KKP Fokus Bangun Model Bisnis Korporasi Budidaya dan Tangkap Ikan
| Mon, 12 Oct 2020 - 14:23
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan fokus membangun model bisnis korporasi nelayan baik di sektor budidaya dan tangkap ikan. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dalam jumpa pers secara virtual seusai ratas bersama Presiden Jokowi, Selasa (6/10/2020).
“Pertama kami di KKP fokus untuk membangun model-model bisnis, baik itu di budidaya maupun di tangkap. Dan juga di pasarnya, kalau pasar kemarin kami di bawah komando yang Bangga Buatan Indonesia, Insyaallah Oktober ini kami akan launching Pasar Laut Indonesia, dengan produk yang akan dijual ada 800-an,” kata Edhy Prabowo.
Untuk membangun model bisnis korporasi nelayan budidaya ikan, Edhy mengungkapkan ada lima tambak yang akan dijadikan percontohan, yakni di Aceh, Lampung, Cianjur, Sukamara dan Jawa. “Kita harapkan ini menjadi salah satu basis pembelajaran nelayan, pembudidaya dan petambak agar bisa langsung turun memiliki satu usaha secara korporasi. Ini hanya butuh pembelajaran. Dan yang terpenting adalah pendampingan,” jelas Edhy Prabowo.
Baca juga: KKP Luncurkan Program E-jaring Sebagai Solusi Kartu Pra Kerja di Masa COVID-19
Dari sisi pembiayaan, menurut Edhy, para nelayan bisa mendapatkan modal melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 6 persen yang total kreditnya mencapai Rp 195 triliun. Penyerapan KUR yang berada di KKP ini baru mencapai Rp 2,6 triliun. “KKP sendiri memiliki model usaha pinjaman dengan Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) berupa kredit mikro, yang masih ada peluang untuk dikembangkan dengan bunga 3 persen," kata dia.
Selain itu, lanjut Edhy, KKP juga sedang menyiapkan proyek percontohan korporasi nelayan budidaya tambak udang, lobster dan kepiting. Untuk tambak udang yang menjadi proyek percontohan di Aceh, Gorontalo, Kalimantan Tengah, Jawa Barat dan Lampung. “Memang yang kita bangun baru 5 hektare, namun ini jadi percontohan besar. Ini dalam proses pengerjaan. Diharapkan di akhir 2020 ini sudah bisa digunakan dan bisa langsung jadi percontohan,” terang Edhy Prabowo.
Di lima wilayah ini, menurut Edhy, telah menerapkan model korporasi. Artinya, para nelayan sudah berkelompok dalam jumlah besar untuk mendapatkan kemudahaan akses pembiayaan.
Baca juga: Imbangi Penangkapan, KKP Dorong Budidaya Ikan Gabus
Edhy menjelaskan di sektor perikanan tangkap ikan, kapal penangkap ikan di Indonesia paling banyak adalah kapal kecil yang berjumlah 600.000. Di antaranya 300.000 terdiri dari kapal tidak bermesin. Sedangkan sisanya kapal bermesin rata-rata di bawah 1-2 GT. “Nah, kapal-kapal yang ada sekarang kelihatan di permukaan kan paling banyak 7.000-10.000 yang di atas 40 GT. Nah ini kami yang akan fokuskan di bawah 5 GT ini. Kita harap, kita akan naikkan kelas dan sedang kami data,” papar Edhy Prabowo.
Sehingga ke depan para pemilik kapal, bukan hanya pengusaha besar, tetapi nelayan kecil yang termarjinalkan agar usahanya bisa naik kelas.
Sumber: Berisatu.com
Tentang Minapoli
Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis akuakultur terintegrasi. Dengan memanfaatkan teknologi, pembudidaya dapat menemukan produk akuakultur dengan mudah dan menghemat waktu di Minapoli. Platform ini menyediakan produk-produk akuakultur dengan penawaran harga terbaik dari supplier yang terpercaya. Selain itu, bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pembudidaya yaitu Pasarmina, Infomina, dan Eventmina.