Riset BRDSM: Tanaman Herbal Jadi Solusi Obat Aman untuk Budidaya Ikan
| Thu, 10 Jun 2021 - 15:47
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melakukan penelitian terhadap manfaat tanaman herbal sebagai obat untuk menjaga kesehatan ikan.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja menyampaikan, upaya riset tersebut salah satunya dilakukan dalam rangka mendukung tindak lanjut arahan Presiden RI Joko Widodo kepada Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono untuk meningkatkan budidaya ikan.
“Selain itu, upaya tersebut juga dalam rangka mendukung program terobosan KKP, salah satunya menggerakkan perikanan budidaya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (24/5/2021).
Sjarief mengatakan, budidaya ikan tersebut juga didukung riset kelautan dan perikanan dalam upaya menjaga keberlangsungan sumber daya laut dan perikanan darat.
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor, salah satu unit pelaksana teknis BRSDM, bertugas untuk melakukan upaya tersebut. Perkembangan pesat yang terjadi pada kegiatan budidaya meningkatkan minat studi tentang sistem imun dan pertahanan terhadap penyakit.
Baca juga: Teknik Pengobatan Ikan
Pada budidaya ikan secara intensif, ikan yang dipelihara berada pada kondisi stres karena tingkat kepadatan tinggi sehingga melemahkan sistem imun.
Hal ini meningkatkan kemungkinan patogen menyerang dan mengakibatkan timbulnya penyakit. Penyakit akibat infeksi ini berkontribusi pada kerugian ekonomis dan merupakan kendala pada proses budidaya secara intensif dewasa ini. Salah satu bahan alami yang cukup menjanjikan sebagai pengendali penyakit ikan adalah bahan alami yang berasal dari tanaman obat (bahan herbal).
Bahan ini mempunyai kandungan zat aktif yang mampu berfungsi setara dengan zat antibiotik yang saat ini penggunaanya sangat dibatasi. Dengan memanfaatkan kandungan zat aktif alami (antibiotik alami) pada bahan herbal diharapkan mampu untuk menggantikan fungsi antibiotik sintetis, tapi tidak meninggalkan residu yang berimplikasi pada penurunan keberlanjutan kegiatan budidaya ikan secara umum.
Adapun, suhu bumi yang memanas akibat pemanasan global secara langsung berpengaruh terhadap lautan sebagai salah satu penyedia pangan berupa protein dari ikan hasil tangkapan. Kondisi tersebut secara signifikan menurunkan hasil tangkapan dunia dalam dasawarsa terakhir.
Di sisi lain, peningkatan jumlah penduduk di semua negara juga berpengaruh pada kenaikan permintaan pangan. Kedua hal kontradiktif tersebut memicu naiknya kegiatan budidaya ikan untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut.
Baca juga: Mengenal Jamu Ikan Buatan Guru Besar Unmul, Obat Berizin KKP Pertama dari 100 Persen Bahan Alami
Dengan begitu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk menjaga keberlangsungan kegiatan budidaya dan memastikannya mampu berjalan berimbang dengan kondisi alam. Alternatif teknik pengelolaan kesehatan ikan.
Sementara itu, Peneliti BRPBATPP Nunak Nafiqoh menyampaikan, terdapat beberapa alternatif teknik pengelolaan kesehatan ikan dalam mendukung budidaya ikan. Pencegahan atau imunoprofilaksis dengan meningkatkan kekebalan tubuh melalui vaksin dan imunostimulan, yaitu vitamin, mineral, dan asam amino.
Selain itu, pencegahan melalui probiotik, yaitu bakteri hidup yang menguntungkan diaplikasikan ke media budidaya atau dicampur pakan. Adapun jika ikan sudah sakit maka dapat diterapi dengan obat kimia dan obat herbal.
Nunak menjelaskan, obat herbal memiliki keunggulan aman digunakan karena tidak menimbulkan residu dan resistensi bakteri. Untuk penyiapan obat herbal, tanaman bisa diambil bagian yang akan digunakan, kemudian dikeringkan dan digiling sampai menjadi serbuk.
Ekstraksi bahan aktif herbal diawali dari 10 gram (gr) bahan herbal dalam 100 mililiter (ml) pelarut, lalu dilakukan inkubasi 48 jam dalam agitasi konstan, kemudian disaring, dan dikeringkan pada suhu ruang/rotavap.
“Langkah-langkah aplikasi herbal terdiri dari uji sensitivitas, uji minimum inhibitory concentration, uji lethal concentration 50, dan uji in vivo,” tuturnya. BRSDM Buka Pendaftaran Peserta Didik Baru Salah satu produk hasil riset yang telah dilakukan BRPBATPP adalah Medis Herb MH-1 Obat Ikan. Komposisinya terdiri dari kipait, sirih, pepaya, kunyit, mengkudu, dan jambu biji. Aturan pakai 2-3 hari sekali dengan merendam satu kemasan dalam 300 liter air untuk benih dan dalam 200 liter air untuk pembesaran.
Baca juga: KKP Dorong Pelayanan Pendaftaran Pakan dan Obat Ikan
“Indikasinya meredakan gejala infeksi seperti tukak pada kulit serta pendarahan pada sirip dan insang. Cara kerja obat bekerja sebagai disinfektan dan antiseptik,” jelasnya.
Beberapa tanaman yang dapat dijadikan obat herbal untuk ikan, antara lain kunyit (C. domestica), ketapang (T. catappa), kipahit (T. diversifolia), babandotan (A. conyziodes), kirinyuh (E. inulaefolium), dan meniran (P. niruni). Lalu temulawak (C. xanthorzia), talas (C. esculenta), sirih (P. betle), kunyit putih (C. zeodaria), kimanila (C. alata), jawer kotok (P. scutellaroides), kecombrang (E. elatior), jambu monyet (A. occidentale), cebreng (G. sepium), petai (P. speciose), bawang putih (A. sativum), dan petai cina (L. leucocephola).
Sumber: Kompas.com