Intip Trik Sukses Pembenihan Patin
| Thu, 24 Mar 2022 - 12:10
Penguraian tentang budidaya patin dari pembenihan hingga pembesaran ini diutarakan Budhi Adhi Utomo, staf Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi-Jawa Barat. Untuk pemijahan, asal induk merupakan hasil proses perbaikan mutu atau perbanyakan induk dengan asal usul yang dapat ditelusuri dan tidak berasal dari satu keturunan dengan kriteria berumur 2,5-3 tahun, berat proporsional dan tidak cacat.
Lalu induk dipelihara pada kolam tanah atau semen dengan kepadatan 4 kg/m2. Gunakan pelet tenggelam dengan protein 35%, dosis pemberian 3% dari berat badan dengan frekuensi 3 kali sehari.
“Dalam melakukan seleksi induk matang, penangkapan menggunakan hapa/jaring dan induk dibedakan jenis kelaminnya. Terdapat lima kriteria induk betina matang, yakni: perut membuncit, lunak, lubang genital merah, telur berwarna kekuningan diameter 1,0-1,2 mm, dan inti di pinggir. Lalu untuk induk jantan, kelaminnya menonjol, dan jika dipijit keluar sperma,” urainya.
Baca juga: Ciri-ciri Induk Patin yang Sudah Siap Dipijahkan
Pemijahan Buatan
Menurut Budhi, pemijahan ikan patin yang ia lakukan di balai adalah pemijahan buatan. Langkah-langkahnya, dimulai dari penimbangan induk, penyuntikan, hingga pengambilan sperma. Pada patin indukan jantan cukup mengurut sperma hingga keluar. Sperma dan sel telur dimasukan ke dalam satu wadah yang sudah diisi air agar bercampur.
Lalu Budhi menerangkan, proses pengurutan dimulai dari pengecekan stripping ovulasi 11-12 jam setelah penyuntikan kedua dan diulangi 1-2 kali. Disusul pengambilan sperma induk jantan yang dimulai 9-10 jam setelah penyuntikan kedua induk betina. Disarankan sperma dari 6-10 ekor induk jantan untuk membuahi 2-4 ekor induk betina. Setiap 1 kg indukan patin bisa menghasilkan 60 ribu hingga 100 ribu butir telur
“Pembuahan dilakukan dengan mencampur air ke dalam campuran sperma dengan sel telur dan diaduk merata selama 2-3 menit. Telur dibilas dengan air bersih, terus ditebar ke dalam wadah penetasan. Penetasan telur dilakukan dalam akuarium yang ada aerasi, suhu optimum 28-30 C, pH 6,5-8,5, oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l, telur menetas setelah 24-30 jam,” tuturnya.
Pemeliharaan larva pada akuarium yang dipindah dari akuarium sebelumnya setelah menetas semua, dan dilakukan penyiponan guna membuang telur yang tidak menetas dan penggantian air. Parameter airnya yakni: suhu optimum 28-30 C, pH 6,5-8,5, oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l.
Sumber: TROBOS Aqua