
Shrimp Outlook 2025: Membangun Ketahanan Industri Udang Indonesia dengan Wawasan Komprehensif
| Fri, 28 Feb 2025 - 17:19
Yogyakarta (27/02) — Industri udang Indonesia memiliki peran strategis dalam sektor perikanan nasional. Namun, tantangan seperti wabah penyakit, fluktuasi harga, dan persaingan di pasar internasional terus menjadi perhatian utama. Untuk menghadapi tantangan ini, memahami tren global dan strategi inovatif menjadi kunci dalam memperkuat daya saing.
Sebagai bagian dari komitmennya dalam mendukung industri udang, JALA—perusahaan teknologi akuakultur yang berfokus pada solusi rantai pasok berkelanjutan dan terpercaya—berkolaborasi dengan USSEC untuk menyelenggarakan Shrimp Outlook 2025 pada 27 Februari 2025 di Marriott Hotel, Yogyakarta. Acara ini mengangkat tema “Memajukan Budi Daya Udang Indonesia: Menghadapi Tantangan Lokal dengan Wawasan Global.”
Dengan menghadirkan 350 peserta yang terdiri dari petambak dan pelaku industri, Shrimp Outlook 2025 menjadi ajang diskusi penting. Acara dibuka oleh Budi Sulistiyo, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, serta Lukas Manomaitis, Southeast Asia Technical Director for Aquaculture dari USSEC.
“Walau Indonesia masih merupakan net exporter seafood, kita perlu memperkuat daya saing dibanding negara produsen udang lainnya, serta berfokus pada mempercepat sertifikasi CBIB untuk memperkuat posisi di pasar global,” ujar Budi.
Lukas menambahkan, “Situasi yang tidak terduga di berbagai wilayah dapat membuka pasar baru secara tak terduga. Kita sedang memasuki era inovasi akuakultur.”
Menyongsong Optimisme Industri Udang Indonesia dengan Evaluasi 2024
Sebagai pembuka sesi presentasi, Liris Maduningtyas, CEO sekaligus co-founder JALA, menyampaikan laporan Shrimp Outlook 2025. Laporan ini merangkum performa industri udang Indonesia sepanjang 2024 serta memberikan wawasan penting untuk strategi tahun berikutnya.
Produktivitas budi daya udang di Indonesia tercatat meningkat dari 10,35 ton/ha pada 2023 menjadi 11,55 ton/ha pada 2024, dengan wilayah Bali-Nusa Tenggara mencatat pertumbuhan paling signifikan.
Liris juga menekankan bahwa tahun 2025 menjadi momen bagi industri udang Indonesia untuk fokus pada aspek keberlanjutan, kepatuhan terhadap regulasi, serta pengalokasian profit ke inisiatif yang berdampak positif. Selain itu, memperkuat branding udang Indonesia menjadi langkah penting dalam meningkatkan daya saing di pasar global.
Biosekuriti dan Adaptasi: Kunci Keberhasilan Budi Daya Udang
Dalam sesi berikutnya, Melony Sellars, CEO Genics, membahas pentingnya biosekuriti dalam mencegah penyakit udang melalui presentasinya yang berjudul “Pelajaran Global untuk Kesuksesan Lokal: Penerapan Praktik Biosekuriti untuk Tantangan yang Dihadapi Indonesia.”
Melony menjelaskan bahwa pemilihan metode pengujian yang tepat, validasi informasi dari sumber terpercaya, serta konsultasi dengan ahli menjadi langkah penting dalam meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Selain itu, petambak juga harus memastikan benur dan indukan berasal dari supplier yang rutin melakukan pengujian patogen lengkap serta menerapkan pengolahan air yang optimal.
Selain biosekuriti, strategi global dari negara produsen udang lain juga menjadi perhatian dalam Shrimp Outlook 2025. Yahira Piedrahita, Executive Director of the National Aquaculture Chamber of Ecuador, berbagi pengalaman dalam diskusi panel bertema “Menemukan Peluang dalam Kesulitan: Pembelajaran dari Strategi Ekuador untuk Kesuksesan Global.”
Menurut Yahira, Ekuador telah sukses meningkatkan produktivitas udangnya dengan inovasi genetika dan teknologi canggih. Ia menambahkan, “Kolaborasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan sangat diperlukan baik untuk meningkatkan produksi maupun konsumsi lokal. Pesan untuk Indonesia, seluruh pihak harus bersama menganalisis semua risiko dan mencari solusi.”
Sesi ini juga menghadirkan Txomin Azpeitia, Group Technical Manager Grobest, yang menyoroti pentingnya pakan fungsional dalam menunjang kesehatan udang. Dalam presentasinya berjudul “Budi Daya Udang yang Sukses: Pendekatan Preventif dengan Memanfaatkan Layanan Teknis dan Aditif Fungsional,” ia menjelaskan, “Untuk menghadapi tantangan penyakit udang, penting untuk memberikan udang pakan fungsional. Pakan ini mengandung aditif untuk mengoptimalkan kesehatan pencernaan udang dan memperkuat respon imun.”
Meningkatkan Keberlanjutan dan Daya Saing di Pasar Global
Dinamika industri udang yang terus berubah menuntut pemahaman lebih dalam tentang deteksi penyakit dan tren pasar global. Lulu Nisrina, Head of R&D Animal Diagnostics CeKolam, dan Sidrotun Naim, Shrimp Health Specialist, membahas pentingnya deteksi penyakit dalam materi berjudul “Meningkatkan Kesehatan Udang dengan Deteksi Penyakit Mutakhir.”
Menurut Naim, “Berdasarkan data deteksi di CeKolam, positivity rate tahun 2024 masih tinggi. Kalau positivity rate masih naik, berarti masalahnya belum terselesaikan.” Sementara itu, Lulu menambahkan, “Kunci dari imunitas udang adalah kestabilan mikroba di dalam air budi daya dan saluran pencernaan udang. Tanpa keseimbangan bakteri, udang akan ikut terdampak.”
Sesi berikutnya menghadirkan Haris Muhtadi, Associate Director CJ Feed & Care Indonesia, yang membahas dampak bea antidumping dan peluang industri udang dalam pasar internasional.
“Kita dapat semakin kuat di pasar global dengan mendorong pengembangan produk value-added, terutama karena permintaan yang terus meningkat. Tren saat ini juga mengarah ke sertifikasi traceability dan keberlanjutan yang perlu kita kejar,” kata Haris.
Tren Pasar dan Preferensi Konsumen Global
Dalam sesi khusus tentang perdagangan udang global, Willem van der Pijl, Director of Global Shrimp Forum, menyampaikan bahwa meskipun harga udang mulai membaik pada Q4 2024, impor global masih stagnan sejak 2022.
“Indonesia perlu meningkatkan daya saing dan mendiversifikasi pasar untuk udang mentah maupun value-added,” jelas Willem. Ia juga menyoroti peluang di pasar China dan Uni Eropa, serta pentingnya memperkuat pasar domestik untuk mengurangi ketergantungan terhadap ekspor.
Diskusi panel terakhir menghadirkan Nicholas Leonard, Co-Founder Haven Foods, dan George Chamberlain, Presiden The Center for Responsible Seafood, dengan tema “Fase Lanjutan Pasar Udang: Ketika Tren Konsumen dan Keberlanjutan Membentuk Kembali Pasar Global.”
George menyampaikan bahwa “Permintaan global terhadap udang dengan sumber yang bertanggung jawab semakin meningkat, pembeli besar juga kini berkomitmen untuk membeli dari sumber yang berkelanjutan. Teknologi digital dan solusi ketertelusuran menawarkan cara yang hemat biaya untuk memenuhi persyaratan sertifikasi sekaligus meningkatkan standar budi daya.”
Menuju Masa Depan Industri Udang yang Lebih Kuat
Partisipasi petambak dalam Shrimp Outlook 2025 menunjukkan optimisme terhadap masa depan industri ini. Arif Widianto, supervisor tambak di Banten, menyatakan, “Kita dapat berbagi bersama petambak lain dan mendapat afirmasi positif dari JALA.”
Wisnu, pemilik tambak di Bengkalis, juga menuturkan, “Menyenangkan, bagus untuk teman-teman petambak Indonesia karena kami dapat berbagi pengalaman tentang mengelola tambak secara efisien. Semoga industri udang Indonesia semakin baik, semakin efisien, semakin kompetitif.”
Memandang ke masa depan, Shrimp Outlook 2025 menegaskan pentingnya inovasi, keberlanjutan, dan adaptabilitas dalam menghadapi tantangan industri. Dengan memanfaatkan wawasan global dan upaya kolaboratif, sektor udang Indonesia berada dalam posisi yang kuat untuk terus berkembang di tahun-tahun mendatang.
Tentang JALA
JALA adalah perusahaan teknologi terdepan dalam industri akuakultur yang memiliki visi untuk memimpin industri udang global dengan inovasi, keberlanjutan, dan solusi rantai pasok yang terpercaya. Misi kami adalah mengkonsolidasikan rantai pasok industri udang global untuk menurunkan biaya landed cost udang segar serta membimbing seluruh rantai pasok untuk memastikan kualitas, transparansi, dan keberlanjutan.
JALA menghadapi setiap tantangan dalam industri dengan komitmen untuk menghadirkan teknologi baru, solusi kreatif, dan ide-ide visioner melalui produk, layanan, dan operasi kami.
Dipercaya lebih dari 16,700+ pengguna.di JALA App, kami telah memantau lebih dari 22,500 ton udang di lebih dari 9,500 tambak dengan lebih dari 27,000 kolam. Tidak hanya itu, lebih dari 17,000 ton udang juga telah dipanen bersama JALA. Pendekatan JALA menggabungkan teknologi terkini dengan solusi praktis untuk mendorong kemajuan dan menetapkan standar industri.
Untuk informasi selengkapnya tentang Shrimp Outlook 2025 serta komitmen JALA terhadap transformasi industri udang, kunjungi https://jala.tech atau hubungi kami di +6281325514194.
