Teknologi Pembenihan Ikan Hias Botia
| Tue, 22 Dec 2020 - 12:47
Ikan Botia merupakan ikan hias asli Indonesia dengan sebaran yang luas terutama di sungai-sungai di Sumatera bagian selatan dan di Kalimantan. Ikan Botia hidup dalam kelompok dan dapat dijumpai mulai dari hulu hingga muara sungai. Saat ini habitat ikan Botia yang masih sering dijumpai ikan tersebut adalah Sungai Batanghari, Jambi dan Sungai Barito, Kalimantan.
Ikan Hias Botia yang Eksotis
Daerah penangkapan ikan Botia adalah perairan yang tenang, rawa, dan hilir sungai. Anak-anak Botia umumnya di tangkap di Nursery Groud berupa daerah air pasang di hilir sungai. Metode penangkapannya menggunakan bubu bambu kecil (celik-red) yang dipasang di mulut-mulut sungai atau rawa-rawa.
Ikan ini diketahui pertama kali di ekspor ke luar negeri pada tahun 1935. Sampai saat ini, botia termasuk ikan favorit dan memiliki banyak penggemar di luar negeri. Di habitat aslinya, botia dewasa hidup pada air mengalir di sungai-sungai. Oleh karena itu, untuk pemeliharaan dalam aquarium sering disarankan agar dilengkapi dengan arus buatan.
Botia termasuk ikan yang berumur panjang, ikan ini diduga bisa hidup puluhan tahun. Ikan botia bisa hidup dalam aquarium selama 20 tahun. Panjang ikan ini bisa mencapai 30-40 cm. Tetapi dalam lingkungan aquarium jarang yang dapat mencapai panjang potensialnya tersebut.
Baca juga: Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch)
Morfologi dan Kebiasaan Hidup Ikan Botia
Ikan Botia memiliki bentuk tubuh agak bulat dan memanjang dan agak pipih ke samping, perut hampir lurus, kepala agak runding ke arah mulut, mulut agak kebawah, posisi lengkung sirip punggung lebih depan daripada sirip perut, badan tidak bersisik dan memiliki empat pasang sungut.
Warna dasar tubuh merah jingga kekuning-kuningan, yang dibalut warna hitam di tiga tempat. Satu memotong di kepala persis melintas di mata, di tengah tubuh agak lebar, terakhir di pangkal ekor merambat sampai sirip punggung. Sirip ekor tebal terbagi dengan ujung lancip, warna oranye dengan ujung kemerahan. Sirip anus hitam, dengan tulang sirip kuning, sirip dada berwarna merah darah. Botia memiliki duri di bagian bawah matanya.
Ikan botia hidup di dasar perairan (termasuk ikan dasar) yang jernih dengan dasat batu-batuan. Botia aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Sedangkan kualitas air yang optimal untuk hidup ikan Botia adalah, suhu 24-30oC, pH: 5-7, kesadahan air 5-15 mg/l dan kadar oksigen 3-5 ppm.
Dari survey yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Badan Riset Ikan Hias KKP, diketahui anak-anak ikan Botia hidup di daerah yang berarus dengan dasar perairan berlumpur dan keruh yang mempunyai kedalama 5-10 m, Sedangkan Induk Botia umumnya berada di perairan yang jernih dengan arus yang kuat, dasar berpasir atau bebatuan dengan kedalaman maksimal sekitar 2 m. Ikan Botia termasuk jenis ikan pemalu sehingga lindungan dan tempat bersembunyi dalam proses pemeliharaan sangat diperlukan.
Sebagai ikan dasar, maka makanan Ikan Botia adalah organisme didasar perairan, seperti cacing dan larva insekta lainnya. Botia termasuk jenis hewan omnivora, akan tetapi makanan hidup akan lebih disukai. Di alam, ikan Botia memijah pada saat awal musim penghujan sehingga anak-anak ikan Botia biasanya ditemukan pada bulan Oktober-Januari. Sementara saat musim kemarau ikan botia di alam tidak memijah.
Baca juga: Pembenihan Bawal Bintang (Trachinotus Blochii, Lacepede)
Klasifikasi Ikan Botia
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan botia adalah:
Fillum : Chordate
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Teleostei
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cobitidae
Genus : Chromobotia
Spesies : macracanthus
Reproduksi
Botia yang sudah matang gonad akan berenang melawan arus menuju hulu sungai yang berair dangkal. Disepanjang sungai yang dangkal dan jernih itu induk botia akan memijah. Setelah memijah, ikan akan kembali ke hilir mengikuti aliran sungai.
Saat memijah, botia melepaskan semua telur – telurnya secara serempak. Telur botia yang telah dibuahi akan menetas 14 – 26 jam setelah pembuahan. Benih ikan botia berkelompok dalam jumlah besar sehingga mudah ditangkap. Botia mulai matang gonad setelah ukurannya ± 40 gram untuk botia jantan, dan untuk botia betina ± 70 gram, atau panjangnya lebih dari 15 cm.
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
TKG dapat dibagi menjadi 6 fase, yaitu sebagai berikut:
1. TKG I
Sel telur baru mengalami perbanyakan dari sel epitel dan membentuk oogonia. Kumpulan oogenia berbentuk bulat yang dilapisi oleh satu dinding epitel. Sitoplasmanya berwarna merah jambu dengan nucleus yang besar;
2. TKG II
Oogonia berkembang menjadi oosit dengan sitoplasma yang bertambah besar dengan nucleus yang terletak ditengah – tengahnya. Selama perkembangannya, oosit ditutupi satu baris epitel. Diameter oosit berkisar antara 100 – 150 um;
3. TKG III
Fase ini adlah fase berkembangnya dinding sel. Oosit semakin membesar dan inti sel mulai tampak. Sitoplasma yang berwarna biru merupakan awal/ persiapan vitelogenesis. Diameter telur antara 200 – 300um;
4.TKG IV
Membrane inti mulai tampak berwarna terang, melingkari inti sel. Inti berwarna merah jambu sedangkan sitoplasma berwarna biru yang lebih terang dibandingkan pada TKG II dan III. Pada fase ini vitelogenesis berlangsung dan mulai terbentuk granula dan vakuola pada sitoplasma. Juga mulai terbentuk zona radiate yang berasal dari sel epitel. Diameter telur antara 300 – 500 um;
5. TKG V
Pada fase ini nucleus tampak jelas dengan granula yang masih kasar. Sitoplasma berwarna biru, sedangkan nucleus berwarna merah jambu agak cerah dibandingkan dengan cairan yang mulai mengalami deregerasi. Lapisan zona radiate tampak lebih jelas, tersusun dari sel berbentuk kubus dan sel tiang. Diameter telur antara 500 – 600 um;
6. TKG VI
Fase ini merupakan fase maksimum perkembangan oosit, dimana sudah mengalami perkembangna optimal dengan vakuola yang berukuran besar dan jumlahnya sangat banyak. Nucleus serta granula tampak lebih jelas, memenuhi sitoplasma. Dinding folikel terdiri atas zona radiate, teka interna dan eksterna. Pada bagian tertentu dari teka terdapat epitel yang menipis, membentuk mikrofil. Diameter telur mencapai kisaran antara 600 – 700 um.
Baca juga: Teknik Pembenihan Ikan Mas
Seleksi Induk
Dalam pemijahan buatan induk ikan botia masih diambil dari alam. Setelah induk diambil dari alam induk ikan botia ditempatkan pada wadah pemeliharaan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Proses adaptasi induk ikan botia hingga matang gonad sekitar 8-10 bulan. Induk yang sudah matang gonad ditandai dengan perut yang gendut pada induk betina, bobot > 80 gram, sedangkan induk jantan sudah berbobot> 40 gram, perut langsing, dan ditandai keluarnya cairan sperma setelah distripping.
Rangsangan Pemijahan
Untuk merangsang ovulasi atau spermiasi pada induk yang telah matang gonad dilakukan dengan cara stimulasi yaitu dengan menyuntikan hormon gonadotropin. Biasanya hormon yang sering digunakan untuk merangsang pemijahan adalah “Ovaprim”.
Ovaprim merupakan hormaon GNRH dan domperidon. Dosis yang digunakan dalam penyuntikan yaitu 1 ml/kg berat induk. Penyuntikan biasanya dilakukan dua kali. Penyuntikan pertama dilakukan bertujuan untuk pematangan sel telur dengan dosis 0,4 ml/kg. Sedangkan penyuntikan kedua bertujuan untuk proses pemijahan dengan dosis 0,6 ml/kg.
Stripping
Stripping adalah proses pengeluaran telur dan dan sperma dari induk betina maupun jantan dengan cara mengurut bagian genetal induk. Sebelum induk dilakukan stripping dilakukan pembiusan dengan menggunakan MS22 (phenoxy ethanol) dengan dosis 0,3 ml/L air. Setelah dilakukan stripping, telur dan sperma dimasukan pada wadah terpisah. Biasanya sperma diencerkan dengan larutan fisiologis (perbandingan 1:3).
Pembuahan
Pembuahan ikan botia dilakukan secara buatan yaitu dengan mencampur telur dan sperma. Setelah telur dan sperma tercampur, ditambahkan air untuk mengaktifkan sperma dan diaduk perlahan dengan bulu ayam. Selanjutya telur diletakan pada corong penetasan selama 15-26 jam pada suhu 26-270C.
Baca juga: Teknik Pembenihan Ikan Gurami
Pemanenan Larva
Pemanenan larva dilakukan setelah telur menetas atau setelah 15-26 inkubasi. Larva yang baru menetas tidak langsung dipindahkan ke dalam akuarium sebab larva botia sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan. Setelah 4 hari didalam corong penetasan dan larva sudah dapat makan artemia, larva botia baru bisa dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan larva atau akuarium.
Pemeliharaan Larva
Pemeliharaa larva ikan botia dilakukan pada akuarium dengan padat tebar 5 ekor/liter. Pada larva berumur 4 hari, larva diberi makan dengan artemia sampai larva berumur 13 hari. Setelah itu larva diberi makan cacing sutera sampai panen.