Waspada Perubahan Cuaca pada Tambak Udang

| Thu, 15 Dec 2022 - 09:39

Tidak dipungkiri, faktor alam sangat berkontribusi terhadap keberhasilan usaha budidaya udang. Untung rugi petambak, sedikit banyaknya sangat bergantung pada kondisi alam. Perubahan cuaca yang drastis, misalnya turunnya hujan dengan intensitas yang cukup tinggi dalam durasi yang lama, dapat menjadi ancaman yang serius bagi udang yang dibudidayakan.


Dalam bisnis perikanan dan perudangan, kondisi alam sangat erat kaitannya dengan keberhasilan budidaya ikan dan udang. Perubahan yang berkaitan dengan kondisi alam, misalnya perubahan cuaca turut berperan dalam menentukan untung rugi pembudidaya udang dalam berbisnis.


Sebut saja, perubahan kondisi alam tersebut misalnya cuaca terik, mendung, hujan, angin kencang, sangat mempengaruhi kesehatan, daya tahan, dan tingkat prevalensi penyakit yang menyerang udang.


Menurut pemaparan dari salah seorang praktisi dan peneliti di bidang perudangan dari Semarang, Eko Winasis, perubahan cuaca yang  perlu diwaspadai adalah kejadian hujan. Menurutnya, air hujan menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap air tambak, sehingga kestabilan air tambak menjadi terganggu. Menurutnya, perubahan tersebut dapat berupa parameter fisik, biologis, dan kimia lingkungan perairan tambak.


Perubahan beberapa parameter kualitas air yang terjadi secara ekstrim menyebabkan penurunan tingkat daya tahan tubuh atau tingkat imunitas udang terhadap serangan penyakit.


Dengan demikian, kondisi udang menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit yang pada akhirnya bisa menyebabkan kegagalan budidaya. Jika tidak diatasi, akibatnya bisa ditebak, petambak akan mengalami kegagalan bisnis yang telak.


Artikel terkait: Cegah AHPND dengan Salinitas Rendah


Menurunnya aktivitas mikroorganisme

Curah hujan tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi fisik lingkungan tambak, akan tetapi, juga turut mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Untuk menciptakan kondisi perairan yang sehat, peran mikroorganisme yang vital.


Menurut Eko, pengaruh dari hujan yang paling jelas penurunan aktivitas fotosintesis dari fitoplankton karena menurunnya intensitas cahaya. Hal ini terjadi karena ketika terjadi hujan, pada umumnya, tidak ada cahaya matahari karena terhalang mendung.


Apabila kondisi demikian berlangsung cukup lama disertai dengan intensitas hujan yang tinggi, akan terjadi perubahan parameter kualitas air dapat menyebabkan kematian plankton secara massal (drop plankton). Kehadiran sisa-sisa plankton yang mati akan menyebabkan pembusukan di lingkungan perairan.


Akibatnya, kebutuhan oksigennya akan mengambil dari pasokan oksigen yang terlarut di air sehingga udang akan kekurangan oksigen. Di samping itu, sisa plankton yang membusuk, menghasilkan sisa metabolit yang dapat menjadi racun bagi udang.


Lebih parah lagi, hujan juga bisa menyebabkan penurunan aktivitas metabolisme bakteri pengurai karena turunnya suhu air sehingga akumulasi bahan organik akan meningkat. Hal ini karena bakteri membutuhkan suhu optimal yang tidak terlalu rendah dalam melakukan aktivitas.  


Baca juga: Pakan Alami Phronima, 40 Hari Panen Udang Windu

Pengaruh pada udang budidaya


Ketika ditanya mengenai keterkaitan perubahan cuaca dengan terjadinya hujan terhadap aktivitas udang, Eko memaparkan mengenai turunnya laju metabolisme. Ia menguraikan, penurunan suhu akibat curah hujan menyebabkan metabolisme udang menurun.


Konsekuensinya, nafsu makannya akan mengalami penurunan. Sehingga pakan akan banyak tersisa sebagai akibatnya akan terjadi peningkatan akumulasi bahan organik di dasar kolam. Akibatnya bisa ditebak. Sisa pakan ini akan berubah menjadi bahan-bahan yang menyebabkan berkembanganya penyakit yang merugikan udang.


Di samping itu, perubahan cuaca, dalam hal ini terjadinya hujan dapat merugikan udang yang dibudidayakan. Pada saat hujan turun dan setelahnya, akibat suhu yang turun, udang akan mengalami kram dan terjadi penumpukan udang di tengah kolam.


Biasanya hal ini terjadi 2 atau 3 hari setelah hujan. Insang tampak hitam dan kotor. Sehingga, tidak jarang, terjadinya hujan turun lebat dapat menjadi pemicu kematian massal pada udang. Ini tentu saja jika pengendalian terlambat dilakukan.


Ketika terjadi hujan, permukaan air bagian atas memiliki suhu yang lebih dingin akibat dari suhu udara di atasnya. Sebaliknya, suhu air di lapisan yang dekat dengan dasar tambak lebih hangat.


Oleh karena itu, udang akan cenderung berkumpul di lapisan air yang suhunya lebih hangat. Akibatnya, sebagian besar udang akan berkumpul di daerah ini dan terjadi tekanan lingkungan akibat pasokan oksigen yang rendah sementara populasi udang begitu padat.


Informasi lainnya: Kemudahan Tambak Milenial untuk Pemula


Perubahan salinitas air tambak

Turunnya hujan juga dapat menjadi pemicu terjadinya perubahan pada parameter kimia air, salah satunya di antaranya yaitu tingkat salinitas air. Penurunan salinitas yg terjadi secara tiba-tiba akan menyebabkan udang mengalami pergantian kulit (moulting).


Akan tetapi, karena ketersediaan mineral yang terbatas, proses pengerasan kulit tersebut menjadi lebih lama daripada kondisi normalnya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kanibalisme pada udang yang sedang mengalami pergantian kulit oleh udang yang sedang tidak menjalani moulting.


Tidak hanya itu, fase pergantian kulit/ kerapas pada udang juga rentan terhadap serangan penyakit. Ketika udang tengah mengalami fase pergantian kerapas, daya tahan tubuhnya turun, sehingga kemungkinan terinfeksi penyakit pun meningkat.


Untuk proses pergantian kerapas tersebut, diperlukan mineral (alkalinitas) yang cukup dalam air. Perubahan salinitas yang tiba-tiba dalam waktu singkat akan menyebabkan terhambatnya proses moulting dan pergantian kerapas pada udang.


Memburuknya kualitas lingkungan perairan

Ketika terjadi hujan dalam durasi yang lama, air tambak hanya sedikit sekali mendapatkan pasokan sinar matahari. Ditambah lagi, hembusan angin dapat menurunkan suhu perairan. Lebih lanjut, Eko Winasis mengatakan, “hujan dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu, pH, kadar oksigen, salinitas dan alkalinitas pada air tambak, ujarnya.


Ia melanjutkan, suhu air hujan bisa menurunkan suhu air tambak sekitar 2 – 3 derajat C. Sementara itu, kadar keasaman air atau tingkat pH air dapat turun sekitar 0,2-1,5 dalam waktu yang cukup singkat. Pada saat suhu air turun sekitar 1derajat C, diperkirakan serapan udang terhadap pakan turun 5-10%.


Selain itu, curah hujan juga dapat berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut di dalam air. Menurut alumnus Universitas Diponegoro, Semarang tersebut, kadar oksigen bisa turun sekitar 2 ppm.


Sementara itu, kaitannya dengan aspek salintas dan alkalinitas tambak, paparnya, air hujan dapat mengencerkan air tambak sehingga salinitas dan alkalinitas akan turun. Hal ini tergantung pada intensitas dan durasi hujan tersebut berlangsung.


Air hujan memiliki kadar keasaman netral cenderung asam. Pada umumnya, air hujan memiliki kadar pH pada kisaran 6,5 – 7,0. Padahal, air tambak normal biasanya memiliki pH normal sedikit basa. Sehingga, ketika terjadi hujan, biasanya air tambak akan mengalami penurunan pH sekitar 0,3 – 1,5 dalam waktu singkat.


Kondisi demikian menyebabkan aktivitas fitoplankton menurun.  Di samping itu, jika pH air tambak turun, daya toksisitas gas H2S terlarut akan meningkat dan membahayakan keberlangsungan hidup udang.


Seputar udang: Tips Merancang Konstruksi Tambak Udang Vannamei agar Produksi Optimal


Solusi perubahan cuaca akibat curah hujan

Eko berpendapat, untuk menjaga kualitas air agar tidak menurun setelah dan ketika turun hujan, sirkulasi tambak dengan membuang air atas biar tidak terjadi stratifikasi/ pelapisan air tawar di permukaan yg bisa menyebabkan oksigen sulit larut. Operasikan kincir air secara maksimal di saat terjadi turun hujan. Jika diperlukan, jumlahnya dapat ditambah untuk meningkatkan laju pelarutan oksigen ke dalam air, paparnya.


Selanjutnya, untuk menjaga kestabilan mikroorganisme pendukung budidaya, diusahakan supaya tidak terjadi perubahan parameter kualitas air yang drastis dengan cara memberikan perlakuan ke air pasca hujan sesegera mungkin.


Dengan demikian, mikroorganisme yang ada tidak mengalami kematian massal. Alternatif lainnya, bisa juga dengan penambahan nutrisi untuk mikroorganisme yang ada dan aplikasi bakteri anaerob untuk mengurai bahan organik.


Eko menjelaskan, “pada saat hujan, kurangi porsi pemberian pakan pada udang atau bisa juga dengan dipuasakan. Selain itu, pemberian kapur untuk menjaga kestabilan pH dan alkalinitas, pemberian micro mineral terutama yg mengandung silika utk mempercepat pengerasan kulit akibat moulting, pemberian vitamin dan imunostimulan pada campuran pakan sebelum dan sesudah hujan, jelasnya.


Petambak juga dianjurkan untuk mencampurkan vitamin C dan garam (mineral) dengan pakan sebelum diseba sebelum dan setelah hujan. Dosisnya yaitu 5 g vitamin untuk setiap kg pakan atau 80 mL air ditambah dengan 5 g garam dicampurkan dengan pakan.


Biarkan pakan mongering sebelum diberikan. Dengan langkah ini, udang tetap akan mendapatkan kecukupan mineral ketika terjadi penurunan tingkat alkalintas. Selanjutnya, petambak juga disarankan untuk mengaplikasikan bakteri yang dapat menetralisir kandungan hydrogen sulfide dalam air. Sehingga, efek berbahayanya dapat ditekan dengan adanya bakteri tersebut. 

--


Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Info Akuakultur. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terdapat di dalamnya di luar tanggung jawab Minapoli.

Artikel lainnya