Tekan Stunting, KKP Dorong Budidaya Ikan dengan Sistem Bioflok di NTT
| Wed, 09 Sep 2020 - 16:42
Kementerian Kelautan dan Perikanan akan terus mendorong budidaya ikan dengan sistem bioflok di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pada tahun 2019 lalu sejumlah desa telah mendapatkan bantuan untuk budidaya ikan sistem bioflok. Bantuan tersebut dinilai telah menghasilkan produksi ikan yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
"KKP akan terus memberikan dukungan dengan menambahkan bantuan kolam-kolam bioflok di desa lainnya agar perekonomian dapat tumbuh secara merata," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dalam siaran pers, Rabu (2/9).
Baca juga: Menteri Edhy: Budidaya Udang di Garut Bisa Jadi Sumber Ekonomi Nasional
Budidaya ikan dengan sistem bioflok dinilai lebih efisien dibandingkan dengan budidaya secara konvensional. Penggunaan lahan dan air yang lebih efisien dianggap cocok untuk wilayah NTT.
Selain itu dari segi penggunaan pakan juga lebih efektif dibandingkan dengan budidaya di kolam. Produktivitas yang tinggi juga dinilai dapat meningkatkan konsumsi protein masyarakat.
Sehingga hal itu akan membantu NTT dalam menangani gagal tumbuh atau stunting.
Baca juga: Ikan Nila, Sumber Pangan dan Gizi untuk Pencegahan Stunting
Asal tahu saja, selama ini NTT memiliki tingkat stunting yang tinggi.
"Dengan berkembangnya produksi perikanan melalui budidaya ikan sistem bioflok di NTT diharapkan dapat memicu tingkat konsumsi ikan di masyarakat terutama untuk ibu hamil dan anak-anak, agar menghasilkan generasi bebas stunting di masa yang akan datang," terang Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto.
Sebagai informasi, pada tahun 2019 KKP telah menggelontorkan paket bantuan budidaya ikan sistem bioflok ke NTT senilai Rp 1,6 miliar.
Untuk tahun 2020 KKP kembali mendistribusikan bantuan sebanyak 19 paket bantuan dengan total nilai bantuan mencapai lebih dari Rp 2,6 miliar.
Sumber: nasional.kontan.co.id