Intensifikasi Lesatkan Produktivitas Tambak Bandeng
| Mon, 25 Oct 2021 - 12:05
Kabupaten Kendal memiliki panjang pantai ±42 km, memiliki sumber daya yang cukup potensial untuk diusahakan dan dikembangkan untuk kegiatan perikanan budidaya (air tawar/kolam, air payau, budidaya di laut). Dengan luas tambak 3.393 hektar masih terdapat peluang untuk menggenjot produksi.
Selain faktor lahan tambak yang dimanfaatkan, peran teknologi yang diterapkan juga mempengaruhi peningkatan produksi budidaya tambak. Secara umum tingkatan teknologi budidaya tambak dibedakan menjadi tiga yaitu ekstensif/tradisional, semi-intensif, dan intensif. Perbedaan dari ketiga teknologi budidaya ini dilihat dari dari padat tebar, benih yang diusahakan, jenis pakan yang diberikan, serta suplai oksigen dalam air.
Perubahan teknologi yang digunakan membutuhkan perencanaan modal yang tepat, karena perubahan teknologi ini menyebabkan biaya produksi budidaya tambak semakin meningkat. Dengan adanya perubahan teknologi ini pembudidaya dapat mengefisienkan faktor-faktor produksi yang dimiliki, sehingga tujuan dari pembangunan pesisir pantai yaitu peningkatan kesejahteraan pembudidaya dapat meningkat melalui peningkatan produktivitas usaha tambak yang dijalankan.
Sayangnya, budidaya ikan bandeng yang berkembang di masyarakat Kendal menggunakan cara ekstensif atau tradisional. Luas lahan selalu menjadi andalan. Padahal luas lahan tidak bisa ditambah bahkan cenderung menyempit. Seperti diketahu Pemerintah Indonesia telah menetapkan Kendal sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) baru per 18 Desember 2019, tertuang pada Peraturan Pemerintah (PP) No.85/2019.
Sudah barang tentu hal ini akan berdampak mengurangi luas lahan tambak karena KEK Kendal memiliki luas lahan 1.000 hektar, dan akan dikembangkan menjadi 4.400 hektar.
Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia
Bupati Kendal, Dico M Ganinduto ingin mengubah persepsi masyarakat atas dunia pertambakan di Kendal, bahwa teknologi bisa mengatasi permasalahan berkurangnya lahan tambak. Apalagi dengan pendekatan biokonomik memperlihatkan bahwa ikan bandeng ternyata memberikan keuntungan yang sangat menjanjikan.
Lewat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal dibuatlah percontohan budidaya bandeng intensif. Setelah sukses pada pokdakan Mino Rejo Desa Kalirejo Kecamatan Kangkung pada tahun sebelumnya, percontohan budidaya bandeng intensif ini dilanjutkan pada 6 pokdakan pada tahun 2021 yaitu: Pokdakan Beran Windusari, Pokdakan Bina Utama, Pokdakan Tambak Makmur, Pokdakan Biru Jaya, Pokdakan Sido Makmur, dan Pokdakan Tirta Mina Sari.
Merubah Mindset
Plt. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal, Hudi Sambodo mengatakan, percontohan budidaya bandeng adalah pelaksanaan kegiatan yang dirancang sebagai model dalam rangka penerapan teknologi untuk menunjukkan efektivitas usaha, skala ekonomi berkelanjutan, dan berdampak pada pengembangan skala usaha.
“Pemilihan budidaya bandeng sangat tepat, karena ikan ini telah dikenal luas masyarakat dan banyak diusahakan oleh petani tambak serta relatif lebih mudah untuk dibudidayakan, karena tidak banyak kendala penyakit. Serta didukung ketersediaan benih (nener) dan gelondong yang mencukupi,” ungkapnya.
Selain itu, usaha budidaya bandeng diarahkan pada peningkatan produksi dan keuntungan dengan cara menghasilkan bandeng yang berkualitas serta pemanfaatan tambak yang telah ada atau bekas tambak udang yang ditelantarkan. “Oleh karena itu, tekad menjadikan Kendal Kota Bandeng perlu terus kita gelorakan, sehingga menjadi nafas kehidupan seluruh stakeholder perikanan di Kabupaten Kendal,” terang Hudi.
Ia juga menyampaikan pentingnya merubah mindset pembudidaya supaya lebih maju dan mampu mengangkat perekonomian anggota pokdakan itu sendiri. Semua harus menyadari bahwa keberhasilan peningkatan produksi perikanan akan mampu mewujudkan tiga pilar, yakni Pro-growth, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Pro-poor untuk mengentaskan kemiskinan, dan Pro-job untuk menciptakan lapangan kerja di pedesaan.
“Teknologi intensif dengan padat tebar 25.000 benih per hektar ternyata memberikan hasil panen berlipat dibandingkan teknologi sederhana pada umumnya. Jika budidaya dengan teknologi sederhana pada umumnya menghasilkan 1 ton per hektar setiap 4—5 bulan dengan ukuran 7—8 ekor/kg, aplikasi padat tebar tinggi dengan menerapkan teknologi anjuran menghasilkan bandeng 3—4 ton per hektar dengan ukuran 3—5 ekor/kg,” katanya.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKP Kendal, Joko Suprayoga menambahkan strategi untuk meningkatkan produksi, yaitu pengaturan tingkat kepadatan, kondisi lingkungan yang baik, serta pemberian pakan yang memadai akan meningkatkan pertumbuhan ikan.
Dalam budidaya, lanjut Joko, yang terpenting pertama itu lokasi, yang kedua harus dapat bibit yang bagus, yang ketiga harus dapat pakan yang bagus, keempat yaitu manajemen pasca panen dan yang kelima adalah penjualan. “Kalau kita menguasai lima filosofi ini, jelas kita aman,” tutup Joko.
Sunarto, Ketua Pokdakan Mino Rejo mengatakan, dengan menerapkan padat tebar tinggi, hasil produksinya lebih banyak. ”Jika biasanya 1 hektar hanya panen 1 ton bandeng, sekarang bisa panen 3 ton bandeng, penerapan padat tebar tinggi ini sangat bagus untuk budidaya ikan dikala lahan tambak makin berkurang karena imbas alih fungsi lahan untuk pembangunan,” paparnya.
Sunarto menambahkan produktivitas tambak bandeng di desa Kalirejo bisa tetap tinggi karena saluran irigasi tambak mereka lancar berkat program PITAP. Makanya Sunarto berjanji saluran irigasi yang telah dibangun secara gotong royong itu akan dikelola dan dipelihara dengan baik juga secara bersama – sama, sehingga pemanfaatannya dapat berjalan secara berkesinambungan.
---
Penulis: Joko Suprayoga
Profesi: ASN
Instansi: DKP Kabupaten Kendal