Perkasa, Patin Unggul Menanti Diseminasi
| Wed, 14 Oct 2020 - 13:14
Pertumbuhan dan tingkat produktivitas lebih tinggi dibanding patin Siam
Pengembangan ikan patin unggul Perkasa (Patin suPER Karya Anak bangSA) hasil riset pemuliaan di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi – Jawa Barat tinggal selangkah lagi. Namun diseminasi ikan patin siam unggul tumbuh cepat yang telah dirilis 12 Juli 2018 sebagai ikan budidaya sesuai Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 75/KEPMEN-KP/2018 tidak berjalan sesuai rencana akibat ketiadaan anggaran.
Koordinator BRPI Sukamandi, Evi Tahapari mengatakan, pihaknya terus berusaha sekuat tenaga. Yakni, supaya ikan unggul yang penelitiannya memakan waktu tujuh tahun (2010 - 2017) itu cepat memasyarakat agar bisa bermanfaat bagi pembudidaya ikan patin di tanah air. Setelah dilakukan seleksi, generasi kedua (F-2) hasil seleksi menghasilkan ikan patin yang pertumbuhannya lebih cepat dengan kisaran 16,6 hingga 46, 9 %.
Baca juga: Budidaya Ikan Patin
Sejarah Panjang
Dia mengungkap, seleksi patin Perkasa memiliki sejarah panjang. Ide awal riset ikan patin ini terkait dengan patin siam yang begitu berkembang di masyarakat, meski bukan asli ikan Indonesia. “Patin ini berasal dari Thailand yang masuk ke Indonesia pada 1972,” ujar Evi Tahapari kepada TROBOS Aqua melalui sambungan telepon, baru-baru ini.
Ternyata, lanjutnya, ikan sungai ini diminati masyarakat Indonesia. Pada awalnya pembudidaya mendapatkan benih dari alam. Baru pada 1981, Balai Ikan Air Tawar berhasil melakukan pemijahan buatan ikan patin Siam.
Sejak itu perkembangan ikan patin cukup pesat yang mengakibatkan penyebarannya di masyarakat menjadi tidak terkontrol. Satu keluarga ikan patin jantan dan betina dipijah. Akibatnya terjadi penurunan mutu genetik sehingga terjadi variasi pertumbuhan yang cukup mencolok. Artinya pertumbuhan ikan dalam satu populasi tidak seragam.
Baca juga: Teknik Pemijahan Ikan Patin
“Nah melihat kondisi kondisi demikian muncul gagasan untuk melakukan seleksi guna memperbaiki mutu genetik patin. Sebab, jika terus dibiarkan akan menimbulkan pertumbuhan ikan yang semakin jelek atau lambat,” sambungnya.
Jadi, ungkapnya, penelitian ini dimulai sejak 2010 hingga 2017. Bahan bakunya berupa indukan ikan patin dari berbagai lokasi. “Meski pertumbuhannya cepat, citarasanya hampir sama dengan patin siam biasa,” akunya.
Hasil pengujian keragaan pertumbuhan pada uji lapang (uji multilokasi dan multisistem) menunjukkan bahwa pertumbuhan dan tingkat produktivitas ikan patin Perkasa lebih tinggi daripada patin Siam. Sementara patin siam ini berasal dari unit pembibitan rakyat (UPR) lokal.
Baca juga: Pengelolaan Kualitas Air Kolam Patin
Testimoni pembudidaya yang menggunakan benih ikan patin Perkasa di Tulungagung – Jawa Timbur, Kuningan, Sukamandi dan Bandarlampung pun diambil. Yakni, pada pemeliharaan fase pembesaran menyatakan bahwa pertumbuhan ikan patin Perkasa lebih cepat 16,61- 46,42 %, produktivitas lebih tinggi 11,27 – 46,41 %, rasio konversi pakan (FCR) lebih rendah 2,9 % -19,5 %.
Hasil ujinya adalah 20,62 % pertumbuhan lebih cepat selama 7 bulan pemeliharaan di Sukamandi, 20,60 % selama 6 bulan di Kuningan. Kemudian sebesar 46,42 % selama 8 bulan di Tulungagung, dan 16,61 % selama 6 bulan di Lampung. Lalu harga pokok produksi (HPP) lebih rendah 4,45 – 17,92%, dan B/C Ratio tahap pembesaran lebih tinggi 14,71 – 48,48 dibandingkan dengan patin Siam asal UPR/masyarakat.
Tentang Minapoli
Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis akuakultur terintegrasi. Dengan memanfaatkan teknologi, pembudidaya dapat menemukan produk akuakultur dengan mudah dan menghemat waktu di Minapoli. Platform ini menyediakan produk-produk akuakultur dengan penawaran harga terbaik dari supplier yang terpercaya. Selain itu, bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pembudidaya yaitu Pasarmina, Infomina, dan Eventmina.