• Home
  • Infomina
  • 3 Aspek Utama dalam Budidaya Udang yang Berkelanjutan

3 Aspek Utama dalam Budidaya Udang yang Berkelanjutan

| Tue, 30 Sep 2025 - 21:50

Budidaya udang berkelanjutan adalah sebuah konsep yang perlu dipahami oleh pemilik tambak udang. Tujuannya tidak hanya untuk menjaga bisnis bertahan lama, tetapi juga memastikan usaha tambak udang tidak menimbulkan kerugian bagi lingkungan, masyarakat, maupun pasar.


Untuk mewujudkannya, terdapat beberapa aspek pilar yang mendukung berjalannya konsep tersebut. 


Artikel ini akan membahas tiga aspek utama yang menjadi pilar keberhasilan dalam budidaya udang berkelanjutan.


Pengertian Konsep Budidaya Udang Berkelanjutan

Budidaya udang berkelanjutan adalah pendekatan yang menitikberatkan pada keseimbangan antara tiga pilar berikut ini:

- Ekologi, menjaga kelestarian alam dan ekosistem penunjang tambak

- Ekonomi, memastikan usaha tetap menguntungkan dari segi bisnis

- Sosial, menjaga stabilitas dan memberikan dampak positif kepada masyarakat


Perlu dipahami bahwa konsep budidaya udang yang berkelanjutan sama sekali tidak berseberangan dengan tujuan bisnis yaitu menghasilkan profit, melainkan konsep ini berupaya untuk mendukung keberlanjutan profit tersebut.


Dengan menerapkan prinsip keberlanjutan, tambak dapat mempertahankan produktivitas tinggi dalam jangka panjang tanpa mengorbankan faktor lingkungan maupun sosial.



Sumber gambar: Dialeksis


Mari kita bedah satu per satu mengenai tiga aspek pilar tersebut.


Aspek Ekologi

Aspek ini menjadi salah satu pilar utama untuk menjaga ekosistem sekitar tambak agar tetap melestarikan alam serta menjamin input budidaya untuk siklus selanjutnya tetap layak. Dalam aspek ini terdapat beberapa upaya implementasi yang dapat dilakukan.


Pengelolaan Sisa Bahan Organik Budidaya

Proses budidaya komoditas perikanan, termasuk udang, tentu menghasilkan sisa bahan organik. Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di tambak udang menjadi komponen penting di sini.


IPAL berfungsi mengolah air buangan dari tambak agar kualitasnya layak sebelum dibuang ke lingkungan atau digunakan kembali. 


Strukturnya umum dari IPAL ini mencakup bak pengendapan, kolam oksidasi, serta sistem filtrasi biologis dan mekanis yang perlu secara rutin dipantau hasil luarannya.


Tanpa IPAL, hasil samping budidaya yang sarat akan bahan organik dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem ketika dibuang ke perairan umum. 


Baca Selengkapnya IPAL untuk Tambak Udang


Green Belt

Green belt dalam konteks ini adalah area vegetasi yang dibangun dari lapisan mangrove yang mengelilingi atau berada di sekitar tambak udang. 


Keberadaan green belt ini memiliki berbagai fungsi penting yakni penahan abrasi, penyaring alami sisa budidaya, serta habitat bagi keanekaragaman hayati. 


Dengan adanya green belt mangrove, sisa bahan organik yang telah dikelola oleh IPAL dapat dipastikan lagi tidak mencemari ekosistem sekitar serta memperkuat daya tahan tambak secara biologis.


Larangan Penggunaan Antibiotik

Penggunaan antibiotik dan bahan kimia berlebihan dalam budidaya udang punya risiko yang sangat besar bagi keberlanjutan industri udang dalam negeri.


Secara biologis, antibiotik dapat memicu resistensi bakteri yang berakibat pada kesulitan mengatasi penyakit. Pelarangan penggunaan antibiotik ini telah sejak lama diterapkan sebagai standar pangan pada pasar internasional.


Dari sisi regulasi, udang yang terdeteksi mengandung residu antibiotik dapat ditolak oleh negara tujuan ekspor. Hal ini kemudian berimbas pada kerugian dan menurunnya citra produk ekspor perikanan Indonesia.


Shrimp Club Indonesia (SCI) sendiri sebagai asosiasi petambak nasional telah menegaskan komitmennya untuk menjalankan budidaya udang tanpa penggunaan antibiotik.


Komitmen ini ditunjukkan dengan “Deklarasi Industri Udang Berkelanjutan Tanpa Antibiotik” yang diadakan oleh pihak SCI pada Jumat, 21 Maret 2025 di Jakarta. 



Sumber: All Fish News


Deklarasi tersebut ditunjukkan dengan penandatanganan komitmen oleh berbagai perwakilan beberapa pemangku kepentingan, yakni:

- SCI

- Kementerian Kelautan dan Perikanan dari berbagai badan dan lembaga eselon 1

- Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan)

- Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I)

- Asosiasi Obat Hewan Indonesia (Asohi)

- Badan Karantina Indonesia

- Petambak Muda Indonesia (PMI)

- Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT)

- Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI)

- Forum Udang Indonesia (FUI)

- Forum Komunikasi Pembenihan Udang Indonesia (FKPUI)

- Farmers Learning Club (FLC)


Biosekuriti

Biosekuriti adalah serangkaian langkah pencegahan untuk melindungi tambak dari masuk dan menyebarnya penyakit. Prinsip ini mencakup desinfeksi peralatan, pengaturan jalur masuk, isolasi area budidaya, hingga penggunaan benur bebas penyakit.


Biosekuriti yang baik mampu meminimalkan risiko tingginya patogen pada sisa bahan organik budidaya yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem lingkungan sekitarnya dengan penyebaran agen penyakit.


Biosekuriti juga berperan dalam menjaga keberlanjutan siklus budidaya, sehingga tambak dapat terus beroperasi dengan menggunakan sumber daya air yang bersih dari penyakit.


Aspek Ekonomi

Profit tambak udang sebagai unit bisnis juga perlu dioptimalkan dengan baik agar tetap memiliki keuangan yang sehat untuk menjalankan operasional. 


Penjelasan aspek ini berkaitan erat dengan sisi teknis karena profit tambak sangat bergantung dari kualitas dan kuantitas hasil panen udang.


Carrying Capacity

Carrying capacity adalah kemampuan lahan dan perairan tambak untuk mendukung kapasitas biomassa udang tanpa menurunkan kualitas lingkungan. 


Petambak udang penting untuk mengetahui poin ini agar padat tebar atau upaya intensifikasi tidak terpaut jauh dari kapasitas yang seharusnya.


Adapun, jika petambak ingin melakukan intensifikasi dalam taraf tinggi, maka harus dibarengi dengan teknologi yang mumpuni dan tenaga kerja yang berkompetensi.


Manajemen Penyakit & Kesehatan Udang

Penyakit masih menjadi salah satu penyebab utama kerugian di tambak udang Indonesia. 


Pernyataan ini diperkuat dengan data yang dipaparkan oleh Liris Maduningtyas sebagai Ketua Komisi IV Shrimp Club Indonesia (SCI) sekaligus CEO JALA pada acara Indo Fisheries 2025 di Surabaya bahwa tantangan utama pembudidaya udang di Indonesia adalah penyakit dengan angka persentase 40,3%.


Oleh karena itu, segala upaya untuk mencegah dan menanggulangi penyakit di tambak udang mulai dari biosekuriti, sampling kesehatan udang rutin, penggunaan feed additive dan vitamin perlu dilakukan seefektif mungkin.


Pemilihan Benur

Selain air sebagai media budidaya, benur menjadi faktor input yang memiliki faktor besar yang menentukan keberhasilan panen.


Hasanuddin Atjo, salah satu petambak senior, menekankan pada tulisan opininya bahwa benur yang tidak sehat serta penerapan SOP budidaya yang tidak standar menjadi faktor penyebab meningkatnya kasus penyakit udang yang dominan menimpa sekitar 85% petambak tradisional dari total area tambak di Indonesia.


Oleh karena itu, kesehatan benur sebelum ditebar perlu dipastikan secara saksama.


Di samping kesehatan, pemilihan karakteristik genetik benur juga harus didasarkan pada kondisi lokasi budidaya lapangan.


Baca Selengkapnya Opini Hasanuddin Atjo


Manajemen Kualitas Air

Air adalah habitat utama udang, sehingga kualitasnya harus dijaga sejak awal hingga panen. Proses ini mencakup desinfeksi air sebelum digunakan, penggunaan tandon untuk menstabilkan kualitas air, serta pemantauan rutin parameter seperti pH, salinitas, dan oksigen terlarut.


Manajemen Pakan

Sebagai komponen yang menghasilkan sisa bahan organik melalui pakan tidak termakan dan feses ikan, manajemen pakan yang efisien turut berkontribusi terhadap keberlanjutan budidaya.


Efisiensi pakan dapat dicapai melalui pemilihan jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhan udang, metode pemberian seperti menggunakan autofeeder, maupun penambahan imbuhan tertentu yang dapat meningkatkan kecernaannya pada udang. Sebagai komponen biaya paling besar, manajemen pakan yang efisien juga menguntungkan pada aspek ekonomi.



Sumber: ISW

Sertifikasi

Sertifikasi adalah dokumen yang menunjukkan akreditasi dan meningkatkan daya jual produk udang hasil panen.


Sertifikat seperti ASC (Aquaculture Stewardship Council) dapat memberikan keyakinan lebih pada target pasar bahwa produk udang yang dihasilkan melalui praktik berkelanjutan.


Pentingnya Sertifikat CBIB untuk Tambak Udang


Aspek Sosial

Kehadiran tambak udang sebagai entitas bisnis perlu melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat di sekitarnya.


Tanggung jawab sosial tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas usaha itu sendiri sekaligus memberikan manfaat kepada lapisan masyarakat terdekat.


Perizinan

Perizinan usaha menjadi bukti bahwa tambak udang beroperasi sesuai regulasi dan tidak melanggar aturan yang berlaku. Aspek ini adalah salah satu aspek paling mendasar dalam membangun bisnis tambak udang.


Dokumen perizinan juga menunjukkan bahwa operasional tambak udang telah mendapatkan nilai kelayakan dari pihak berwenang dan dapat menjalankan bisnis di bawah payung hukum.


Apa saja Perizinan Usaha Tambak Udang?


Inklusivitas Tenaga Lokal

Menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar tambak membantu mengurangi ketimpangan sosial-ekonomi dan mempererat hubungan dengan komunitas lokal.


Langkah ini juga meminimalkan potensi konflik sosial yang dapat mengganggu operasional tambak.


Jaminan Ketenagakerjaan

Kesejahteraan pekerja tambak perlu dijamin melalui pemberian gaji yang layak, asuransi, dan tunjangan lainnya.


Dengan tenaga kerja yang sejahtera dan merasa dihargai, produktivitas dan loyalitas terhadap usaha tambak akan meningkat.


Sertifikasi

Sertifikasi juga dapat menambah eligibilitas bahwa tenaga kerja yang tergabung dalam proses bisnis telah dijamin hak dan kewajibannya, seperti sertifikat ASC.


Dengan kepemilikan beberapa sertifikat tertentu, tambak udang dapat memastikan kesejahteraan tenaga kerja bersama pihak ketiga.


Tambak udang yang yang mampu menjaga keseimbangan ini akan lebih siap menghadapi tantangan pasar global, peningkatan angka penyakit, serta dinamika sosial-ekonomi di wilayah operasinya. 


Dengan komitmen yang kuat, keberlanjutan dapat diwujudkan menjadi keunggulan kompetitif bagi petambak.


Gambar: Universitas Airlangga



Artikel lainnya

Udang 

Flower Power: The Plant That's Shown Boost Shrimp Immunity

Minapoli

2081 hari lalu

  • verified icon3441
Udang 

Penggunaan dan Manfaat Azomite untuk Tambak Udang

Minapoli

314 hari lalu

  • verified icon1340
Udang 

Inovasi Dukung Budidaya Udang Masa Kini

Info Akuakultur

2222 hari lalu

  • verified icon4875