Analisa Kualitas Air Budidaya Ikan: Parameter Kimia
| Tue, 11 May 2021 - 09:59
Air sangat penting bagi makhluk hidup terutama ikan yang berhabitat di dalam air. Ikan membutuhkan habitat yang sesuai agar dapat hidup sehat dan tumbuh secara optimal. Oleh karena itu air yang adalah sumber kehidupan bagi ikan, memiliki persyaratan tertentu, sehingga dalam suatu usaha budidaya perikanan, kualitas air harus di-monitoring oleh pembudidaya ikan.
Untuk itu, pengelolaan dan monitoring kualitas air dilakukan untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya. Namun, tahukah Anda parameter kimia apa saja yang perlu di-monitoring pada air budidaya ikan? Parameter-parameter kimia tersebut akan dijabarkan pada artikel ini.
Masalah yang kerap ditemui dalam budidaya ikan adalah pencemaran habitat atau lingkungan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik secara eksternal maupun internal. Pencemaran ini dapat berupa pencemaran fisika, kimia maupun biologis yang saling berhubungan. Untuk itu, parameter fisika, kimia dan biologis dalam budidaya ikan sangat penting untuk dikelola dan di-monitoring.
Baca juga: Kolaborasi Riset Air Tawar
Standard parameter kimia kualitas air budidaya ikan berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 (Kelas II) ditampilkan pada Tabel 1 di bawah ini.
Setiap parameter kimia penting dikelola dan di-monitoring karena berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan yang dibudidaya. Adapun pengaruh parameter kimia terhadap laju pertumbuhan budidaya akan dijelaskan di bawah ini.
1. pH
Nilai pH yang sangat rendah dalam budidaya ikan dapat menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air semakin besar dan bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya nilai pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air.
Oleh karena itu, pH dalam budidaya ikan harus dikelola dan di-monitoring. Perubahan pH yg ekstrim dapat menyebabkan ikan menjadi stress sehingga tidak tumbuh optimal.
Adapun cara menaikkan pH secara alami adalah sebagai berikut:
Memberikan aerasi pada kolam dengan melewatkannya pada pecahan koral dan pecahan kulit kerang dicampur dengan potongan batu kapur.
Menggunakan pelepah daun pisang yang dipotong kecil-kecil.
Sedangkan cara menurunkan pH secara alami adalah dengan memakai daun ketapang. Daun ketapang direndam dalam air dalam beberapa hari dijamin air menjadi bertambah asam. Tapi daun ketapang dapat menyebabkan air menjadi kuning karena zat tanin dalam daun ketapang. Caranya sebelum pakai rebus dulu daun ketapang untuk menghilangkan zat tanin tersebut.
2. Alkalinitas
Alkalinitas air adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen.
Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap penurunan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas penyanggahan ion bikarbonat (HCO3-), dan sampai dengan tahap tertentu, juga menunjukkan penyanggahan terhadap ion karbonat (CO3²-) dan hidroksida (OH-) dalam air.
Makin tinggi alkalinitas, makin tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH perairan makin rendah. Selain itu juga, alkalininitas ternyata melalui kalsiumnya juga penting dalam mempertahankan kepekaan membran sel dalam jaringan syaraf dan otot ikan. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam kalsium karbonat (CaCO3) dengan satuan ppm (mg/L).
Baca juga: Mencegah Penyakit Udang Berdasarkan Warna Air Tambak
3. Disolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut
Disolved oxygen (DO) yang tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta dapat mengakibatkan kematian karena kekurangan oksigen (anoxia) yang menyebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah.
Dengan tetap mengelola dan me-monitoring suplay oksigen maka hal ini tidak akan menyebabkan stress pada ikan sehingga metabolism ikan akan baik dan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan reproduksi yang baik.
4. Total Dissolve Solid (TDS)
Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai Total Dissolve Solid (TDS) adalah pengaruh antropogenik berupah limbah domestik, yaitu limbah cair hasil buangan dari rumah tangga. Misalnya, air deterjan sisa cucian, air sabun dan tinja.
Sesuai dengan standard PP No. 82 tahun 2001 seperti yang telah ditampilkan dalam Tabel 1, kisaran TDS untuk kegiatan budidaya ikan yaitu 1000 mg/L, yang artinya semakin kecil konsentrasi yang berada di perairan tersebut semakin baik juga untuk pemeliharaan ikan.
5. Fosfat, Amoniak, Nitrat dan Nitrit
Fosfat, amoniak, nitrat dan nitrit yang terlarut dalam perairan atupun air budidaya berasal dari aktivitas budidaya ikan berasal dari sisa pakan pellet yang terbuang. Pakan Pellet yang diberikan kepada ikan tidak semua dapat ditangkap oleh ikan, sebagian hanyut terbawa arus dan turbulensi air yang disebabkan oleh pergerakan ikan saat berebut menangkap makanan.
Hancuran pellet biasanya terikut pada saat pemberian pakan, dan hancuran yang berukuran kecil tersebut tidak ditangkap oleh ikan. Proporsi pakan yang dapat ditangkap dan ditelan oleh ikan, hanya sebagian yang diasimilasi, sedangkan yang lainnya dibuang sebagai feses.
Selanjutnya dari total proporsi yang diasimilasi, hanya sebagian kecil yang digunakan sebagai sumber energi dan pertumbuhan, karena sebagian dibuang melalui proses ekskresi. Nilai fosfat dan amoniak yang tinggi dapat menyebabkan stress pada ikan yang dapat menurunkan laju pertumbuhan dan reproduksi, bahkan dapat menyebabkan kematian pada ikan yang dibudidaya.
Diketahui bahwa kadar nitrat yang lebih dari 0.2 mg/L dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan blooming sekaligus merupakan faktor pemicu bagi pesatnya pertumbuhan tumbuhan air seperti eceng gondok pada perairan.
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah terjadinya pencemaran. Hal ini dapat terjadi baik itu pada perairan budidaya maupun pada kolam budidaya, sehingga penting untuk selalu me-monitoring kadar nitrat dalam air budidaya.
Baca juga: Lima Manfaat Air Rendaman Daun Ketapang Bagi Ikan Cupang
6. Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Analisa Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biochemical Oxygen Demand (BOD) di laboratorium dilakukan dengan penentuan waktu inkubasi 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi amoniak (NH3) yang cukup tinggi.
Sebagaimana diketahui bahwa amoniak sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga dapat mempengaruhi hasil penentuan KOB/ BOD. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% – 80% bahan organik telah mengalami oksidasi.
Nilai KOB/ BOD yang tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi, hal ini berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik), oleh karena itu secara tidak langsung KOB/ BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan organik dalam air.
Menjaga kualitas perairan ataupun air kolam budidaya ikan dalam memenuhi standard kualitas yang ditetapkan, maka perlu dilakukan monitoring oleh pembudidaya atau petani ikan. Monitoring parameter kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran parameter kimia ditampilkan pada Tabel 2 di bawah ini.
Selain itu juga, Alat-alat monitoring budidaya ikan juga ada yang tersedia dalam satu set monitoring kualitas air budidaya ikan sehingga memudahkan pembudidaya atau petani ikan dalam memonitoring kualitas air budidaya secara lengkap dan tepat.
Untuk itu, telah diketahui bahwa setiap parameter kimia mempunyai peran dan berhubungan satu sama lainnya, sehingga perairan maupun air kolam budidaya ikan diharapkan memenuhi standard kualitasnya agar laju pertumbuhan dan reproduksi meningkat, sehingga pembudidaya atau petani ikan mendapatkan hasil panen yang baik.
Dengan demikian para pembudidaya atau petani ikan diharapkan dapat mengelola dan memantau (monitoring) parameter kimia kualitas perairan atau air kolam budidaya dengan tepat secara berkala.
Sumber: saka.co.id