan lahan sawah yang berpengairan teknis bagi masyarakat petani, khusunya di Pulau Lombok setiap kepala keluarga (KK) petani rata-rata kurang dari 1,0 Ha. Sedangkan jumlah anggota keluarga setiap KK rata-rata 5 orang bahkan lebih.


Berdasarkan hasil analisa usahatani   setiap Ha diperoleh  hasil panen (gabah kering panen) sekitar 6 ton/Ha. Dengan harga jual sekitar Rp. 3.500/kg, diperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 21.000.000/Ha. Setelah memper-hitungkan biaya produksi yang mencapai jumlah Rp. 12.580.000 (lihat tabel 1), maka selisih antara output-input diperoleh pendapatan pengelola sebesar Rp. 8.420.000 /4bulan (masa periode produksi).


Jika dalam 1 tahun dilakukan 3 kali tanam dengan asumsi hasil yang sama, maka diperoleh pendapatan pengelola sebesar. 3 x Rp. 8.420.000 = Rp. 25.260.000; atau Rp. 5.052.000/anggota keluarga/tahun; atau Rp. 421.000/bulan. Jumlah ini tentu masih jauh dari standar kebutuhan hidup layak (makan, pakaian, kesehatan, pendidikan dll).




Apa Solusi yang Dapat Ditempuh?

Bagi masyarakat petani yang memiliki lahan relatif sempit (kurang dari 1 Ha) tidak perlu khawatir kekurangan produksi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan konsumsi ikan bagi masyarakat dari waktu ke waktu terus meningkat. Usaha budidaya ikan merupakan solusi yang tepat untuk memenuhi konsumen sekaligus meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pelaku  utama pada khususnya. Peningkatan jumlah produksi ikan dari hasil budidaya, khususnya jenis-jenis ikan air tawar sangat mendukung ketersediaan ikan sepanjang waktu tanpa tergantung musim. 


Dengan melihat potensi pasar terhadap jenis-jenis ikan air tawar yang demikian besar, maka salah satu lokasi untuk budidaya ikan yang cukup potensial namun belum banyak dimanfaatkan adalah penggunaan lahan sawah untuk minapadi, penyelang dan palawija ikan. Apabila sawah telah dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya ikan, itu berarti bahwa produktivitas lahan sawah bisa ditingkatkan hingga beberapa kali lipat jika dibandingkan apabila sawah hanya diperuntukkan bertanam padi/ palawija saja. 


Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Bagaimana Teknis Pelaksanaannya?


1. Minapadi

Minapadi adalah suatu sistim budidaya ikan yang dilakukan bersama-sama dengan tanaman padi. Agar memperoleh hasil optimal antara padi dan ikan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:


1. Setelah lahan sawah diolah,  sebelum penanaman padi, pada bagian tengah petakan dan di sekeliling pematang hendaknya dibuat kemalir (saluran) selebar 0,5 m dan kedalaman 30-50 cm (dari permukaan dasar sawah). Kemalir ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan pada saat pemupukan padi dan mempermudah pada saat panen ikan.

2. Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan sesudah tanaman padi berumur 1 minggu atau tanaman padi sudah mulai tumbuh dan bertunas.

3. Benih ikan yang ditebar berukuran 2-3 cm dengan harapan pada saat panen diperoleh ikan gelondongan    (size 15-20 ekor/kg), ukuran ini selanjutnya dibesarkan di kolam/keramba atau di sawah sebagai palawija ikan.

4. Saat melakukan pemupukan padi, air di petakan sawah dikurangi namun diusahakan mengalir pada bagian kemalir di tengah petakan sawah (arah pintu masuk dan keluarnya air.

5. Selama pemeliharan sebaiknya diberikan pakan tambahan secukupnya, bisa berupa dedak atau pellet.

6. Pemanenan ikan sebaiknya dilakukan 10-14 hari sebelum panen padi.


2. Memelihara ikan di sawah sebagai penyelang.

Masa tenggang antara waktu panen dan tanam padi berikutnya berkisar antara 3-4 minggu. Selama menunggu waktu tanam padi inilah sawah dimanfaatkan untuk memelihara ikan sebagai penyelang.  Agar berhasil dengan baik, maka teknis pelaksanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :


1. Selesai panen padi tanah langsung diolah (dibajak dan digaru), pematang dibersihkan dan diperbaiki lalu dimasukkan air setinggi 15-20 cm.

2. Masukkan benih ikan berupa larva untuk tujuan pendederan. Larva bisa diperoleh dari hasil pemijahan sendiri atau membeli dari Balai Benih Ikan (BBI).

3. Perlu diperhatikan bahwa benih atau larva yang dipelihara harus berasal dari induk yang unggul.

4. Selama masa pendederan perlu diberikan pakan tambahan berupa tepung  (powder khusus pakan larva).

5. Setelah masa pendederan selama kurang lebih 3 minggu, benih dipanen dan mencapai ukuran 2-3 cm.

6. Benih tersebut siap dibesarkan pada pemeliharaan lanjutan, baik di kolam, mina padi, maupun dipelihara disawah sebagai palawija.


3. Palawija ikan

Menanam padi pada musim kemarau pada umumnya memberikan hasil panen yang kurang menguntungkan dibandingkan pada musim pemghujan walaupun memiliki sistim irigasi yang cukup memadai, kondisi seperti ini dapat mendorong minat pelaku utama untuk memanfaatkan lahan sawahnya sebagai tempat memelihara ikan pengganti padi atau palawija. Inilah yang dikenal sebagai palawija ikan.


Untuk mencapai tingkat produksi optimal, maka hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

1. Setelah tanah diolah, pematang dibersihkan dan diperbaiki. Konstruksi pematang dibuat lebih lebar dan lebih tinggi dari pematang sawah pada umumnya agar dapat menahan air dengan kedalaman yang lebih tinggi (sekitar 40-50 cm)

2. Memelihara ikan sebagai palawija tingkat kepadatan-nya bisa lebih tinggi bila ditunjang dengan pemberian pakan yang lebih intensif.

3. Ukuran benih  minimal 2-3 cm untuk penggelondongan (size 20-25 ekor/kg)

4. Masa pemeliharaan ikan 3-3,5 bulan. 


“Selamat Mencoba.. Andapun SUKSES!”

---


Penulis: Nasripin

Profesi: Penyuluh Perikanan Madya 

Instansi: Dinas Perikanan Kota Mataram

Artikel lainnya