Gerai Nelayan, Cikal Bakal Koperasi Nelayan

| Mon, 08 Nov 2021 - 15:28

Secercah harapan tampak tumbuh dari Dusun Padak Sia Desa Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di dua RT 7 dan 8 terdata 3 Kelompok Usaha Bersama (KUB) beranggotakan sekitar 30 orang nelayan terdapat 2 gerai nelayan dan 1 lagi sedang dalam proses pembentukan. Mengapa gerai nelayan?


Minggu Siang, 8 November 2021, saya berbincang dengan Bapak Muslimin. Pria paruh baya asli Sulawesi ini bercerita perihal plang Gerai Nelayan yang terpampang di depan rumahnya. Tertulis ‘Gerai Nelayan Harapan Jaya’. Gerai mirip kedai kecil, lebih sederhana dari toko. Namun dari sisi kemanfaatan sama-sama menyediakan kebutuhan pembeli. 


Gerai yang diawakinya berdiri setahun lalu. Menjual berbagai kebutuhan penangkapan ikan untuk nelayan pemancing gurita, seperti tali, benang wol, pancing, kawat steel, kili-kili, sendok, oli, timah, lem, cat. Pembelinya adalah anggota KUB Harapan Jaya sebanyak 15 orang. KUB Harapan Jaya sendiri merupakan kelompok nelayan yang berdiri 2013 dengan anggota yang didominasi pemancing gurita. 




Setahun berdiri, aset gerai sudah mencapai sekitar Rp 25 juta dengan omset sekitar Rp 3 juta per hari, bahkan di musim puncak tertangkapnya gurita sekitar bulan Februari omset bisa mencapai Rp 15 juta per hari. Omset yang ‘manis’ semanis segarnya rasa olahan gurita fresh. Bagaimana bisa?


Pria berbadan gelap ini melanjutkan ceritanya, bahwa selain menjual kebutuhan keperluan penangkapan dan menjual sampah plastik/kertas, gerai juga melebarkan sayap usaha dengan menjual hasil tangkapan anggota. Rata-rata sebanyak 3 kg gurita dijual per anggota ke gerai. Oleh gerai hasil tangkapan ini kemudian dijual ke pengepul gurita. Dari setiap kilogram transaksi ke pengepul, gerai mendapatkan untung sebanyak Rp 2 ribu rupiah. “Ada keuntungan lebih bagi anggota dengan menjual tangkapannya ke gerai yang dinikmatinya nanti saat pembagian sisa hasil usaha gerai. Sementara bagi pengepul, diberi kemudahan, karena tidak perlu repot door to door langsung membeli dari gerai,” bebernya. 


Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Kemanfaatan gerai mengalami perkembangan, tidak hanya melayani jual beli namun juga simpan pinjam bagi anggota. Inilah yang menjadi cikal bakal munculnya niatan membentuk koperasi nelayan. Tepatnya pada September 2021, melalui rapat anggota muncul ide mengembangkan gerai menjadi koperasi produksi nelayan. Saat ini, masih dalam proses melengkapi syarat-syarat yang diperlukan menjadi sebuah koperasi.


Stigma nelayan yang tidak bisa lepas dari jerat hutang ‘bank rontok’ perlahan luntur. Untuk kebutuhan melaut, anggota bisa meminjam uang dan diganti maksimal 3 trip pemancingan dengan jasa sebesar Rp 5 ribu setiap kelipatan peminjaman Rp 50 ribu. Anggota juga boleh meminjam uang untuk memenuhi anak sekolah dan sehari-hari. 


Bahkan di gerai Persaudaraan Nelayan Gurita (Pelita) Harapan yang diketuai Suhardi, sudah bisa dikembangkan simpanan sukarela dengan saldo anggota rata-rata mencapai Rp 500 ribu dan tertinggi Rp 2 juta hanya dalam waktu beberapa bulan saja. “Dulu, mana pernah bisa nabung. Sekarang ibu-ibu (istri nelayan) sendiri yang mau menabung dari hasil melaut suaminya,” ceritanya penuh senyum.


Tidak ada lagi cerita libur melaut karena ketiadaan bahan bakar minyak (BBM). Gerai Pelita Harapan sudah menyediakan itu. Per hari 35 liter BBM pertalite dan pertamax terjual melalui gerai. 


Besarnya manfaat gerai menjadi daya Tarik bagi KUB lain untuk mengembangkan hal yang sama. Di kecamatan Pringgabaya terdapat 10 gerai yang sudah dibentuk KUB-KUB nelayan. Ada pula KU yang sedang dalam proses pembentukan gerai, salah satunya KUB besutan L Supriadi yang berada di Dusun Padak Sia. “Anggota kami yang nelayan gurita sekarang sudah mulai menjual hasil tangkapannya melalui kelompok,” ucapnya, ditemui sore Selasa (8/11) saat berbincang tentang rencana pembentukan gerai nelayan.


Penyuluh Perikanan Kecamatan Pringgabaya, Jering Jantralika, menyebut besarnya manfaat gerai tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan anggota. Gerai menjadi wadah silaturahmi anggota. Anggota jadi sering bertemu, keterikatan anggota dengan  keberadaan kelompok menjadi lebih kuat dan muncul kepercayaan anggota kepada kekuatan kelompok perikanan. 


Satu hal yang menunjukkan ini yaitu berhasilnya pembuatan jalan setapak sejauh 100 meter yang membelah rawa mangrove di RT 8 Dusun Padak Sia. Jalan ini digunakan nelayan menembus jalur pantai, sehingga mereka tidak perlu memutar jauh untuk menuju dari dan ke arah pantai. Dibutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membuat jalan nelayan ini dan seluruhnya berasal dari swadaya murni para nelayan. Bravo…swadaya di tengah pandemi covid 19 yang melumpuhkan sendi ekonomi masyarakat adalah keberanian yang patut diacungi jempol. Berjayalah nelayan Indonesia.

---

Penulis: Ida Fitriana

Profesi: Penyuluh Perikanan

Instansi: Kementerian Kelautan dan Perikanan

Artikel lainnya