• Home
  • Infomina
  • Teknologi dan Regenerasi Pembudidaya Ikan dalam Menjawab Tantangan Akuakultur Indonesia di Era Digital 4.0

Teknologi dan Regenerasi Pembudidaya Ikan dalam Menjawab Tantangan Akuakultur Indonesia di Era Digital 4.0

| Mon, 15 Nov 2021 - 09:04

Dari hasil survey penduduk tahun 2020 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa jumlah penduduk Indonesia per September 2020 berjumlah 270,20 juta jiwa. Sebagaimana tertuang dalam hasil survei, penduduk Indonesia didominasi usia produktif (15-64 tahun) dengan jumlah mencapai 191,08 juta jiwa (70,72%), jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun) sebanyak 63,03 juta jiwa (23,33%), dan penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) sebanyak 16,07 juta jiwa (5,95%).


Dari data tersebut Indonesia memiliki potensi bonus demografi penduduk usia produktif di masa yang akan datang. Perlu persiapan yang matang untuk dapat memanfaatkan potensi tersebut agar dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi Indonesia, termasuk dalam bidang akuakultur. Terlebih akuakultur merupakan bidang produksi yang sangat prospektif untuk dikembangkan. 


Di era digital 4.0 seperti saat ini, banyak elemen pekerjaan telah terdisrupsi oleh teknologi . Internet of Things, Fintech dan Marketplace telah mewarnai kehidupan di masyarakat . Tidak terkecuali dalam bidang akuakultur, disrupsi teknologi dalam kegiatan akuakultur telah dimulai sejak beberapa tahun belakangan ini.




Hadirnya eFishery yang menghadirkan produk automatic feeder yang mengadopsi teknologi Internet of Things (IoT), Jala yang menghadirkan produk pengecekan kualitas air secara realtime yang juga mengadopsi teknologi IoT, Minapoli yang mengusung konsep media informasi perikanan dan marketplace akuakultur dan masih banyak lagi perusahaan startup teknologi di bidang akuakultur yang sangat mendukung pengembangan akuakultur di Indonesia. Di era digital 4.0 seperti saat ini, mereka yang adaptif dengan perkembangan teknologi akan mampu bertahan dan berkembang dalam persaingan usaha, namun mereka yang tidak adaptif terhadap perkembangan tersebut akan sulit bersaing. 


Pengembangan akuakultur di masa yang akan datang perlu diimbangi dengan sumber daya manusia yang adaptif terhadap teknologi yang berkembang, sehingga penerapan teknologi dalam bidang akuakultur dapat berkontribusi dalam peningkatan produksi perikanan budidaya Indonesia. Akuakultur merupakan industri yang relevan untuk dikembangkan agar dapat memanfaatkan potensi bonus demografi tersebut, karena industri ini dapat menyerap tenaga kerja dan juga berkontribusi dalam penyediaan sumber protein hewani bagi masyarakat. 


Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Selain itu, akuakultur pun dapat dikembangkan sebagai bidang kewirausahaan atau entrepreneurship. Banyak komoditas akuakultur yang dapat dikembangkan pada skala rumah tangga atau tidak membutuhkan modal besar namun menguntungkan, seperti budidaya ikan lele dan nila sistem bioflok, budidaya udang vaname dengan kolam bundar plastik HDPE dan masih banyak lagi. Wirausaha merupakan alternatif dalam menanggulangi angka pengangguran, dimana persaingan dalam mendapatkan pekerjaan di masa yang akan datang menjadi lebih ketat dengan tingginya jumlah masyarakat usia produktif tersebut.


Hadirnya perusahaan-perusahaan startup di bidang akuakultur telah menstimulasi  kaum milenial untuk mau terjun ke bidang ini. Stigma perikanan yang dulu kotor, basah dan bau telah bergeser dengan hadirnya startup akuakultur yang menghadirkan paradigma baru bahwa kegiatan akuakultur selain menguntungkan juga bisa dipadukan dengan teknologi terkini yang terkesan canggih dan bergengsi. 


Regenerasi pelaku usaha akuakultur tidak cukup sebatas menumbuhkan minat untuk terjun ke bidang ini, tetapi membutuhkan pembinaan dan pembekalan baik teknis maupun manajerial yang memadai dan berkesinambungan. Bidang ini sangat high risk namun menawarkan high return yang menjanjikan bagi mereka yang mau menekuninya. Pengembangan sumber daya manusia dibidang akuakultur tidak cukup sebatas teknis budidaya, perlu wawasan manajemen bisnis perikanan yang memadai. Karena akuakultur tidak hanya sebatas memelihara ikan dikolam, tetapi perlu pengelolaan pemasaran, memperluas jaringan atau relasi bisnis, pengelolaan keuangan dan permodalan serta manajemen resiko.

--- 


Penulis: Ilyas Afief

Profesi: ASN

Instansi: BPIU2K Karangasem

Artikel lainnya