Vaksin Bivalen untuk Ikan Nila

| Wed, 13 Oct 2021 - 17:33

Ikan nila (Oreochromis niloticus) telah banyak dikembangkan secara intensif dan menjadi salah satu komoditas unggulan budidaya di Indonesia. Salah satu kendala yang sering dihadapi pembudidaya adalah adanya wabah penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) dan Streptococcosis. 


Komisi Kesehatan Ikan dan Lingkungan Nasional pada 2006 telah menetapkan jenis penyakit ini sebagai salah satu penyakit ikan utama di Indonesia. Gejala klinis pada ikan nila yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila ditandai dengan adanya perdarahan (hemorrhage), borok (ulcer), nekrosis otot, dan mata berwarna putih (opaque).


Sementara ikan nila yang terinfeksi bakteri Streptococcus agalactiae menunjukkan gejala pergerakan renang berputar (whirling), membentuk huruf C (C-shaped), mata menonjol (exophthalmia), ginjal, dan hati berwarna pucat (Sugiani et al. 2012). Infeksi kedua jenis bakteri ini dapat mengakibatkan kematian hingga 80 % (Sugiani et al. 2013). 

 

Aplikasi Vaksin

Mencegah munculnya penyakit dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap bersih dari cemaran, pemilihan bibit unggul, menggunakan pakan yang bermutu, serta meningkatkan kekebalan tubuh ikan melalui vaksinasi. Strategi dalam memproduksi vaksin diperlukan segmentasi, targeting, dan positioning pasar agar dapat dihasilkan produk yang tepat sasaran. 


Baca juga: Guru Besar IPB Temukan Vaksin Ikan untuk Budidaya Akuakultur

 

Produk vaksin harus aman untuk ikan, lingkungan dan konsumen, dapat menanggulangi penyakit potensial atau endemis, bersifat imunogenik dan protektif, praktis dan aplikatif, ekonomis, dan terdaftar. Vaksin bivalen untuk ikan nila dibuat khusus untuk mencegah penyakit MAS dan Streptococcosis dari kombinasi sel utuh bakteri Aeromonas hydrophila - Streptoccocus agalactiae inaktif.

 

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor 1/PERMEN-KP/2019 tentang obat ikan, mengatur tentang a) penyediaan dan peredaran Obat Ikan, b) layanan sertifikat dan surat keterangan, c) pelaporan, dan d) pengawasan. Vaksin bivalen telah memenuhi standar persyaratan uji mutu terhadap kualitas dan keamanan produk sebagai obat ikan untuk sediaan vaksin ikan di Indonesia. 

 

Vaksin yang terbuat dari sel utuh bakteri dapat diuji stabilitasnya melalui pengukuran total protein (kDA) (Sugiani et al. 2015). Konsentrasi total protein dan kualitas vaksin bivalen stabil pada penyimpanan 7 hari di suhu ruang dengan rata-rata 3,176 mg mL-1 dan delapan berat molekul yang berbeda yaitu 171,76; 150,40; 126,00; 110,34; 52,00; 31,96; 25,62; 21,46 kDa (Sugiani et al. 2021). 

 

Vaksin bivalen aman digunakan dengan tingkat kelangsungan hidup 100 % pasca vaksinasi dosis tunggal maupun ganda pada lama waktu perendaman yang berbeda. Aplikasi vaksinasi melalui perendaman dengan 1 dosis yaitu 1 ml/10 liter air untuk lama waktu perendaman 30 menit – 1 jam dapat digunakan untuk 350 - 500 ekor ikan ukuran ±1 gram. 


Baca juga: Manfaat Vaksinasi Bagi Keberhasilan Budidaya Ikan

 

Aplikasi vaksin bivalen dapat juga dilakukan melalui injeksi dengan dosis 1 mg/kg ikan, direkomendasikan untuk ikan yang berukuran > 30 gram per ekor. Aplikasi melalui injeksi ini memerlukan tenaga terampil/tersertifikat (vaksinator) dan perlu pengawasan lebih intensif.

 

Khasiat Vaksin

Respon imun atau kekebalan spesifik ikan nila terhadap infeksi bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae menjadi lebih baik pada kelompok vaksin jika dibandingkan tanpa vaksinasi dengan nilai Relative Percent Survival (RPS) > 60 (Sugiani et al. 2014). Aplikasi vaksin melalui perendaman menghasilkan nilai titer antibodi tertinggi 10 log-2 ketika diuji dengan antigen A. hydrophila pada minggu ketiga pasca vaksinasi. Sedangkan kelompok ikan yang diuji dengan antigen S. agalactiae menunjukkan nilai titer tertinggi pada minggu kedua hingga 4 log-2 (Sugiani et al. 2021). 


Hasil uji lapang dari kelompok ikan yang divaksinasi melalui perendaman dan dipelihara di kolam tanah menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang tidak divaksinasi. Kolam pertama memiliki perbedaan kelangsungan hidup sekitar 9,43 %, sedangkan pada kolam kedua berbeda 13,12%, dengan rata-rata berat badan ikan relatif sama di semua kolam. 

 

Hasil penghitungan Revenue Cost Rasio (R/C) > 1 membuktikan bahwa penggunaan vaksin dalam kegiatan usaha budidaya ikan nila layak untuk dilanjutkan. Nilai Return of Invesment (ROI) dari investasi yang ditanamkan dapat menghasilkan keuntungan hingga 50,7% dalam satu siklus pemeliharaan ikan (Sugiani et al. 2021). 


Baca juga: KKP Kembangkan Vaksin Kombinasi Ikan Nila dengan Tingkat Perlindungan yang Lebih Tinggi

 

Produk vaksin bivalen  secara umum memberikan dukungan terhadap dimensi pembangunan sektor unggulan kemaritiman. Termasuk dukungan terhadap program tematik Gerakan Vaksinasi Ikan (Gervikan) yaitu program dukungan kerjasama pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan pihak swasta. 

 

Selain itu, produk vaksin ini juga mendukung program percepatan pembangunan kelautan perikanan, di dalam penciptaan iklim usaha perikanan budidaya yang berkelanjutan. Tujuannya memberikan dukungan terhadap salah satu pilar arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu kesejahteraan pembudidaya ikan.


Sumber: TROBOS Aqua

Artikel lainnya