Pelajari Bagaimana Kepiting Bakau Memijah

| Thu, 05 Nov 2020 - 15:57

Habitat yang nyaman untuk kepiting bakau

Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas primadona di ekosistem mangrove. Selain bernilai ekonomis tinggi, salah satu jenis krustasea ini juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi untuk tubuh.


 Seperti namanya, sebagian besar kepiting bakau dapat ditemukan di daerah hutan bakau yang merupakan habitat utama untuk tumbuh dan berkembang (nursery ground). Selain itu umumnya kepiting bakau suka tinggal di daerah estuari, rawa, dan mangrove.


Daerah hutan bakau cocok untuk kepiting ini dikarenakan terdapat organisme kecil yang manjadi makannya. Secara alami kepiting bakau menyukai daerah perairan payau yang dasarnya berlumpur dan berada di sepanjang garis pantai.


Kepiting bakau melangsungkan perkawinan di perairan bakau, kemudian secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan telurnya, betina akan migrasi ke laut menjauhi pantai untuk memijah. Sedangkan kepiting jantan umumnya tetap berada di perairan. Perkembangan hidup kepiting dimulai dari telur, zoea, megalopa, juvenile (crablet) hingga akhirnya menjadi kepiting dewasa.


Baca juga: Persiapan Pembenihan Kepiting Bakau


Pemijahan kepiting bakau secara alami

Kepiting betina akan memijah saat lebar karapas berkisar 103-148 mm, sedangkan jantan antara 141-166 mm. Lama pertumbuhan mulai telur hingga kepiting dewasa dengan lebar kerapas 114, 2 mm memerlukan waktu setidaknya 369 hari atau kurang lebih 1 tahun. Tingkat pertumbuhan kepiting bakau dapat dibedakan berdasarkan lebar karapas, yaitu juwana (20 – 70 mm), menjelang dewasa (70 – 200 mm) dan dewasa (> 200 mm)


Di Indonesia pemijahan kepiting bakau dilakukan sepanjang tahun. Puncak kegiatan pemijahan kepiting bakau di wilayah perairan Indonesia belum diketahui secara pasti, namun diduga berkisar antara bulan Mei hingga September. 


Pembuahan pada krustasea terjadi secara internal, terjadi satu minggu atau beberapa minggu setelah kopulasi. Kepiting jantan memasukan pleopod I ke dalam oviduk dan pleopod II berperan sebagai pompa sperma. Spermatofor akan disimpan di dalam spermateka betina hingga telur siap dibuahi. 


Sperma yang disimpan di dalam spermateka betina masih tetap hidup dan aktif untuk beberapa bulan serta dapat digunakan untuk dua atau tiga kali pembuahan telur. Telur yang sudah terfertilisasi tidak dilepaskan ke dalam air melainkan segera menempel pada rambut-rambut.


Baca juga: Budidaya Kepiting Menguntungkan, Cocok Jadi Program Nasional


Pengeraman telur kepiting

Jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari ukuran induknya, semakin berat induk maka akan semakin banyak jumlah telur yang dihasilkan. Seekor induk betina kepiting bakau yang beratnya 300 gram dapat menghasilkan telur 3 – 3,5 juta butir telur.  


Perkembangan telur kepiting bakau yang baru difertilisasi dapat diamati berwarna kuning-oranye. Namun, semakin berkembangnya embrio dalam telur maka warna telur akan berubah menjadi semakin gelap, dimulai dari kecoklatan, coklat, dan akhirnya kehitaman ketika hampir menetas. 


Negara yang beriklim tropis seperti Indonesia, membuat telur kepiting akan dierami oleh induknya selama 7 – 12 hari sampai menetas (tergantung tingginya suhu air). Ketika proses pengeraman akan terlihat aktifitas induk yang selalu menggerakan kaki-kaki renangnya dan sering tampak berdiri tegak pada kaki dayungnya. 


Tujuan dari pergerakan induk tersebut adalah proses pembalikan telur supaya mendapat aliran air segar yang cukup oksigen sehingga dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tahapannya.


Seleksi induk kepiting bakau

Kualitas induk sangat menentukan kuantitas dan kualitas telur yang akan dihasilkan, sehingga kondisi induk kepiting Anda perlu diperhatikan dengan benar. Induk kepiting bakau yang digunakan untuk kegiatan pembenihan masih menggunakan induk dari alam. Pengadaan dan proses seleksi induk dilakukan langsung di lokasi penangkapan atau pengumpul kepiting bakau.


Kegiatan seleksi induk dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi jenis/spesies induk kepiting dilakukan dengan pengamatan ciri-ciri morfologis secara langsung

b. Memiliki kondisi fisik yang sehat, bersih, warna karapas cerah, aktif bergerak dan organ tubuhnya lengkap

Proses ini dilakukan dengan tahapan pengamatan sebagai berikut:

- Kaki renang ditarik lalu dilepas, maka akan respon dengan gerak cepat dan kembali ke posisi semula

- Pada saat disentuh tangkai mata langsung masuk (responsive)

- Mulut tidak mengeluarkan busa

c. Berat induk minimal telah 250 gram

d. Telah melakukan perkawinan di alam sebelumnya dengan tingkat kematangan gonad (TKG) III


Pengamatan TKG dilakukan secara morfologis dengan mengamati sambungan antara karapas dengan abdomen terakhir. Selain itu Anda juga perlu melihat perkembangan perubahan warna gonad pada induk betina. TKG I ditandai oleh warna kuning keputihan, TKG II berwarna kuning keemasan, TKG III berwarna oranye muda dan TKG IV bewarna oranye.


Baca juga: Jateng Jadi Salah Satu Penopang Ekspor Rajungan


Pengangkutan Induk

Induk kepiting yang telah diseleksi kemudian diikat bagian capitnya dengan tali raffia. Sebaiknya bagian kaki jalan tidak diikat untuk menghindari stress dan kram pada saat pengangkutan. Kemudian induk dimasukkan ke dalam Styrofoam yang telah disiapkan.


Styrofoam yang digunakan untuk pengangkutan kepiting dilubangi pada bagian sisi-sisinya. Bagian dalam Styrofoam ditaburi kopi dan diberi alas koran. Kepiting dimasukkan satu persatu dalam Styrofoam dengan posisi kepala menghadap ke atas, disusun berderet tanpa menyisakan ruang kosong hingga penuh. Tetap terdapat aliran udara pada pertemuan antar kepiting pada bagian samping. Setelah itu Styrofoam ditutup rapat dan induk kepting siap diangkut ke lokasi unit pembenihan. 


Pemeliharaan induk

Induk kepiting bakau yang telah sampai di lokasi untuk pembenihan segera dilakukan pemeriksaan untuk melihat kondisi kesehatannya. Induk tersebut kemudian diaklimatisasi sebelum dilepas di bak pemeliharaan. 


Proses aklimatisasi ini sangat penting dilakukan untuk mengurangi stress selama pengangkutan yang dapat menyebabkan kematian selama pemeliharaan. Proses aklimatisasi dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Induk dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air dengan parameter air: salinitas 28-30 ppt; pH 6,5-8,5; suhu 28-30⁰C dan dibiarkan selama 5 menit

2. Induk kemudian diangkat dan ditiriskan. Dibiarkan selama 15 menit

3. Induk disiram dengan air mengalir selama 30 menit

4. Induk dilepaskan satu persatu tali pengikatnya dan dimasukkan ke bak pemeliharaan induk 

5. Induk dipelihara pada bak pemeliharaan induk yang dilengkapi sekat-sekat pemeliharaan yang terbuat dari bambu atau kayu dengan kepadatan per sekat 1 ekor induk.


Salinitas untuk pemeliharaan induk kepiting bakau berkisar 30 ± 1 ppt dengan ketinggian air berkisar 30 – 40 cm. Jenis pakan yang diberikan adalah kerang (Perna viridis), dan cumi-cumi (Loligo sp) dengan perbandingan 60% : 40%. Sedangkan untuk jumlah pakan yang diberikan adalah 15-25% dari total biomass, diberikan dua kali pada pagi dan sore. 


Pakan yang tidak termakan disifon keluar dari bak pemeliharaan agar mengurangi pencemparan pada lingkungan. Pergantian air dilakukan sebelum pemberian pakan sebanyak 100% setiap 2-3 hari sekali. 


Setelah pemeliharaan 5 hari biasanya induk betina akan memijah (melepaskan telur-telurnya), telur tersebut akan terbuahi oleh sperma yang tersimpan dalam kantong spermateka pada induk betina. Telur yang telah terfertilisasi tersebut akan menempel pada umbai-umbai rambut di bagian bawah abdomen. 


Sumber: Petunjuk Teknis Budidaya Kepiting Bakau Scylla serrata oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara

Artikel lainnya

Kepiting & Rajungan 

Crab Seed Production Techniques

Minapoli

1867 hari lalu

  • verified icon4033
Kepiting & Rajungan 

Budidaya Kepiting Menguntungkan, Cocok Jadi Program Nasional

Minapoli

1554 hari lalu

  • verified icon2941
Kepiting & Rajungan 

How Does Enzyme Activity Change When Crab Larvae Grow?

Minapoli

1644 hari lalu

  • verified icon2012