Aplikasi Probiotik Tepat, Pakan Hemat

| Fri, 26 Feb 2021 - 11:10

Pakan merupakan salah satu penunjang keberhasilan dalam budidaya ikan, penggunaannya tak hanya untuk pertumbuhan saja, namun juga bisa berdampak pada jumlah keuntungan yang diperoleh nantinya pasca panen. Terlebih lagi untuk komoditas lele, dimana penggunaan pakan secara tepat dan efisiensi sangat menentukan untung atau ruginya usaha budidaya lele yang dijalankan.  

 

Dalam seminar daring TROBOS Aqua lalu yang membahas nutrisi untuk patin, sebagai salah satu pembicara dalam acara tersebut Prof Mas Tri Djoko Sunarno selaku peneliti dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) Bogor, Jawa Barat (Jabar) sempat menyampaikan, bahwa dalam budidaya lele bisa diperoleh nilai rasio perbandingan pakan dengan daging yang dihasilkan atau dikenal dengan istilah feed conversion ratio (FCR) yang diperoleh bisa mencapai 1:0,7. Dimana pada umumnya nilai FCR yang diperoleh adalah 1 : 1, yang artinya 1 kilogram (kg) pakan menghasilkan 1 kg daging. 

 

Baca juga:  Probiotik dalam Akuakultur


Probiotik

Berdasarkan statement (pernyataan) tersebut, tim TROBOS Aqua mencoba mengulik lebih dalam mengnai cara-cara penekanan FCR pada budidaya lele hingga mencapai 0,7 dengan mewawancarai Prof Mas Tri Djoko Sunarno. “Berdasarkan penelitian dan observari dilapangan bekerjasama dengan para pembudidaya, beberapa siklus diperoleh nilai FCR 0,7 ,” ungkapnya siang itu. 

 

Sambungnya, tentu pencapaian angka tersebut tak diperoleh begitu saja. Perlu dilakukan treatment (perlakuan) yang diaplikasikan sehingga mendapatkan angka tersebut. Aplikasi probiotik menjadi peranan utama dalam upaya menekan penggunaan pakan sehingga bisa seefisien mungkin.

 

Penggunaan probiotik saat ini, Ia katakan, sudah menjadi hal yang lumrah digunakan dalam budidaya lele, karena penggunaan penambahan probiotik dalam proses budidaya bisa meningkatkan daya kecernaan ikan terhadap pakan yang diberikan. Kemudian, bisa menekan dominasi bakteri yang tidak diperlukan dalam wadah pemeliharaan, serta sedikit banyaknya dapat mengurai kotoran atau amoniak hasil eksresi ikan lele.


Baca juga: Probiotik, Pencegah Penyakit dan Pendorong Produksi Perikanan Budidaya


“Memang sudah umum digunakan, namun walaupun standar operasional prosedurnya tertera di kemasan atau telah diberikan panduan, pemegang kunci keberhasilan adalah pembudidaya itu sendiri,” beber Tri Djoko. 

 

Tak heran banyak juga yang gagal dalam pengaplikasian probiotik ini, karena kurang menguasai perubahan warna air, kemudian teknis pemberian probiotik yang tepat, dan pada akhirnya hanya membuang-buang biaya saja. Dengan banyaknya beredar merek di lapangan, silahkan gunakan apa saja yang menurut pembudidaya terbaik, dan yakin bahwa produk yang dipilih memang dirasa manfaatnya. 

 

Setelah itu lakukan aktivasi bakteri yang ada didalam kemasan. Caranya hanya mencampurkan bakteri yang kita beli dengan air serta molase (tetes tebu), kemudian setelah 3 hari jika ada perubahan warna air serta bau harum maka bakteri sudah berkembang dan siap digunakan. 

 

Baca juga: Alasan KKP Minta Pembudidaya Ikan Gunakan Produk Hasil Riset Probiotik RICA

Aplikasi Probiotik

“Ada 2 cara yang umum dilakukan para pembudidaya dalam memberikan probiotik ke lele, pertama langsung dituang ke air kolam, satu lagi dicampurkan ke pakan,” ujar Tri Djoko. Sambungnya, keduanya tidak ada yang salah, karena tujuannya sama untuk menaikan daya kecernaan ikan terhadap pakan.


Artikel Asli


Artikel lainnya

Terkini 

Outlook Penyakit Ikan dan Udang 2019

Info Akuakultur

2177 hari lalu

  • verified icon3953
Terkini 

Menteri KKP: Akuakultur Jadi Ujung Tombak Perikanan Nasional

Minapoli

1837 hari lalu

  • verified icon2794
Terkini 

FAO: “Potensi Magot BRBIH Sangat Menarik”

Minapoli

1747 hari lalu

  • verified icon3028