Podcastmina Ep 2: Berani Berbudidaya di Masa Muda
| Wed, 23 Dec 2020 - 15:22
Anak muda yang baru akan terjun ke dalam dunia akuakultur, sering kali merasa khawatir dan bingung untuk memulai bisnisnya. Oleh karena itu pada episode Podcastmina yang ke-2 Marcellinus Silalahi membagikan pengalamannya saat merintis bisnis ikan hias di usia muda.
Pengalaman adalah guru paling berharga untuk memulai suatu usaha budidaya, walaupun selain itu juga diperlukan kesiapan finansial dan relasi. Pengalaman serta relasi dapat diperoleh dengan cara memperbanyak bertemu dengan para kakak tingkat atau senior yang sudah berbisnis, atau berkenalan dengan orang-orang baru di pasar ikan.
Menurutnya, terkadang anak muda cenderung belum percaya diri untuk memulai bisnisnya di akuakultur dapat disebabkan karena kurangnya pengalaman, sehingga seharusnya sudah bisa memulai bisnisnya sejak kuliah. Marcel mulai mencari tahu lebih jauh terkait budidaya sejak duduk dibangku kuliah, yaitu pada semester 3.
Diawali dengan meminta izin pada kakak tingkatnya untuk masuk dan mellihat-lihat laboratorium yang dapat digunakan untuk berbudidaya, lama-kelamaan justru ia belajar untuk berbuidaya ikan guppy, ikan platy, hingga ikan cupang. Marcel mulai memperjual belikan ikannya setelah 6 bulan kemudian, yang mayoritas dari kalangan teman-teman kuliahnya.
Bisnis professionalnya dimulai pada tahun 2016, tepatnya saat ia mulai memasuki tingkat akhirnya di semester ke-7 masa perkuliahannya. Pada usia tersebut ia memberanikan diri untuk mengontrak sebuah rumah di kawasan Dramaga, Bogor untuk ia jadikan farm tempatnya membudidayakan ikan hias hingga sekarang.
Pemilihan lokasi di Bogor sebagai tempat budidayanya dikarenakan banyaknya relasi yang sudah ia bangun sejak kuliah. Selain itu juga kemudahan dalam memperoleh sarana dan prasarana budidaya ia rasakan lebih mudah diperoleh jika dibandingkan dengan daerah asalnya.
Dengarkan selengkapnya di Spotify!
Ketika ditanya mengapa memilih berbudidaya ikan hias, Marcel menjawab karena ikan hias dapat dilakukan pada lahan yang lebih kecil seperti skala akuarium bahkan menggunakan toples. Selain itu rasa ingin tahunya yang besar akan ikan hias juga membuatnya terus bersemangat dalam memijahkan berbagai jenis ikan hias yang belum ia ketahui sebelumnya.
Pembeli yang selama ini telah mempercayakannya mayoritas berada di daerah Bogor, Tanggerang dan juga Depok. Karena menjual dalam bentuk partai (dijual dalam jumlah tertentu) umumnya pembeli Marsel adalah supplier ikan hias juga. Contoh ikan yang selama ini ia sediakan adalah ikan denisoni dan ikan cichlid.
Selama ini Marcel menawarkan atau mempromosikan ikan hiasnya dengan bertemu calon pembeli di farm atau tempat supplier, pasar ikan, hingga media sosial seperti facebook. Sedangkan untuk penjualannya tidak terlalu ada kesulitan yang berarti karena umumnya untuk kelas partai, banyak pembeli yang membutuhkannya untuk dijual kembali. Sedangkan apabila dikhususkan untuk kompetisi, biasanya baru ikan akan dilihat kriteria warna, corak, ataupun bentuk tubuhnya secara spesifik.
Covid 19 menjadi salah satu tantangan terbesar pagi para pembudidaya saat ini tidak terkecuali Marcel. Ia bercerita bahwa saat puncaknya sekitar bulan Maret, ketika sebagian besar wilayah Indonesia menerapkan PSBB ia bertahan dengan memelihara ikan-ikan hiasnya. Walaupun tidak ada permintaan saat itu dikarenakan moment yang bersamaan dengan puasa, namun Marsel tetap optimis dengan bisnisnya.
Setelah lebaran biasanya permintaan ikan hias mulai meningkat, dan hal tersebut terjadi pada bisnis Marcel. Setelah beberapa hari pasca lebaran, ternyata banyak supplier yang menghubungi Marcel untuk membeli ikan-ikannya. Kini ia dapat meyatakan bisnisnya mulai membaik.
Marcel menambahkan bahwa untuk bisnis dengan makhluk hidup seperti ikan, membutuhkan perhatian yang tinggi, karena hanya dengan kesalahan kecil itu bisa berakibat fatal dan menyebabkan kerugian. Oleh karena itu perlu untuk memperbanyak pengalaman khususnya ketika masih kuliah atau sekolah sebelum benar-benar berbisnis sebagai sumber kehidupan sehar-hari.