Budidaya Sehat dengan KJA Smart
| Mon, 30 Mar 2020 - 10:04
Smart dinilai mampu menurunkan bahan organik limbah budidaya di perairan terbuka
Adanya polemik penataan ulang Keramba Jaring Apung (KJA) di kawasan waduk Sungai Citarum, menghantarkan berbagai solusi untuk diaplikasikan. Walaupun sebetulnya penataan ulang ini disebut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mewujudkan program Citarum Harum terkait kegiatan sektor perikanan.
Solusi tersebut antara lain melalui penelitian yang dilakukan Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan (BRSDI) Jatiluhur – Jawa Barat. Unit kerja di bawa naungan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP ini merilis tiga solusi hasil riset dan inovasi dalam mewujudkan program Citarum Harum yang berkaitan dengan kegiatan perikanan.
Aulia Riza Farhan Kepala BRPSDI mengungkapkan, tiga solusi tersebut adalah teknologi keramba jaring apung dengan sistem management dengan resirkulasi dan tanaman (KJA Smart), teknologi eelway, dan Culture Based Fisheries (CBF). “KJA Smart merupakan solusi jangka pendek guna mendukung kegiatan budidaya perikanan yang merupakan teknologi untuk pencegahan dan pengendalian eutrofikasi dengan mengadopsi sistem akuaponik yang telah dimodifikasi sehingga dapat diterapkan di perairan terbuka waduk/danau,” terang Aulia.
Makanya, terang Aulia, berdasarkan dampak dari kegiatan budidaya, dilakukan upaya pembuatan desain sistem budidaya yang ramah lingkungan oleh tim BRSDI. Salah satunya adalah dengan sistem KJA SMART. Berdasar isu yang berkembang, sisa kegiatan budidaya menjadi bahan organik yang mempercepat eutrofikasi. “Makanya ini bagaimana cara supaya tidak terjadi eutrofikasi dari sisa kegiatan budidaya, kita desain KJA dengan model baru sehingga hampir 90 % sisa bahan organik ini tidak keluar dari badan air,” tambah Aulia.
Keunggulan KJA Smart, imbuhnya, yakni dimana sisa pakan terbuang dan sisa metabolisme ikan tertampung dan terendapkan di sistem penampungan sisa pakan dan tanaman akuaponik dapat berfungsi sebagai fitoremidiasi polutan (metode untuk mencuci limbah menggunakan tanaman). Selain itu keunggulan lainnya adalah dapat menampung masukan beban pencemaran organik di perairan danau atau waduk, menghasilkan produk tanaman organik, serta dapat menjadi destinasi ekowisata dan eduwisata.
Konstruksi KJA Smart
Penelitian KJA ini, dilakukan berdasar penelitian yang sudah dilakukan terkait pengaruh eutrofikasi atau penyuburan perairan oleh karena aktivitas budidaya perikanan. Peneliti senior BRSDI Prof Krismono mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa ketebalan endapan di Waduk Djuanda pada lokasi budidaya 10 cm lebih tebal dibandingan lokasi tanpa kegiatan budidaya ikan dan peningkatan unsur hara perairan terutama nitrogen (N) dan fosfor (P) yang diperkirakan berasal dari hasil dekomposisi sisa pakan ikan dari KJA yang terendapkan di dasar perairan.
Berdasar sumber jurnal “Penelitian Uji Serap Polutan Organik oleh Bahan Aktif Tanaman Air, Pengendalian Eceng Gondok dan Uji Kelayakan KJA Smart” pada 2016 lalu, konstruksi KJA Smart terdiri dari tiga komponen utama. Yaitu; kolam kedap air, penampung sisa limbah pakan dan tanaman akuaponik berupa kangkung.
Menurut Krismono, hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menunjukkan kangkung digunakan sebagai tanaman akuaponik karena fungsinya. “Kegiatan KJA Smart diharapkan untuk menurunkan konsentrasi bahan organik. Dan kangkung dapat menurunkan kadar N-NO2, P-PO4, dan N-NO3.
Dan hasil penelitian menunjukkan KJA Smart mampu menurunkan kandungan P-PO4, N-NO3 dan bahan organik pasca melewati tanaman akuaponik berturut-turut adalah 6,3-84,8%; 4,1 -77,7% dan 8,8-90,71%. Dimana dalam kegiatan budidaya ikan terjadi pelepasan limbah karbon, nitrogen dan fosfor. Bahan anorganik terlarut dari nitrogen (seperti NH3 ) dan fosfor (seperti PO4 3-) dilepaskan melalui ekskresi dan C anorganik dilepaskan melalui respirasi.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Aqua edisi 94/15 Maret – 14 April 2020
Artikel Asli: Trobos Aqua