• Home
  • Infomina
  • Genjot Produksi dengan Teknologi “Bupati Kami”

Genjot Produksi dengan Teknologi “Bupati Kami”

| Sun, 07 Nov 2021 - 17:38

Budidaya udang kini menjadi salah satu peluang bisnis yang kian menjanjikan. Mengapa? Dilansir dari laman resmi Dirjen Perikanan Budidaya, pemerintah menargetkan pada 2024 mendatang nilai ekspor udang harus mencapai Rp 90 triliun atau peningkatan hingga 250 persen.


Sejalan dengan itu, RPJMN 2020-2024 juga mengamanatkan revitalisasi tambak di Kawasan Sentra Produksi Udang dan Bandeng untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya ikan sebesar 8,5% per tahun serta meningkatkan pertumbuhan ekspor udang sebesar 8 % per tahun.


Sayangnya, produksi udang kabupaten Kendal tahun 2020 hanya 55,60% dari target. Tidak tercapainya target produksi udang ini antara lain disebabkan alih fungsi lahan tambak. Seperti diketahui Pemerintah Indonesia telah menetapkan Kendal sebagai KEK baru per 18 Desember 2019, tertuang pada Peraturan Pemerintah (PP) No.85/2019.




Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal memiliki luas lahan 1.000 hektar, dan akan dikembangkan menjadi 4.400 hektar, terletak di Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal.


Melihat kondisi ini, menggenjot  produksi udang tidak bisa melalui ekstensifikasi (dengan perluasan area) namun dengan cara intensifikasi, yakni meningkatkan hasil produksi dengan memaksimalkan produktivitas dari semua faktor produksi yang dimiliki.


Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Perlu dilakukan peningkatan produktivitas semua jenis tambak dengan benur unggul, perbaikan teknologi budidaya, pakan bermutu, perbaikan irigasi, dan penanggulangan penyakit.


Melihat fenomena ini, Joko Suprayoga, Kabid Perikanan Budidaya DKP Kendal  yang tengah  mengikuti diklat untuk eselon III yakni Pelatihan Kepemimpinan Administrator di BPSDMD Jawa Tengah menggagas teknologi “Bupati Kami” (Budidaya Udang Padat Tebar Tinggi Klaster Mini) untuk meningkatkan produksi udang di Kabupaten Kendal sebagai inovasinya.


Joko sangat yakin peningkatan produksi tidak selalu bergantung pada luasan yang dipergunakan, tetapi lebih ke arah teknologi yang dikembangkan dan bagaimana proses dan sistem budidaya itu dilakukan (intensifikasi) yang berbasis ekologi. Sistem budidaya secara tradisional masih sangat banyak dan masih sangat berpeluang untuk di upgrade ke sistem dan teknologi budidaya di atasnya.


Dengan kata lain,  DKP Kendal menyiapkan strategi peningkatan produksi udang melalui intensifikasi teknologi. DKP  Kendal juga mendorong tambak tradisional untuk di-upgrade teknologinya sehingga memiliki produktivitas optimal.


Harapannya dengan di-upgrade produktivitas tambak tradisional melalui input teknologi, produktivitas bisa melesat dari semula kurang dari 1 ton/ha/tahun menjadi tambak  intensif yang berkisar diatas 10 ton/ha/tahun.


Teknologi “Bupati Kami” juga mendukung terwujudnya prinsip berkelanjutan, itu sebabnya teknologi ini menggunakan sistem budidaya berbasis klasterisasi, meski dalam skala mini. Sistem tersebut, sengaja dikembangkan oleh DKP Kendal untuk mengembangkan prinsip budidaya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.


Dengan menggunakan prinsip klaster, pengelolaan budidaya udang bisa dilakukan dalam satu kawasan dengan memakai manajemen teknis dan usaha yang dikelola secara bersama. Penyatuan kawasan tersebut bertujuan agar usaha budidaya udang bisa mengurangi seminim mungkin kegagalan produksi.


Untuk itu pada tahun 2021 dibuat tambak percontohan teknologi “Bupati Kami” berlokasi di pokdakan Minorejo Desa Kalirejo Kecamatan Kangkung. Percontohan adalah pelaksanaan kegiatan budidaya  yang dirancang sebagai pengujian dalam rangka menunjukkan tingkat keefektifan, mengetahui dampak pelaksanaan, dan keekonomisannya.


Hasilnya, pada hari Senin 1 November 2021 telah diadakan panen parsial pada tambak percontohan. Panen parsial ini bertujuan untuk mengurangi populasi udang di kolam, sehingga daya dukung kolam dapat meningkat.


Udang hasil panen ini sudah terjamin kualitas dan traceability-nya karena tambak percontohan ini menggunakan prinsip cara budidaya yang baik (CBIB).


Hasil panen  juga membuktikan dari tambak tradisional dengan luasan 1 – 2 hektar produktivitas udang 0,5 – 1 ton/hektar dan setelah di upgrade menjadi tambak intensif melalui teknologi “Bupati Kami” mampu menaikkan produktivitas menjadi 10 –20 ton/hektar (10 - 20 kali lipat).


“Semoga keberhasilan tambak Pokdakan Mino Rejo dapat menjadi contoh bagi petambak lain yang akan mengembangkan tambaknya menjadi tambak intensif.” papar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal, Hudi Sambodo.


"DKP Kendal akan terus mereplikasi tambak percontohan teknologi Bupati Kami dengan konsep klasterisasi skala mini seperti yang sudah diterapkan oleh pokdakan Mino Rejo kepada pokdakan-pokdakan lain. Konsep ini memiliki manfaat mengefisienkan input produksi sehingga akan meningkatkan daya saing harga di pasar. Selain itu keunggulan lainnya adalah dapat meminimalisir terjadinya penyakit serta memudahkan dalam manajemen, transfer teknologi dan peningkatan kelembagaan pembudidayaan yang terlibat," ucap Hudi.


 “Kita akan genjot terus produksi udang. Dan untuk mencapai produksinya, maka kami terus mensosialisasikan dan menggabungkan teknologi Bupati Kami ini,” tegas Hudi.


 “Hal penting yang perlu kita tekankan dalam upaya peningkatan produksi udang ini adalah harus berkelanjutan, baik dari sisi kualitas dan kuantitas, serta juga harus mendukung keberlanjutan lingkungan hidup di kawasan budidaya itu sendiri,” kata Joko mengingatkan.


Menurutnya, pengembangan tambak udang tidak serta merta perlu membuka lahan baru, namun dapat dengan mengoptimalkan lahan tambak yang sudah ada.


---

Penulis: Joko Suprayoga

Profesi: ASN

Instansi: Dinas Kelautan dan Perikanan Kendal

Artikel lainnya

LensaMina 

Asa dan Nestapa Pembudidaya Ikan Air Tawar

Minapoli

1084 hari lalu

  • verified icon2167
LensaMina 

Industri Udang di Tanah Air

Minapoli

1097 hari lalu

  • verified icon1924