• Home
  • Infomina
  • Tekan Biaya Produksi dengan 10 langkah Sistem Tambak Nursery (Part 1)

Tekan Biaya Produksi dengan 10 langkah Sistem Tambak Nursery (Part 1)

| Tue, 16 Feb 2021 - 17:36

Pendekatan sistem nurseri ini difokuskan pada manajemen resiko dan hasil yang konsisten. Konsistensi dan prediktabilitas hasil, bersamaan dengan pengurangan resiko kegagalan akan menjadi lebih besar lagi apabila dilakukan dengan protokol baku dan perbaikan sepanjang waktu.


Secara umum, pemasangan penutup/peneduh di atas kolam tambak dan pengurangan pergantian air menhasilkan penurunan resiko kontaminasi secara drastis. Hal ini sangat meningkatkan prediktabilitas keberhasilan berkat naiknya konsistensi dalam proses budidaya. Secara sederhana kita bisa meringkas hal ini sebagai: Biosekuriti + Konsistensi = budidaya berkesinambungan.


Penerapan sistem nurseri di lokasi tambak akan menurunkan investasi yang dibutuhkan untuk membuat penutup tambak. Hal ini juga bisa menjadi proses pembelajaran bagi petambak untuk mengelola budidaya mereka dalam kondisi pergantian air yang minimal.


Pada saat yang sama, dengan pergantian air yang minimal selama proses nurseri berdampak pada berkurangnya biaya produksi secara umum bila dibandingkan dengan budidaya dengan tingkat pergantian air yang tinggi. Biaya yang lebih rendah dalam konsumsi daya listrik dan pemeliharaan alat, dapat menciptakan alokasi anggaran lain untuk memperoleh pakan kualitas super dan probiotik yang lebih berkualitas.


Rentang waktu budidaya pada percobaan sistem nurseri adalah 30 hari. Durasi tahap nurseri pada percobaan ini ditentukan berdasarkan pada jumlah padat tebar. Metode ini mempertimbangkan dua kriteria penting, yaitu biomasa/bobot udang dan jumlah pemberian pakan.


Secara garis besar, menurut Manuel Poulain, Project Manager (Shrimp Grow-out) INVE Aquaculture Thailand, protokol sisem nurseri diringkas menjadi 10 poin tindakan untuk mendapatkan pengendalian maksimal terhadap bahaya biosekuriti.


Baca juga: Kecukupan Pakan pada Benur


Padat Tebar Benur

Pada percobaan ini, protokol mempertimbangkan penggunaan 1 juta benur (ukuran PL10), dengan padat tebar 2 PL/liter dengan mempertimbangkan mortalitas awal sebesar 5% akibat stres karena pengiriman dan saat stock. Angka ini adalah jumlah sebenarnya benur yang ditebar, termasuk setelah ditambah dengan “bonus” benur yang biasanya diberikan oleh hatchery.


Target kelangsungan hidup nurseri secara keseluruhan yang ditetapkan adalah 80% dengan tingkat mortalitas kronis selama molting akibat kanibalisme. Kenyataannya, berdasarkan pengamatan, tingkat kelangsungan

hidup ternyata lebih tinggi, yaitu 90%. Untuk menghindari pemberian pakan berlebih (overfeeding), sebaiknya dilakukan pemberian pakan dengan acuan kelangsungan hidup sedikit di bawah standar.


Total jumlah udang yang ditebar pada percobaan ini sudah diperhitungkan masih dalam tahap aman sampai masa akhir tahap nurseri, yaitu maksimum pada angka biomasa udang sebesar 2 kg/m3 dan total maksimum pemberian pakan 100 gr/m3.


Patokannya, perbandingan maksimum antara total biomassa udang dan total pakan yang diberikan adalah 3 kg berbanding 150 gram untuk setiap m3 air tambak per hari. Menurut Manuel Polain, angka tersebut menjadi batas maksimum untuk mempertahankan tingkat resiko kegagalan yang masih dapat diterima. Sebaliknya, bila total biomas udang lebih dari 3 kg untuk setiap m3 air, dan pemberian pakan udang perhari lebih dari 150 gr per m3 air kolam, risiko akan menjadi lebih tinggi karena keterbatasan oksigen terlarut dalam air, ungkap Manuel Polain.


Bobot Biomassa Udang

Pertumbuhan udang, terutama tergantung pada kualitas benurnya, genetis dan efisiensi pakan.  Target pertumbuhan harus disesuaikan dengan kondisi benur dan efisiensi pakan yang digunakan. Selama percobaan, pengambilan sampel udang dilakukan setiap 3 hari, minimal 100 udang ditimbang secara massal untuk menentukan berat rata-ratanya.


Pengamatan visual didasarkan pada warna, kekerasan cangkang, tingkat kepenuhan saluran pencernaan (oleh pakan) dan variasi ukuran tubuh udang secara keseluruhan. Aspek yang terakhir sangat penting untuk menentukan apakah udang mendapat pakan dengan benar. Berat udang yang diamati akan dibandingkan dengan asumsi pertumbuhan baku yang ada dalam protokol, dan pemberikan pakan disesuaikan dengan menggunakan baku pertumbuhan tersebut.


Baca juga: Mengukur Kualitas Benur Udang


Standar Pemberian Pakan

Total pemberian pakan perhari dihitung sesuai dengan laju pemberian pakan yang diasumsikan, bersamaan dengan kenaikan baku pemberian pakan selama masa budidaya. Beban pakan yang ditambahkan dalam kolam tetap menjadi faktor utama untuk mengendalikan kondisi lingkungan budidaya.


Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar pakan akan masuk ke dalam air tambak karena larut terbuang di air atau tidak dikonsumsi. Secara tidak langsungnya, hal tersebut karena pencernaan udang yang buruk. Kondisi demikian menyebabkan ekologi air tambak tidak mampu mengatasinya.


Sebaliknya, jika pemberian pakan dikurangi secara drastis, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya nutrisi bagi perkembangan organisme yang berperan dalam pengendalian kualitas air. Sehingga, faktor baku peningkatan pakan perhari merupakan kunci untuk menyeimbangkan lingkungan tambak, dimana nitrifikasi multitrofik dan konsentrasi bakteri berhubungan langsung dengan tingkat pemberian pakan.


Pemberian Molase

Pada percobaan ini menggunakan 30 liter molase yang ditambahkan dalam tiga tahap. Molase ditambahkan setelah penambahan air untuk menunjang perkembangan bakteri heterotrofik (probiotik) yang bermanfaat. Hal ini sangat penting untuk membentuk “air coklat” (bacterial base) daripada air hijau (fitoplankton base).


Diet Pakan yang Diperkaya

Pakan diperkaya dengan produk INVE: Sanor S-PAK, suplemen yang seimbang, digunakan untuk meningkatkan kesehatan udang. SanorS-PAK diberikan sebanyak 15% dari total pemberian pakan harian. S-PAK diberikan pada dua minggu pertama budidaya yang diberikan pada setiap pemberian pakan pertama di pagi hari.


Aplikasi pemberian diet kualitas sangat tinggi ini akan meningkatkan system kekebalan tubuh dan kekuatan udang secara keseluruhan. Untuk alasan tersebut, S-PAK perlu juga diberikan pada 4 hari terakhir perioda nursery untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh udang dan mempersiapkan udang saat menghadapi stress lingkungan pada saat proses transfer dari kolam nurseri ke kolam pembesaran.


Baca juga: 6 Ciri Benur Udang Vaname Berkualitas yang Wajib Diketahui Petambak


Penggunaan Pakan dengan Campuran Probiotik

Penggunaan probiotik merupakan inti dari manajemen mikroba. Dasarnya, strategi kompetisi untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan adanya bakteri menguntungkan yang berkompetisi dengan menguasai ruang dan pakan. Dengan demikian, ruang dan pakan menjadi terbatas untuk pertumbuhan

bakteri oportunistik dan bakteri patogen.


Prinsipnya, strategi ini bukan untuk menekan Vibrio sp. 100%, akan tetapi untuk menyeimbangkan konsentrasi bakteri tersebut dengan probiotik. Strategi ini bisa mengurangi risiko terjangkitnya wabah penyakit akibat kehadiran bakteri patogen tersebut. Pemberian pakan yang dicampur probiotik dilakukan berdasarkan pada perhitungan 200 cfu/gr pakan. Dosis penggunaan probiotik campur tangan dengan produk SanoliferPRO-2 dengan konsentrasi produk 20 milyar CFU/gr bakteri hidup adalah 10 gram PRO-2 dalam 1 kg pakan udang.


Sumber: Agribiz Network



Artikel lainnya