Belajar dari Industri Udang Ekuador

| Mon, 25 Apr 2022 - 10:01

Ekuador merupakan salah satu negara yang sukses dalam memajukan industri akuakultur khususnya di sektor udang. Angka produksinya yang terus meningkat dan nilai ekspornya yang semakin besar menjadi indikator bahwa pemerintah dan pelaku usaha sektor udang di sana sangat serius dalam menggarap bisnis tersebut.


Industri udang Ekuador telah menjadi salah satu pilar utama ekonomi nasional di negara yang berada di Amerika Latin itu, yakni mewakili sekitar 4% dari produk domestik bruto, dan menghasilkan sekitar 261.000 pekerjaan langsung dan tidak langsung. Pada tahun 2020, nilai ekspor udang Ekuador mencapai U$3,8 miliar dan menjadikannya sebagai negara eksportir udang terbesar kedua di dunia setelah India. Udang juga sebagai produk utama di antara ekspor non-minyak, dengan pangsa 25,5 persen dari total ekspor negara tersebut.


Apa yang Membuatnya Tumbuh Pesat?

Budidaya udang di Ekuador sudah dimulai sejak sekitar 50 tahun yang lalu dengan budidaya yang masih tradisional. Tambak udang pertama kali didirikan di bagian selatan negara itu dan sejak itu, hampir 220.000 hektare tambak produksi telah dikembangkan dan menjadikan industri udang merupakan sumber pertama pendapatan asing non-minyak di Ekuador.


Jika dilihat dari luasan tambak udangnya, sebenarnya luasan tambak udang di Indonesia tidak berbeda jauh dengan di Ekuador. Berdasarkan data KKP, sampai saat ini, lahan tambak untuk budi daya udang yang tersedia seluas 300.051 ha. Masing-masing yakni tambak tradisional 247.803 ha (82%), semi intensif 43.643 ha (15%), dan intensif 9.055 ha (3%). Namun yang menjadi pertanyaan besarnya adalah kenapa angka ekspor udang Indonesia kalah cukup jauh jika dibandingkan dengan Ekuador?


Baca juga: Membidik Peluang Pasar Udang


Keberhasilan industri udang di Ekuador tidak diciptakan dalam satu malam, tetapi tahap demi tahap dalam kurun waktu lebih dari 40 tahun. Berdasarkan laman, www.globalseafood.org, menyebutkan bahwa pada kurun 1980-an, pusat-pusat universitas lokal memperkuat program pelatihan budidaya mereka atau menciptakan kurikulum baru yang terkait dengan daerah tersebut. 


Pada tahun 1985, Sekolah Politeknik Littoral (ESPOL) membuka gelar akuakultur (sekarang jurusan teknik) di mana banyak promosi teknisi dan peneliti dibentuk. Lalu pada tahun 1990, berkat kesepakatan dengan pemerintah Jepang, dibentuklah Pusat Nasional Penelitian Akuakultur dan Kelautan (CENAIM), tempat penelitian yang berkaitan dengan industri udang dilakukan. 


Universitas lain juga menciptakan kurikulum yang dimodifikasi untuk memasukkan topik terkait akuakultur dan untuk melatih para profesional yang dapat menghadapi tantangan industri yang sedang berkembang.


Ekuador juga menjadi negara yang mengekspor tenaga profesionalnya ke tempat-tempat budidaya udang, seperti Brasil, Meksiko, Indonesia, Thailand, Arab Saudi, China, India, dan produsen terkemuka lainnya. Banyak profesional Ekuador bekerja di tambak udang di seluruh dunia atau memberikan saran sebagai konsultan atau penasihat.


Baca juga: Pembangunan Kawasan Tambak Udang Terintegrasi Diharapkan Bisa Dongkrak Produksi


Masih dari sumber yang sama, keberhasilan industri udang Ekuador juga ditopang dari benih udang yang bagus. Pada awalnya, industri udang Ekuador mengandalkan benih udang liar untuk persediaan tambak produksinya. Pada awal 1980-an, laboratorium produksi postlarva (PL) pertama (tempat penetasan) dibangun. Pembenihan Semacua, fasilitas pertama yang memproduksi PL udang secara komersial di Ekuador, mulai beroperasi pada tahun 1981 dan kemudian membangun laboratorium lain, termasuk laboratorium ESPOL, yang selain melatih profesional di bidang akuakultur, memasok PL ke beberapa perusahaan budidaya udang.


Sampai akhir 1990-an, pembenihan ini terutama memasok PL ke kelompok tambak udang besar, yang membutuhkan pasokan benih secara konstan dalam jumlah besar. PL terutama berasal dari betina gravid yang ditangkap di laut dan bertelur dalam kondisi terkendali (nauplii liar); program pematangan induk belum dianggap sebagai prioritas. Peternakan yang tersisa lebih suka menyimpan benih liar karena mereka mencapai hasil dan kelangsungan hidup yang lebih baik.


Baru pada akhir tahun 1990-an, sebagian besar perusahaan udang mulai mendapatkan benih dari laboratorium. Penangkapan PL liar dari lingkungan alam untuk tambak budidaya dilarang pada tahun 2002, memaksa industri untuk memproduksi benih sendiri dan menciptakan kebutuhan untuk melaksanakan program pemeliharaan induk, yang mengarah pada pengembangan program perbaikan genetik. Saat ini, industri secara eksklusif dipasok dengan PL yang diproduksi menggunakan hewan induk dari program perbaikan genetik dan penangkapan betina gravid untuk produksi benih dilarang di negara tersebut.


Baca juga: Budidaya Tradisional-plus sebagai Jalan Pintas Peningkatan Produksi Udang Nasional


Sementara itu mengenai proses izin tambak. Pemerintah Ekuador juga sangat membantu para petambak udang untuk mendapatkan legalitas. Sejak tahun 2007, setelah Rencana Pengendalian Nasional berlaku dan karena peraturan lingkungan, banyak tambak yang didirikan di wilayah pesisir milik negara tidak memiliki izin yang sesuai, sehingga industri meminta agar mekanisme dibentuk agar tambak udang yang berlokasi di daerah pantai dan teluk dapat memiliki akses ke izin operasi yang sesuai.


Oleh karena itu, pada tahun 2008 dilaksanakan program legalisasi bagi tambak udang – terutama untuk produsen kecil dan menengah – yang didirikan sebelum tahun 1995 yang tidak memiliki perjanjian menteri terkait. Di antara persyaratan untuk legalisasi adalah kewajiban untuk menghutankan kembali kawasan mangrove, yang tergantung pada luas tambak, bisa mencapai 30 persen dari area operasional tambak. Inisiatif ini menyebabkan sekitar 1.200 unit produktif meresmikan kegiatan mereka dan dimasukkan ke dalam catatan otoritas kesehatan, menjamin ketertelusuran produk mereka, dan menawarkan jaminan yang lebih besar ke pasar ekspor mereka.


Melihat alur pengembangan industri udang Ekuador, terlihat bahwa mereka memiliki desain besar dalam jangka panjang. Pengembangan tidak dilakukan dengan cara yang terburu-buru, tetapi dengan perlahan tapi pasti hasilnya meningkat ke arah yang lebih baik. Jika melihat data yang ada, dari 2010, tingkat pertumbuhan produksi udang Ekuador telah mencapai 25 persen setiap tahunnya. Bahkan dalam tiga tahun terakhir, tingkat pertumbuhan mereka meningkat hingga 30 persen


Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Aqua Indonesia. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terkandung di dalamnya bukan tanggung jawab Minapoli.



Artikel lainnya

Udang 

Study Replaces Dietary Fish Oil With Microalgal Oil

Minapoli

1674 hari lalu

  • verified icon3056
Udang 

Memahami Sedimentasi pada Tambak Udang

Indah Sari Windu (ISW)

66 hari lalu

  • verified icon236