Cara Jitu Jaga Suhu

| Tue, 31 Aug 2021 - 13:00

Penggunaan water heater dan kompor gas pada saat pemeliharaan larva patin tidaklah harus terus menerus, bisa  berdampak biaya operasional dan adaptasi ikan di segmen pendederan

 

Menjaga stabilitas parameter kualitas air seperti pH (derajat keasaman air), kadar oksigen terlarut dalam air atau dissolve oxygen (DO), sangatlah penting dalam melakukan usaha budidaya ikan. Terlebih lagi, parameter suhu air juga tak kalah penting dalam budidaya ikan. Dalam hal ini, peranan suhu dalam usaha pendederan larva patin sangatlah berpengaruh terhadap kesuksesan budidaya.

 

Sebagai salah satu pendeder larva patin di Kecamatan Jatisampurna - Kota Bekasi, Edi Kurniawan mengatakan, suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang perlu diperhatikan kestabilan angkanya. Pasalnya, jika kondisi suhu air ketika dibudidayakan naik turun, maka akan berdampak pada sintasan (survival rate/SR) larva patin yang kita pelihara.

 

Suhu Stabil

“Jika bicara mengenai suhu, yang terpenting adalah bagaimana menjaga kestabilan suhu di angka optimal yakni 29 derajat celcius (oC) – 30 oC. Jika bicara hatchery patin haruslah panas, tidak juga karena hingga saat ini ada pergeseran pendapat mengenai itu,” kata pria yang akrab disapa Eday kepada TROBOS Aqua.


Baca juga: Pengelolaan Kualitas Air Kolam Patin


Ia menjelaskan, mungkin dulu banyak orang yang berasumsi bahwa hatchery patin haruslah panas memakai kompor yang rutin, penggunaan water heater (pemanas air), serta ruangan kedap. Namun, saat ini tidak semua pendeder patin mengaplikasikan hal-hal tersebut, saat ini penggunaan kompor, water heater digunakan ketika saat-saat genting saja.

 

Lebih lanjut Eday memaparkan, penggunaan pemanas air dan kompor hanya dilakukan ketika masa-masa krusial saja. Seperti ketika larva patin baru masuk, ketika transisi pemberian pakan dari artemia ke cacing sutra (Tubifex.sp), dan jika ada indikasi gejala penyakit selebihnya tidak digunakan, atau apabila iklim di lokasi usaha hujan terus-menerus.

 

Eday lanjutkan, tidak mungkin bisa menjaga suhu benar-benar stabil di angka 29 oC terus menerus tanpa bantuan alat. Jadi menjadi kunci disini adalah bagaimana menjaga kestabilan suhu selama pemeliharaan agar tidak terjadi fluktuasi suhu yang lebih dari 2 angka. 

 

Semisal, kata Eday, adanya penurunan suhu dari 29 oC ke 28 oC, atau dari 30 oC ke 29 oC itu masih tidak apa-apa. Tapi  yang menjadi masalah ketika adanya penurunan suhu yang cukup jauh dari 29 oC ke 26 oC dampaknya akan langsung terlihat pada ikan jadi kurang aktif, jika kondisi demikian terjadi barulah penggunaan heater atau kompor digunakan agar menaikan suhu air.


Baca juga: Analisa Kualitas Air Budidaya Ikan: Parameter Kimia

 

“Akan tetapi jika tidak dijumpai anjloknya suhu selama pemeliharaan tidaklah perlu digunakan, selama masih fluktuasi di satu angka ikan Insya Allah masih aman. Justru secara personal, tanpa penggunaan heater secara terus menerus ada kelebihan yang diperoleh,” tutur pria yang menamai usahanya Eday Aquatic.

 

Senada dengan Eday, Sahban I Setioko yang yang juga melakukan pendederan larva patin di Pasir Gaok, Bogor Jawa Barat (Jabar) mengatakan, yang terpenting adalah menjaga kestabilan suhu air semasa pemeliharaan. Mengenai penggunaan kompor dan lain-lain hanya dilakukan ketika memelihara larva di musim penghujan saja, atau ketika cuaca hujan dan mendung berhari-hari, selebihnya mengandalkan bangunan yang memang sebelumnya didesain agar menjaga suhu lebih stabil.

 

Sahban katakan, prinsip menjaga suhu air tetap hangat merupakan suatu keharusan baginya. Pasalnya, melihat larva patin yang sifatnya berenang di kolom air dan juga makananya berupa pakan hidup artemia, akan membutuhkan energi dan stamina yang banyak. Apabila suhu air ideal sekitar 29 oC - 30 oC ikan akan lebih aktif karena dipicu suhu air yang lebih hangat, sehingga metabolisme ikan lebih baik. Namun, jika suhu rendah ikan akan cenderung lebih pasif dan bahayanya akan terserang penyakit.

 

Sumber: TROBOS Aqua

Artikel lainnya