Mengenal Penyakit TPD pada Benur Udang & Pencegahannya
| Mon, 24 Nov 2025 - 23:29
Dalam beberapa tahun terakhir, industri udang kembali dihadapkan pada tantangan berupa beberapa kejadian kematian benur di beberapa hatchery yang dilaporkan dari berbagai negara.
Setelah diteliti, kejadian tersebut merujuk pada satu nama penyakit yang cukup baru dikenal, yaitu penyakit Translucent Post-Larva Disease (TPD).
Artikel ini membahas secara komprehensif mengenai penyakit TPD pada benur udang vaname, penyebarannya, gejalanya, dampak ekonominya, hingga langkah pencegahannya yang aplikatif di lapangan.
Apa Itu TPD?
Translucent Post-Larva Disease atau TPD adalah penyakit yang menyerang udang pada fase post-larvae awal yang umum ditandai dengan tubuh benur yang tampak sangat pucat hingga transparan, terutama pada organ hepatopankreas dan saluran pencernaan.
Penyakit ini berpotensi menyebabkan mortalitas hingga lebih dari 90% dari total populasi, membuatnya menjadi penyakit yang sangat mematikan.
Pada awal kemunculannya, penyakit TPD kerap dikaitkan dengan penyakit Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus karena memiliki kesamaan gejala, yakni penampakan usus yang kosong.
Menurut penelitian dari Liu et al. (2023), penyakit TPD pada benur juga disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus, namun dengan perbedaan materi genetik yang menyebabkan penyakit ini.
Bakteri Vibrio parahaemolyticus yang menyebabkan penyakit TPD dapat mengeluarkan 2 jenis protein yang memiliki virulensi tinggi, yaitu VHVP-1 dan VHVP 2.
Dampak & Gejala Penyakit TPD pada Benur
Penyakit TPD menyerang benur udang vaname pada fase post-larvae (PL) 4 hingga 7 dengan tingkat kematian yang tinggi (mencapai 90% lebih) hanya dalam 24 hingga 72 jam pemeliharaan.
Penelitian Zou et al. (2020) mencatatkan bahwa pada percobaan infeksi benur terhadap penyakit TPD dapat menyebabkan kematian mencapai 100% dalam 40 jam.
Beberapa ciri-ciri benur yang terinfeksi penyakit TPD yaitu:
Hepatopankreas yang memucat
Saluran usus yang tampak kosong
Benur yang menjadi seperti tembus pandang
Kemampuan berenang melemah
Penurunan aktivitas makan
Hasil pengecekan histopatologi memperlihatkan bahwa penyakit TPD pada udang vaname menyebabkan kerusakan pada epitel hepatopankreas dan usus, termasuk nekrosis dan pengelupasan jaringan.
Dengan gejala yang mirip dengan AHPND ini, maka cara yang tepat untuk mendeteksi penyakit TPD pada benur adalah dengan metode molecular testing, seperti PCR dan LAMP PCR.
Penyebaran Penyakit TPD
Patogen penyakit TPD dapat menular melalui berbagai vektor, yaitu air pemeliharaan, pakan hidup, peralatan dan personel budidaya, serta aerosol.
Penyakit ini akan lebih mudah tersebar apabila padat tebar di kolam hatchery terlalu tinggi dan biosekuriti yang tidak ketat,
Penyakit TPD pertama kali ditemukan di Tiongkok pada tahun 2020. Tidak lama kemudian, laporan serupa mulai bermunculan dari negara-negara Asia lainnya. Penyebarannya yang cepat mengindikasikan bahwa penyakit ini memiliki potensi transmisi yang tinggi.
Dampak Ekonomi dari Penyakit TPD
Penyakit TPD dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar pada unit hatchery karena tingkat mortalitasnya yang tinggi. Kerugian ini tidak hanya berupa hilangnya benur, tetapi juga seluruh biaya yang telah dikeluarkan untuk proses pembenihan.
Proses produksi pada unit hatchery juga dapat terhambat akibat terjadinya kematian massal tersebut. Ketidakstabilan produksi akibat TPD juga dapat mengganggu pasokan benur ke petambak, berdampak pada penurunan pendapatan dan berpotensi merusak reputasi hatchery di pasar.
Selain kerugian langsung, hatchery juga harus menanggung biaya tambahan untuk melakukan tindakan darurat seperti sanitasi ulang dan peningkatan biosekuriti.
Pencegahan & Penanganan Penyakit TPD pada Benur
Salah satu langkah untuk mencegah penyakit TPD pada benur udang vaname antara lain:
Disinfeksi air dan peralatan menggunakan ozone, sinar UV, atau hypochlorite.
Membersihkan seluruh sistem produksi secara menyeluruh dan rutin, termasuk pipa, air lines, dan sistem distribusi udara, untuk menghilangkan biofilm yang dapat menjadi sarang Vibrio
Menggunakan sistem air yang terpisah
Menambahkan probiotik ke air pemeliharaan
Menjaga broodstock dalam kondisi bersih dan terkontrol
Memastikan semua pakan hidup bebas dari patogen sebelum diberikan
Cara Cepat Cek Penyakit TPD On-Site
Salah satu cara deteksi penyakit TPD yang direkomendasikan adalah dengan teknologi LAMP PCR.
Loop-Mediated Isothermal Amplification atau LAMP PCR merupakan inovasi dari PCR konvensional yang memungkinkan alatnya lebih ringkas dan dapat dibawa ke lokasi langsung (portable).
Dengan begitu, penggunaan alat LAMP PCR memungkinkan cek penyakit langsung di lokasoi (on-site) dengan tingkat akurasi yang tetap kompetitif dibanding PCR konvensional.
Berikut merupakan playbook cara cek penyakit TPD pada benur yang dapat diterapkan di lapangan.
Ketika ditemukan indikasi, maka:
Isolasi benur dengan gejala penyakit TPD
Hentikan aliran air pada kolam pemeliharaan yang terindikasi
Cek sampel udang dan air menggunakan LAMP PCR
Kalau hasilnya positif, maka:
Musnahkan benur dari kolam yang terinfeksi
Gunakan LAMP PCR untuk cek kolam yang lain
Kuras kolam dan lakukan desinfeksi
Konfirmasi untuk kolam lainnya:
Pastikan kolam pemeliharaan lainnya telah lulus tes hingga 2 kali hasil negatif untuk memastikan tidak ada transmisi penyakit
Tingkatkan biosekuriti sesuai dengan langkah yang telah disebutkan di atas
Rekomendasi LAMP PCR untuk Cek Penyakit TPD
Forte Biotech menyediakan produk LAMP PCR bernama RAPID yang dapat membantu Anda untuk mendeteksi penyakit TPD pada udang langsung di lokasi.
Keunggulan yang Anda dapatkan dari Produk RAPID yaitu:
Hasil cek penyakit udang keluar hanya dalam waktu 1 jam
Level keakuratan hingga 92% dibanding PCR konvensional
Alat mudah dibawa kemana-mana
User-friendly
Selain itu, produk RAPID juga dapat dapat mendeteksi berbagai jenis penyakit lain, seperti AHPND, EHP, dan WSSV.
Produk RAPID menawarkan fleksibilitas tinggi, teknologi terkini, serta hasil yang presisi, menjadikannya pilihan ideal untuk kebutuhan deteksi penyakit Anda.
FAQ Terkait Penyakit TPD
1. Apakah TPD sudah ada di Indonesia?
TPD merupakan ancaman regional di Asia dengan laporan kemunculan di berbagai negara. Karena penyebarannya cepat dan risiko kontaminasi lintas negara cukup tinggi, pelaku usaha di Indonesia harus mengasumsikan bahwa risikonya nyata dan menerapkan skrining serta biosekuriti yang ketat.
2. Apakah TPD sama dengan AHPND?
Tidak. Meski sempat diduga sama, penelitian menunjukkan TPD disebabkan oleh strain berbeda yang membawa faktor virulensi baru, yaitu VPHP-1 dan VPHP-2, sehingga membutuhkan uji spesifik TPD untuk konfirmasi. Ini berbeda dari AHPND yang disebabkan oleh strain Vibrio parahaemolyticus yang membawa gen toksin PirA/PirB.
3. Kapan sebaiknya saya melakukan pengujian TPD?
Pengujian dapat dilakukan sejak fase PL2 hingga PL7, kemudian diulang kembali sebelum pengiriman. Setiap bak atau kolam yang menunjukkan gejala seperti pucat, penurunan nafsu makan, atau benur transparan juga harus segera diuji.
Apakah broodstock bisa menjadi sumber penularan TPD?
Beberapa sumber menyebutkan bahwa broodstock dapat menjadi vektor pembawa Vibrio penyebab TPD, terutama jika tidak dipelihara secara biosekuriti.
Mengapa biofilm menjadi salah satu sumber utama TPD di hatchery?
Bakteri Vibrio mampu menetap dan berkembang biak di permukaan sistem hatchery, seperti pipa, aerasi, dan dinding tangki. Biofilm menyediakan perlindungan bagi bakteri dari desinfektan dan memungkinkan mereka bertahan lama.
Gambar: Aqua Culture Asia Pacific



