• Home
  • Infomina
  • Penerapan Teknologi Multifase Supra-intensif, Solusi Masa Depan Budidaya Udang Indonesia

Penerapan Teknologi Multifase Supra-intensif, Solusi Masa Depan Budidaya Udang Indonesia

| Mon, 14 Nov 2022 - 16:44

Bogor, 14 November 2022 – Melanjutkan hasil kunjungan ke tambak budidaya udang multifase dengan kolam bundar di Vietnam, PT Tequisa Indonesia, Skretting Indonesia, dan Minapoli telah menyelenggarakan BincangMina dengan tema "Teknologi Tambak Rakyat Vietnam: Sistem Budidaya Multifase Supra-intensif".


Dihadiri oleh lebih dari 80 orang, webinar akuakultur ini mengundang dua narasumber yaitu David Kawahigashi sebagai Technical Director dari Vannamei 101 dan Dr. Ir Hasanuddin Atjo, MP sebagai pakar budidaya udang di Indonesia. Melalui webinar akuakultur yang terselenggara selama kurang lebih 3 jam ini, peserta diberikan waktu serta kesempatan untuk berbagi dan berdiskusi lebih dalam mengenai sistem dan teknologi budidaya udang multifase.


Pada pembukaannya, Rully Setya Purnama sebagai CEO Minapoli dan moderator pada webinar ini menjelaskan latar belakang terselenggaranya BincangMina kali ini. “Webinar BincangMina merupakan lanjutan atau ekstensi dari Aquaculture Benchmarking Trip yang dilaksanakan pada 27 Oktober – 1 November yang lalu. Fokus dari webinar ini adalah bagaimana kita belajar dari multifase di circular tank yang diterapkan di Vietnam.”


“Poin penting yang akan digaris bawahi oleh pembicara adalah bagaimana petambak Vietnam dengan kualitas air yang tidak terlalu baik, tetapi tetap bisa berproduksi dengan melakukan inovasi. Mulai dari penentuan lokasi, pemilihan benih, sistem teknologi budidaya, metode transfer udang, serta water treatment.” Lanjutnya.


Baca juga: Tebar Padati, Tumbuh Cepat & Pasar Lokal Strategi Siasati Harga Udang


Presentasi oleh David Kawahigashi


David Kawahigashi dalam presentasinya menyampaikan dua pembahasan utama terkait sistem dan teknologi yang dilakukan, serta cara transfer atau memindahkan udang di tahap nursery. “Sungguh, Sungai Mekong merupakan pilihan terburuk untuk budidaya udang karena kualitas airnya yang lebih buruk jika dibandingkan dengan kualitas air di Indonesia.” Ucapnya sebelum memulai presentasinya. Namun beliau kembali menekankan bahwa dengan keadaan demikian, petambak Vietnam tetap bisa berbudidaya dengan menghasil produksi yang tinggi, dan hal tersebut yang perlu pembudidaya Indonesia pelajari lebih lanjut.


Untuk menghadapi kualitas air yang buruk, petambak Vietnam memaksimalkan lahan untuk penerapan water treatment sekitar 60% dari total lahan. Hal ini dikarenakan petambak perlu melalui langkah yang cukup panjang pada water treatment dimulai dari masuknya air ke tandon, penggunaan KMnO4 (Kalium Permanganat) dan klorin. 


Dengan sisa lahan yang lebih sempit, petambak memperkecil ukuran kolam nursery dan pembesaran namun dengan densitas yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat mereka lakukan karena ukuran kolam yang kecil ternyata mempermudah pembudidaya untuk mengontrol endapan di dasar kolam. Dibantu dengan penerapan sistem budidaya udang multifase, petambak dapat meningkatkan jumlah panen dalam satu tahun hingga 5 kali.


Sedangkan transfer udang yang dilakukan dalam sistem multifase ini dilakukan dengan beberapa cara diantaranya menggunakan seine net, shrimp trap, dan water pumping system. Sebelum dilakukannya transfer petambak akan melakukan rangkaian stress test (tanpa air, direndam di air tawar, dan di air laut) yang digunakan sebagai indikator udang cukup kuat untuk ditransfer. Ia juga menekankan bahwa menerapkan sistem transfer yang benar akan membantu keberhasilan sistem budidaya udang multifase.



Presentasi oleh Hasanuddin Atjo


Hasanuddin Atjo melanjutkan dalam presentasinya bahwa petambak Indonesia masih perlu belajar dari Vietnam yang garis pantainya sedikit tapi lebih produktif daripada kita. “Mereka (Vietnam) telah menerapkan berbagai poin penting dalam budidaya udang, di antaranya seperti genetic improvement, perbaikan mutu benih dan air, penerapan multistep, pakan fungsional dan autofeeder, dan shading pada kolam nursery serta grow out untuk mengurangi intensitas sinar matahari dan lebih terjaga temperaturnya.” 


Secara komprehensif, beliau menjelaskan cara untuk meningkatkan produksi dari industri budidaya udang di Indonesia terdapat 4 hal yang perlu ditingkatkan yaitu dari genetic improvement, inovasi dalam sistem budidaya udang seperti 2 step / nursery,  mekanisasi dan digitalisasi terkait penggunaan autofeeder, dan konstruksi tambak serta lingkungan di sekitarnya. Keempat aspek tersebut perlu ditingkatkan untuk menghadapi tantangan penyakit dan meningkatkan produksi udang nasional.


Artikel terkait: IInovasi Tambak Udang Rakyat Vietnam Untuk Bersaing di Pasar Dunia


Pada penutupnya, Atjo mengutarakan harapannya kepada petambak Indonesia. “Saya berharap webinar ini dapat merubah sudut pandang pembudidaya udang dan menyatukan persepsi untuk meningkatkan produktivitas udang secara baik dan bersama-sama.” Selain itu juga, sebaiknya ada Standard Operational Procedure (SOP) khusus untuk nursery yang digunakan sebagai pedoman pembudidaya udang. 


Denny Leonardo - Managing Director Tequisa Indonesia 


Denny Leonardo sebagai Business Development Manager Tequisa Indonesia dan perwakilan Petambak Muda Indonesia menyatakan bahwa mereka memiliki visi untuk mempercepat adopsi teknologi baru di pertambakan Indonesia. “Kita perlu memiliki tindakan kolektif sebagai stake holder di industri budidaya udang Indonesia. Dan jika memang teknologi ini merupakan resep untuk sukses dalam budidaya udang, maka perlu lebih banyak orang yang mengadopsi teknologi ini.” Tutupnya. 


Fauzan Bahri - Sales Director Skretting Indonesia


Sales Director Skretting Indonesia, Fauzan Bahri juga menambahkan bahwa nursery adalah cara yang tepat untuk menghadapi tantangan penyakit dan produktivitas yang dihadapi pembudidaya Indonesia. “Mudah-mudahan kita bisa membuka diri dengan konsep nursery ini, tentunya akan ada penyesuain dengan tambak yang sudah ada di Indonesia.” Beliau juga menyatakan melalui nursery harapannya petambak Indonesia dapat menyusul produksi udang negara lain yang garis pantainya jauh lebih sempit.


Anda dapat menyaksikan kembali webinar BincangMina melalui channel youtube Minapoli di bit.ly/minapoli-yt yang akan diupload segera. Dapatkan update informasi seputar event akuakultur lainnya dengan follow sosial media Minapoli. 

--


Artikel ini pertama kali ditulis oleh Tim Minapoli.

Artikel lainnya